Kaltara Siaga Karhutla Jelang Kemarau 2025: BPBD Petakan Wilayah Rawan dan Siapkan Langkah Antisipatif
Memasuki pertengahan tahun 2025, Provinsi Kalimantan Utara
(Kaltara) mulai bersiap menghadapi ancaman tahunan yang terus menghantui
wilayahnya: kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan prediksi cuaca
nasional, musim kemarau diperkirakan akan berlangsung pada bulan Juni hingga
Juli mendatang. Kondisi ini secara otomatis meningkatkan potensi terjadinya
karhutla, terutama di daerah-daerah yang sejak beberapa tahun terakhir dikenal
sebagai titik rawan.
Menanggapi prediksi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara bergerak cepat. Kepala Pelaksana BPBD Kaltara, Andi Amriampa, dalam keterangannya pada Rabu (9/4/2025), mengungkapkan bahwa pihaknya telah memetakan sejumlah wilayah yang dinilai berisiko tinggi terhadap karhutla. Wilayah-wilayah ini akan menjadi prioritas dalam penanganan dan pencegahan bencana, termasuk penguatan kesiapsiagaan masyarakat dan sosialisasi menyeluruh.
Titik Rawan Karhutla di Kaltara
Dari hasil pemetaan dan evaluasi BPBD Kaltara berdasarkan
rekam jejak kejadian sebelumnya, berikut adalah beberapa wilayah yang
dikategorikan rawan kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau tahun ini:
- Tanjung Palas Timur (Kabupaten Bulungan)
- Sekatak (Kabupaten Bulungan)
- Tanjung Palas Utara (Kabupaten Bulungan)
- Nunukan Selatan (Kabupaten Nunukan)
- Tarakan Timur (Kota Tarakan)
- Kampung Satu (Kota Tarakan)
Wilayah-wilayah tersebut memiliki karakteristik yang
memudahkan penyebaran api, seperti tutupan vegetasi kering, aktivitas
masyarakat yang masih bergantung pada pembukaan lahan dengan cara dibakar,
serta faktor iklim mikro yang mendukung penyulutan api.
Andi Amriampa menyebut bahwa Tanjung Palas Timur merupakan salah satu titik yang paling diperhatikan oleh tim BPBD. Hal ini lantaran daerah tersebut sudah beberapa kali mengalami insiden karhutla, baik skala kecil maupun besar. “Kita lihat dari histori sebelumnya, Tanjung Palas Timur menjadi wilayah dengan insiden yang cukup sering terjadi. Ini menjadi indikator awal bagi kami untuk bergerak lebih awal di wilayah tersebut,” jelasnya.
Penyebab dan Tantangan Karhutla
Karhutla di Kalimantan Utara tidak hanya disebabkan oleh
faktor alam, seperti kekeringan panjang dan angin kencang. Sering kali,
penyebab utamanya justru berasal dari aktivitas manusia. Salah satunya adalah
praktik pembakaran lahan yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk
membuka kebun atau ladang baru.
Namun, menurut Andi, saat ini tingkat kesadaran masyarakat sudah mulai meningkat. Berbagai pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya melalui BPBD dan instansi terkait lainnya, mulai menunjukkan hasil. Salah satu pendekatan yang dinilai efektif adalah sosialisasi secara masif dan edukasi teknis mengenai pembakaran lahan yang terkendali.
“Untuk pembakaran lahan pertanian, kami telah memberikan panduan teknis. Maksimal luas lahan yang boleh dibakar adalah dua hektare, dan itu pun harus dilakukan dengan membuat sekat bakar serta penjagaan ketat selama proses pembakaran berlangsung,” jelasnya.
Meski demikian, BPBD tetap mewaspadai tindakan dari oknum yang tidak bertanggung jawab, yang sering kali melakukan pembakaran secara sembunyi-sembunyi, bahkan dalam skala besar. Tindakan semacam ini kerap menjadi pemicu utama bencana karhutla yang sulit dikendalikan.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan teknis dan regulasi. Perlu juga pengawasan aktif dan partisipasi seluruh elemen masyarakat. Edukasi harus terus kita dorong, agar masyarakat menjadi garda terdepan dalam pencegahan karhutla,” imbuh Andi.
Strategi Antisipasi BPBD Kaltara
Menghadapi potensi karhutla yang bisa saja meningkat tajam
dalam waktu dekat, BPBD Kaltara telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif.
Langkah-langkah ini meliputi:
- Pemetaan Titik Rawan Karhutla: Mengidentifikasi dan memperbarui data wilayah-wilayah rawan karhutla berdasarkan kejadian sebelumnya dan kondisi lingkungan saat ini.
- Pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC): Mengaktifkan dan menyiagakan tim lapangan yang mampu merespon kejadian kebakaran dalam waktu singkat.
- Sosialisasi dan Edukasi Berkelanjutan: Melalui kolaborasi dengan tokoh masyarakat, pemerintah desa, dan komunitas lokal, BPBD terus memberikan pemahaman tentang bahaya karhutla dan cara pencegahannya.
- Penyediaan Peralatan Pemadam Awal: Di beberapa desa rawan karhutla, BPBD telah mulai mendistribusikan alat pemadam sederhana seperti tangki semprot, selang air, dan pompa portable.
- Patroli Bersama: Menggandeng TNI, Polri, serta masyarakat lokal untuk melakukan patroli rutin di area-area yang berisiko tinggi.
Andi menegaskan bahwa antisipasi karhutla tidak bisa
dilakukan sendiri oleh BPBD. “Kami butuh sinergi dengan semua pihak—baik itu
pemerintah daerah, aparat keamanan, tokoh adat, hingga masyarakat itu sendiri.
Tanpa kerja sama, kita tidak bisa mencegah bencana ini secara maksimal,”
katanya.
Seruan Kepada Masyarakat
Dalam menghadapi musim kemarau yang semakin dekat, BPBD
Kaltara menyerukan kepada seluruh masyarakat agar lebih waspada dan berperan
aktif dalam upaya pencegahan karhutla. Membuka lahan dengan cara dibakar
sebaiknya dihindari, atau jika memang harus dilakukan, wajib mengikuti standar
yang telah ditetapkan.
“Mari kita jaga hutan dan lahan kita bersama. Ini bukan sekadar persoalan lingkungan, tetapi juga menyangkut keselamatan, kesehatan, dan keberlangsungan hidup masyarakat kita sendiri. Jika hutan terbakar, dampaknya bukan hanya di tempat kebakaran saja, tetapi juga bisa meluas ke wilayah lainnya melalui asap dan polusi udara,” pesan Andi.
Dengan kesiapsiagaan yang telah mulai dibangun sejak dini, diharapkan Kalimantan Utara dapat meminimalkan risiko dan dampak dari karhutla pada tahun ini. Pemerintah provinsi berharap, kerja keras semua pihak dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi seluruh masyarakat Kaltara.