Warga Kaltim Terkejut Tagihan Listrik Melonjak, Inflasi Bulanan Tembus 2,02 Persen

  

Balikpapan – Lonjakan tagihan listrik yang dirasakan oleh masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) pada bulan Maret 2025 menjadi buah bibir di berbagai lapisan masyarakat. Tak hanya membuat dompet warga semakin menipis, kenaikan tarif listrik ini turut menjadi pemicu utama terjadinya inflasi bulanan yang cukup tinggi di provinsi kaya sumber daya alam ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur mencatat inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) pada Maret 2025 mencapai 2,02 persen. Angka ini tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, dan secara akumulatif sejak awal tahun (year-to-date/y-to-d) inflasi di Kaltim sudah mencapai 0,75 persen.

 

Tagihan Listrik Jadi Biang Kerok Utama

Menurut Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, penyumbang terbesar dari inflasi bulanan kali ini adalah lonjakan tagihan listrik rumah tangga. "Tagihan listrik yang tinggi menjadi penyumbang inflasi terbesar, dengan andil mencapai 1,34 persen,” jelasnya.

Lonjakan ini mengejutkan banyak warga, yang sebagian besar tidak menduga kenaikan drastis akan terjadi di bulan tersebut. Beberapa warga mengeluhkan tagihan listrik mereka naik hampir dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya, meski pola pemakaian tidak berubah secara signifikan.

Isu ini menjadi perbincangan hangat di media sosial maupun forum-forum warga. Banyak yang mempertanyakan transparansi dan perhitungan dari pihak penyedia listrik. Masyarakat berharap agar ada evaluasi dari instansi terkait, serta kejelasan mengenai faktor yang memicu lonjakan tagihan tersebut.

 

Cabai Rawit Ikut Menyengat Inflasi

Selain tarif listrik, kenaikan harga bahan pangan juga turut memanaskan laju inflasi. Salah satu komoditas yang mencatatkan andil cukup tinggi adalah cabai rawit. Komoditas yang satu ini memang kerap menjadi ‘langganan’ penyumbang inflasi ketika pasokan terganggu.

Pada Maret, harga cabai rawit meroket dan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,16 persen. Kondisi cuaca yang tak menentu di beberapa wilayah penghasil, serta hambatan distribusi diduga menjadi faktor utama yang menyebabkan harga cabai melambung.

 

Deretan Komoditas Pemicu Inflasi

Tidak hanya listrik dan cabai rawit, sederet komoditas lain juga berperan dalam mendorong angka inflasi Kaltim bulan lalu. Di antaranya adalah ikan layang atau ikan benggol yang menyumbang 0,10 persen, diikuti oleh udang basah sebesar 0,07 persen, dan bawang merah yang berkontribusi sebesar 0,06 persen.

Kemudian, ikan tongkol atau ambu-ambu menyumbang 0,05 persen, sementara jagung manis dan cabai merah masing-masing menambah inflasi sebesar 0,03 persen. Komoditas lainnya seperti kelapa, wortel, kentang, telur ayam ras, bawang putih, terong, ikan gabus, santan jadi, ikan bandeng, anggur, cumi-cumi, buncis, dan tahu mentah juga terpantau memberikan sumbangan inflasi dalam kisaran 0,01 hingga 0,02 persen.

“Meski sebagian besar mengalami kenaikan, kita juga mencatat beberapa komoditas yang justru menahan laju inflasi karena harganya menurun,” tambah Yusniar.

 

Kabar Baik: Harga Daging Ayam dan Sayuran Turun

Tak semua kabar buruk. Beberapa bahan pangan mengalami penurunan harga dan memberikan kontribusi terhadap deflasi atau penurunan inflasi. Daging ayam ras misalnya, tercatat mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, dengan andil deflasi sebesar 0,05 persen.

Selain itu, bayam juga mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi sebesar 0,03 persen. Komoditas seperti sawi hijau (0,02 persen), serta kacang panjang, tomat, kangkung, dan minuman ringan (masing-masing 0,01 persen) juga memberikan kontribusi dalam meredam laju inflasi.

 

Analisis Per Kelompok Pengeluaran

Dari sisi kelompok pengeluaran, BPS Kaltim mengelompokkan beberapa kategori yang mengalami perubahan harga signifikan. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang inflasi bulanan sebesar 0,64 persen.

Namun, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatatkan andil inflasi paling besar, yakni mencapai 1,32 persen. Kenaikan ini hampir sepenuhnya disebabkan oleh lonjakan tarif listrik yang dirasakan luas oleh masyarakat.

Sektor transportasi juga turut menyumbang inflasi bulanan sebesar 0,04 persen, terutama akibat kenaikan tarif angkutan udara sebesar 0,03 persen dan angkutan laut sebesar 0,01 persen.

Sementara itu, kelompok pakaian dan alas kaki serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga justru memberikan andil deflasi bulanan masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,01 persen. Ini menjadi sedikit penyeimbang dari gelombang inflasi yang terjadi di sektor lain.

 

Kelompok Lain: Andil Kecil tapi Tetap Terasa

Kelompok kesehatan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, serta pendidikan memberikan andil inflasi yang relatif kecil atau tidak signifikan. Namun, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen, dipicu oleh kenaikan harga emas perhiasan dan sabun mandi.

Kenaikan harga emas ini kemungkinan berkaitan dengan gejolak harga global dan permintaan lokal menjelang musim pernikahan atau bulan suci Ramadan.

 

Perlunya Respons Pemerintah Daerah

Kenaikan inflasi bulanan sebesar 2,02 persen bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Apalagi sebagian besar penyebabnya berasal dari kebutuhan dasar masyarakat, seperti listrik dan bahan makanan. Hal ini menandakan adanya tekanan ekonomi langsung terhadap daya beli masyarakat.

Masyarakat berharap agar pemerintah daerah tidak hanya mencermati data statistik, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk meredam inflasi di bulan-bulan mendatang. Beberapa opsi yang bisa dilakukan antara lain subsidi energi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, penguatan pasokan pangan melalui kerja sama antardaerah, serta optimalisasi pengawasan distribusi barang agar tidak terjadi kelangkaan dan permainan harga.

 

Alarm Ekonomi di Tengah Rutinitas Harian

Lonjakan tagihan listrik dan kenaikan harga kebutuhan pokok seperti cabai rawit menjadi dua faktor utama yang menyebabkan inflasi tinggi di Kaltim pada bulan Maret 2025. Meski ada beberapa komoditas yang berhasil menahan laju inflasi, tetap saja kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam menjaga kestabilan harga di tengah kondisi ekonomi yang terus bergerak dinamis.

Langkah antisipatif dan strategis dari pemerintah sangat dibutuhkan agar beban masyarakat tidak semakin berat, khususnya menjelang Hari Raya dan masa-masa peningkatan konsumsi lainnya yang rentan terhadap gejolak harga. Warga Kaltim pun berharap, bulan depan tagihan listrik tidak lagi bikin kaget saat membuka rekening rumah tangga.

Next Post Previous Post