Tragedi Ngelem di Mempawah: Seorang Ayah Ditusuk Anak Kandung Saat Fly

  

Ilustrasi  : Shutterstock

Mempawah, Kalimantan Barat – Suasana tenang malam akhir pekan di Kelurahan Pasir Wan Salim, Kecamatan Mempawah Timur, mendadak berubah mencekam ketika sebuah insiden kekerasan dalam rumah tangga mengguncang warga setempat. Sabtu malam (12/4/2025) sekitar pukul 22.00 WIB, seorang ayah menjadi korban penusukan oleh anak kandungnya sendiri yang tengah berada di bawah pengaruh zat adiktif lem (ngelem).

Peristiwa mengejutkan ini bermula di sebuah rumah sederhana yang ditempati keluarga IB, seorang nelayan yang dikenal kalem dan pekerja keras. Saat kejadian, IB sedang beristirahat bersama sang istri. Ketenangan malam itu terusik oleh ocehan anaknya, Ham (18), yang terdengar dari dalam rumah. Ham diketahui kerap menghirup lem dan malam itu pun kembali terjerumus dalam kebiasaan buruknya tersebut.

Dalam keadaan fly—yakni kehilangan kesadaran karena menghirup uap zat adiktif—Ham mulai berbicara dengan nada keras dan tidak terkontrol. IB yang terganggu oleh suara gaduh itu, keluar dari kamar dan mencoba menegur anaknya dengan suara lembut namun tegas.

"Jangan nak riuh. Orang nak tidok. Kan ramai orang dalam rumah. Ade pak mude dan nenek," ujar IB, sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota keluarga yang enggan disebutkan namanya.

Namun bukannya mereda, teguran itu justru memicu kemarahan Ham. Dalam kondisi kehilangan kendali, ia malah melawan dan berteriak lebih keras. Teguran sang ayah dibalas dengan emosi yang meledak-ledak. Dengan langkah tergesa, Ham menuju dapur, mengambil sebilah pisau dapur, lalu kembali menghampiri ayahnya.

IB yang melihat gerak-gerik anaknya langsung bersiaga. Namun upaya menghindar tak sepenuhnya berhasil. Pisau yang diayunkan Ham mengenai lengan kiri IB, menyebabkan luka yang cukup dalam. Meski terluka, IB tetap berusaha mempertahankan diri. Perkelahian fisik antara bapak dan anak pun tak terelakkan.

Dalam kondisi terdesak, IB terus mencoba merebut pisau dari tangan anaknya. Pisau tersebut sempat patah akibat perkelahian tersebut. Namun naas, bagian pisau yang telah retak itu masih sempat melukai perut IB. Saat itu sang ibu, yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri kekacauan yang terjadi, langsung berteriak dan mencoba melerai.

Beruntung, keberanian sang ibu menghentikan pertikaian itu meski hanya sesaat. Setelahnya, Ham melarikan diri dari rumah dengan membawa luka emosi yang belum jelas sebabnya. Sementara IB yang mengalami luka di lengan dan perut segera mendapatkan pertolongan dari keluarga dan warga sekitar.

Kejadian ini sontak menyedot perhatian masyarakat setempat. Banyak warga tak percaya bahwa seorang anak bisa menusuk ayah kandungnya sendiri. Apalagi IB dikenal sebagai sosok ayah yang sabar dan jarang terlibat konflik, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungannya sebagai nelayan.

Tak menunggu lama, IB yang sudah mulai pulih dari keterkejutannya, segera melaporkan kejadian itu ke Mapolres Mempawah. Pihak kepolisian yang menerima laporan langsung bergerak cepat. Tim Satreskrim Polres Mempawah melakukan pengejaran terhadap Ham yang saat itu diketahui kabur ke arah hutan kecil di belakang pemukiman.

Dini hari, Minggu (13/4/2025), sekitar pukul 02.30 WIB, Ham akhirnya berhasil ditangkap tanpa perlawanan. Ia ditemukan di sebuah pondok tua yang biasa digunakan remaja setempat untuk berkumpul secara sembunyi-sembunyi. Ham kemudian dibawa ke kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Kapolres Mempawah melalui Kasatreskrim menyampaikan bahwa pelaku masih dalam pengaruh zat adiktif saat diamankan. “Kami sedang mendalami motif dan kondisi psikologis pelaku, serta memeriksa apakah ada unsur pidana tambahan terkait penyalahgunaan zat berbahaya,” ujar Kasatreskrim dalam keterangan pers singkat.

Sementara itu, kondisi IB yang sempat mengalami luka tusuk kini berangsur membaik setelah mendapatkan perawatan medis di klinik terdekat. Namun akibat luka tersebut, ia untuk sementara tidak dapat melaut—aktivitas yang menjadi sumber utama penghasilan keluarganya.

Kejadian ini menjadi refleksi pahit tentang betapa seriusnya dampak penyalahgunaan zat adiktif, terutama di kalangan remaja. Ngelem, meski seringkali dianggap remeh karena bahan yang digunakan adalah barang rumah tangga biasa, ternyata bisa menyebabkan gangguan mental yang serius hingga memicu tindak kekerasan terhadap keluarga sendiri.

Ketua RT setempat juga menyampaikan keprihatinannya. Ia berharap kasus ini menjadi perhatian pemerintah daerah dan instansi terkait untuk melakukan pendekatan lebih serius terhadap penyalahgunaan lem dan zat sejenisnya di kalangan pemuda. “Kami minta ada upaya konseling dan rehabilitasi, bukan hanya penindakan,” ujarnya.

Hingga berita ini ditulis, Ham masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik Polres Mempawah. Sementara itu, pihak keluarga masih diliputi duka dan keterkejutan, mencoba memahami bagaimana peristiwa tragis ini bisa terjadi dalam rumah mereka sendiri.

Kejadian ini menjadi pelajaran keras bahwa bahaya narkoba dan zat adiktif bisa merusak siapa saja—tak peduli usia, latar belakang, atau status keluarga. Tragedi antara ayah dan anak ini bukan hanya soal luka fisik, tapi juga luka batin yang akan membekas dalam waktu lama. Dan masyarakat berharap, dari kejadian ini akan muncul perhatian lebih besar terhadap pencegahan dan penanganan kecanduan zat berbahaya di lingkungan mereka.

Next Post Previous Post