Kolaborasi Pendidikan untuk Masa Depan Kalteng: Gubernur Agustiar Sabran Bertemu Para Rektor Demi Mewujudkan Generasi Emas
Palangka Raya, Kalimantan Tengah — Dalam sebuah langkah yang menggambarkan komitmen kuat terhadap kemajuan pendidikan, Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), Agustiar Sabran, menggelar pertemuan penting dengan para rektor dan pimpinan perguruan tinggi dari berbagai institusi di wilayah tersebut. Pertemuan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahim, tetapi juga membuka ruang dialog yang hangat dan konstruktif mengenai masa depan pendidikan di provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan kebudayaan ini.
Dalam suasana akrab namun penuh semangat, Agustiar Sabran menyampaikan pesan utama yang menjadi benang merah dari seluruh pertemuan: Kalteng hanya bisa maju jika semua pihak mau dan mampu berkolaborasi. Menurutnya, pendidikan adalah pondasi utama bagi pembangunan jangka panjang dan keberlanjutan daerah, serta sebagai alat paling strategis untuk membangun peradaban yang bermartabat.
Pendidikan Sebagai Pilar Pembangunan Daerah
Gubernur membuka diskusi dengan menegaskan kembali bahwa
pendidikan adalah instrumen utama dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera
dan berdaya saing. Dalam pandangannya, pendidikan bukan sekadar kewajiban
negara, melainkan tanggung jawab bersama antara pemerintah, lembaga pendidikan,
dan seluruh elemen masyarakat.
“Kalau Kalteng mau maju, kuncinya adalah harus berkolaborasi. Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah tidak bisa bergerak tanpa dukungan perguruan tinggi, dan sebaliknya. Pendidikan harus menjadi proyek bersama, bukan milik satu institusi saja,” ujar Agustiar Sabran tegas.
Rektor Menyambut Baik Komitmen Gubernur
Para rektor yang hadir dalam pertemuan tersebut menyambut
positif sikap terbuka dan ajakan kolaboratif dari Gubernur. Mereka menilai
bahwa kepemimpinan yang mampu membuka ruang dialog antara birokrasi dan
akademisi sangat dibutuhkan untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang
berorientasi pada kebutuhan lokal dan tantangan global.
Beberapa rektor bahkan menyampaikan gagasan konkret, seperti program beasiswa daerah berbasis kebutuhan industri, penguatan kurikulum berbasis budaya lokal, hingga peningkatan riset terapan yang fokus pada pengembangan potensi daerah.
Rektor Universitas Palangka Raya (UPR), misalnya, menyampaikan usulan agar sinergi antara perguruan tinggi dan pemerintah diperkuat dalam bentuk forum tetap. “Forum ini dapat digunakan untuk merumuskan program strategis dan mengevaluasi kebijakan pendidikan secara rutin, agar lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika zaman,” ujarnya.
Komitmen Eksekusi Cepat Permasalahan Pendidikan
Agustiar Sabran tidak hanya berhenti pada wacana, namun juga
menyampaikan komitmen untuk segera mengeksekusi berbagai permasalahan yang
masih menjadi tantangan pendidikan di Kalteng. Ia menyebutkan bahwa banyak
permasalahan seperti rendahnya partisipasi sekolah di pedalaman, minimnya akses
teknologi, dan ketimpangan kualitas guru harus segera ditangani dengan langkah
konkret n terukur.
“Saya ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak Kalteng yang harus menempuh perjalanan puluhan kilometer hanya untuk bisa belajar. Tidak boleh ada sekolah yang tidak punya jaringan internet. Tidak boleh ada guru yang tidak mendapatkan pelatihan,” kata Agustiar dengan penuh semangat.
Ia juga mengingatkan bahwa semua permasalahan pendidikan harus direspon dengan tindakan nyata, bukan sekadar kajian atau seminar. “Tindak lanjut itu penting. Kita butuh aksi, bukan hanya diskusi. Apalagi sudah jelas di undang-undang, bahwa tujuan negara dan daerah adalah memakmurkan rakyat,” tambahnya.
Membangun Masa Depan dengan ‘Belom Bahadat’
Salah satu hal menarik yang ditekankan Gubernur adalah
pentingnya membumikan nilai-nilai lokal dalam sistem pendidikan. Dalam misinya,
ia mengusung konsep pendidikan yang beretika dan berlandaskan pada nilai budaya
lokal, yaitu Belom Bahadat—sebuah filosofi hidup masyarakat Dayak yang
mengajarkan tata krama, sopan santun, dan hidup dalam harmoni.
Menurut Agustiar, pendidikan yang baik bukan hanya mencetak generasi yang cerdas, tetapi juga berkarakter dan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal. “Kita ingin generasi muda kita bukan hanya pintar, tetapi juga beradab. Mereka harus tahu jati dirinya, mengenal budayanya, dan mampu menjaga warisan leluhur,” ungkapnya.
Ia mendorong agar konsep Belom Bahadat ini diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan di semua jenjang, baik sebagai mata pelajaran muatan lokal maupun sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran.
Program “Satu Rumah Satu Sarjana”: Mimpi Besar untuk Generasi Kalteng
Dalam upaya mendorong transformasi sosial, Agustiar juga
menghidupkan kembali program unggulannya, yakni “Satu Rumah Satu Sarjana”.
Program ini bertujuan agar setiap keluarga di Kalteng memiliki minimal satu
anggota keluarga yang menyelesaikan pendidikan tinggi. Inisiatif ini didasari
oleh keyakinan bahwa pendidikan tinggi adalah jembatan emas untuk keluar dari
kemiskinan dan keterbelakangan.
“Saya ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak kita yang terpaksa berhenti sekolah hanya karena tidak punya biaya. Kita harus bantu mereka. Kalau kita ingin memutus rantai kemiskinan, caranya ya dengan pendidikan,” tegasnya.
Ia juga berharap program ini tidak hanya menjadi slogan, tapi benar-benar dilaksanakan secara serius dengan mekanisme yang jelas dan pengawasan yang ketat. Untuk itu, Gubernur mengajak para rektor untuk bersama-sama menyusun sistem seleksi dan pembinaan bagi penerima manfaat program ini.
Potensi Kalteng dan Peran Pendidikan
Agustiar Sabran turut menyinggung potensi besar yang
dimiliki Kalteng, baik dari sisi sumber daya alam seperti hutan, tambang, dan
lahan pertanian, hingga keberagaman budaya dan sosial yang menjadi kekayaan tak
ternilai. Menurutnya, semua potensi itu tidak akan maksimal jika tidak didukung
oleh sumber daya manusia yang unggul.
Ia menggarisbawahi bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk memastikan generasi muda Kalteng mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Saya tidak ingin putra-putri Kalteng hanya jadi penonton. Mereka harus jadi pelaku utama pembangunan. Dan itu hanya bisa terwujud jika mereka mendapatkan pendidikan terbaik,” katanya.
Ajakan untuk Bergandengan Tangan
Mengakhiri pertemuan, Gubernur mengajak semua pihak untuk
bahu-membahu membangun Kalteng yang lebih maju dan sejahtera. Ia menegaskan
bahwa pembangunan pendidikan bukan tugas satu pihak saja, melainkan kerja
kolektif seluruh elemen masyarakat.
“Mari kita saling bergandengan tangan. Mari kita jadikan pendidikan sebagai gerakan bersama. Kalau semua pihak bergerak, saya yakin dalam 10–15 tahun ke depan, Kalteng bisa jadi provinsi yang disegani di Indonesia,” serunya penuh harap.
Harapan Besar di Tengah Tantangan
Pertemuan ini menjadi simbol harapan baru bagi pendidikan di
Kalimantan Tengah. Meski masih banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari
keterbatasan anggaran, minimnya infrastruktur, hingga ketimpangan kualitas
pendidikan antar wilayah, namun komitmen dan semangat kolaborasi yang
ditunjukkan Gubernur dan para rektor memberi energi baru bagi masa depan.
Dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang disiplin, dan kolaborasi yang kuat, Kalimantan Tengah berpeluang besar melahirkan generasi emas yang tidak hanya pintar dan terampil, tetapi juga berkarakter dan berbudaya. Pendidikan bukan lagi sekadar instrumen pembangunan, tapi telah menjadi nafas dan jantung dari cita-cita besar menuju Kalteng yang maju, bermartabat, dan berdaulat.
Gubernur Agustiar Sabran telah menunjukkan langkah nyata
dalam memperjuangkan pendidikan sebagai prioritas utama pembangunan di
Kalimantan Tengah. Melalui pendekatan kolaboratif, pelibatan aktif perguruan
tinggi, serta pengarusutamaan nilai-nilai lokal seperti Belom Bahadat, masa
depan pendidikan Kalteng tampak lebih cerah dan menjanjikan.
Langkah besar ini menandai sebuah era baru: era di mana pendidikan menjadi tulang punggung transformasi sosial, ekonomi, dan budaya. Dan jika semuanya berjalan sesuai dengan visi dan komitmen yang disampaikan, bukan tidak mungkin Kalteng akan menjadi salah satu pusat kemajuan pendidikan di wilayah tengah Indonesia—dan bahkan melampauinya.