TPST 1 IKN Rampung: Solusi Ramah Lingkungan Seharga Rp 505 Miliar untuk Kota Nusantara yang Berkelanjutan
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur
terus menunjukkan kemajuan, salah satunya dengan selesainya pembangunan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 1 yang berlokasi di Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan (KIPP). Proyek strategis yang menelan anggaran negara hingga Rp
505 miliar ini bukan sekadar fasilitas pengelolaan sampah biasa, melainkan
bagian dari visi besar IKN sebagai kota masa depan yang mengedepankan prinsip
keberlanjutan, teknologi canggih, dan keterlibatan publik.
TPST 1 IKN dirancang dengan standar tinggi, menggabungkan pendekatan modern dalam arsitektur dengan teknologi ramah lingkungan. Berlokasi hanya sekitar 3 kilometer dari pusat pemerintahan IKN, fasilitas ini siap beroperasi penuh dengan kapasitas pengolahan mencapai 74 ton sampah dan 15 ton lumpur setiap harinya. Pembangunan TPST ini juga menjadi cerminan konkret dari semangat Indonesia menuju kota yang tidak hanya layak huni, tapi juga tahan terhadap tantangan lingkungan global.
Arsitektur Futuristik Bernapas Alam
TPST 1 IKN berdiri di atas lahan seluas 22,15 hektar. Dari
segi desain, fasilitas ini tidak dibangun secara konvensional. Sebaliknya,
konsep arsitekturnya dirancang untuk menyatu dengan lanskap hijau Nusantara.
Elemen estetika dan modernitas diracik dalam satu kesatuan yang selaras dengan
alam. Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana
Kusumastuti, mengungkapkan bahwa TPST ini merupakan langkah awal menuju
pengelolaan sampah modern dan berkelanjutan di ibu kota baru.
“Dengan berdirinya TPST ini, kami berharap IKN menjadi kota yang bersih, sehat, dan lestari. Ini adalah salah satu upaya konkret mewujudkan kota cerdas dan ramah lingkungan,” ujar Diana saat meninjau fasilitas tersebut pada Selasa, 14 April 2025.
Sistem Pengolahan Sampah Modern: Dari Sampah Jadi Sumber Daya
Yang membuat TPST 1 IKN begitu spesial adalah sistem
pengolahannya yang canggih. Sampah yang masuk ke fasilitas ini tidak langsung
dibuang ke landfill atau dibakar, melainkan diproses secara selektif. Sampah
organik dan anorganik dipisahkan dengan teknologi pemilah otomatis. Sampah
organik kemudian diubah menjadi kompos berkualitas tinggi, yang bisa
dimanfaatkan untuk penghijauan kota, pertanian kota (urban farming), atau
keperluan lainnya.
Sementara itu, sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kertas akan diproses untuk didaur ulang dan dipakai kembali, mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku baru. Dengan pendekatan ini, TPST 1 bukan hanya menjadi fasilitas pengolahan sampah, tapi juga pusat ekonomi sirkular yang dapat menciptakan nilai tambah dari limbah.
Tidak hanya itu, fasilitas ini juga dirancang dengan prinsip Net Zero Emission (NZE), yang berarti sistem operasionalnya diupayakan untuk tidak menghasilkan emisi karbon tambahan. Teknologi pengendali emisi, filter bau, dan pengurang kebisingan telah dipasang agar aktivitas pengolahan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
Energi Terbarukan dari Sampah: Konsep Cerdas Kota Masa Depan
Salah satu keunggulan utama TPST 1 adalah kemampuannya untuk
mengubah sampah menjadi energi baru terbarukan. Energi yang dihasilkan dari
proses pengolahan ini bisa digunakan untuk mendukung kebutuhan listrik internal
fasilitas, atau bahkan disuplai ke jaringan listrik lokal. Dengan konsep ini,
sampah yang dulunya dianggap sebagai beban kini berubah menjadi sumber energi
potensial.
Langkah ini sejalan dengan prinsip pembangunan IKN sebagai smart city atau kota cerdas. Energi yang berasal dari limbah bisa menjadi salah satu kunci menuju ketahanan energi lokal yang mandiri dan efisien.
Transparansi dan Partisipasi Publik: Sistem yang Terhubung Internet
TPST 1 juga dilengkapi dengan sistem digital yang
memungkinkan pemantauan aktivitas pengelolaan sampah secara real-time. Data
mengenai volume sampah, hasil daur ulang, hingga emisi yang dihasilkan dapat
diakses oleh masyarakat melalui platform online. Sistem ini mencerminkan
semangat transparansi dan keterlibatan publik dalam menjaga kebersihan dan
keberlanjutan lingkungan.
“Pemantauan berbasis internet ini menjadi sarana edukasi publik. Masyarakat bisa tahu bagaimana proses pengolahan sampah berlangsung, dan mereka akan lebih terlibat dalam upaya memilah dan mengurangi sampah sejak dari rumah,” tambah Diana.
Dikelola Profesional, Dibangun oleh Konsorsium Nasional
Proyek prestisius ini digarap oleh Balai Prasarana
Permukiman Wilayah (BPPW) Kalimantan Timur, di bawah koordinasi Kementerian
PUPR. Dalam pelaksanaannya, pembangunan TPST 1 melibatkan konsorsium kontraktor
nasional yakni PT Brantas Abipraya-SBS-Silcon (KSO). Pekerjaan konstruksi
berjalan mulus dan kini telah selesai 100 persen.
Dengan nilai proyek mencapai Rp 505 miliar, pembangunan TPST 1 dibiayai sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Investasi besar ini mencerminkan keseriusan pemerintah dalam membangun IKN sebagai kota yang bukan hanya mewah secara infrastruktur, tapi juga unggul dalam pengelolaan lingkungan.
Pembangunan TPST 1 menandai salah satu tonggak penting dalam membangun pondasi ekologi IKN. Fasilitas ini diharapkan menjadi role model bagi pengelolaan sampah di kota-kota lain di Indonesia, terutama dalam konteks perencanaan kota baru atau revitalisasi kawasan urban yang selama ini menghadapi tantangan besar dalam hal limbah.
Di masa depan, tidak tertutup kemungkinan bahwa teknologi serupa akan diperluas ke berbagai sektor, termasuk limbah industri dan limbah medis, sebagai bagian dari ekosistem berkelanjutan yang sedang dibangun di IKN.
Dengan pendekatan yang menyatukan teknologi, estetika, dan kesadaran lingkungan, TPST 1 IKN tidak hanya menjadi simbol kota pintar, tetapi juga wajah baru bagaimana Indonesia mengelola tantangan urbanisasi di era modern. Dari sampah menjadi energi, dari limbah menjadi berkah—semua diwujudkan lewat satu fasilitas canggih di jantung Nusantara.