Banjir Landa Bontang, Kemensos Turun Tangan: Ribuan Warga Terdampak, Bantuan Disalurkan, Evakuasi Terus Berlangsung

  

Bontang, Kalimantan Timur – Sebuah bencana banjir besar melanda Kota Bontang, Kalimantan Timur, pada akhir pekan lalu, mengguncang kehidupan ribuan warga yang tinggal di enam kelurahan yang tersebar di tiga kecamatan. Pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos) bergerak cepat dalam memberikan bantuan dan memastikan keselamatan warga terdampak. Bantuan logistik serta upaya evakuasi dilakukan secara terpadu oleh Dinas Sosial Kota Bontang dan Taruna Siaga Bencana (Tagana).

Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menyampaikan bahwa respons tanggap darurat telah digerakkan segera setelah laporan mengenai banjir diterima. Dalam keterangan resminya pada Senin (7/4/2025), Gus Ipul mengungkapkan bahwa Kemensos telah mengoordinasikan pengiriman bantuan logistik dasar yang sangat dibutuhkan warga terdampak banjir, termasuk makanan, perlengkapan bayi, serta kebutuhan khusus untuk ibu hamil.

“Pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga terdampak menjadi prioritas kami. Pemerintah Kota Bontang bekerja sama dengan relawan Tagana telah menyalurkan bantuan permakanan dan kebutuhan pokok ke titik-titik lokasi terdampak,” ujar Gus Ipul.

 

Banjir Melanda di Tengah Malam: Sungai Bontang Meluap Akibat Hujan Deras

Banjir tersebut terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi sejak Sabtu malam (5/4/2025), yang menyebabkan Sungai Bontang meluap dan membanjiri wilayah pemukiman padat penduduk. Derasnya aliran air tak mampu ditampung oleh sistem drainase kota yang terbatas kapasitasnya, hingga akhirnya enam kelurahan di tiga kecamatan terendam air setinggi 30 hingga 100 sentimeter.

 

Wilayah terdampak meliputi:

  • Kecamatan Bontang Selatan: Kelurahan Satimpo dan Kelurahan Berbas Tengah
  • Kecamatan Bontang Utara: Kelurahan Guntung dan Kelurahan Guntung Elai
  • Kecamatan Bontang Barat: Kelurahan Kanaan dan Kelurahan Gunung Telihan

 

“Air naik sangat cepat. Tengah malam kami mulai mengamankan barang-barang penting, tapi tak sampai dua jam rumah kami sudah terendam sampai pinggang,” ungkap Ardiansyah, salah satu warga Kelurahan Satimpo, sambil mengangkut pakaian basah dari dalam rumahnya yang masih berlumpur.

Sebanyak 1.700 jiwa dan 500 rumah tercatat terdampak banjir ini. Meskipun demikian, menurut laporan resmi dari BPBD dan Kemensos, tidak ada korban jiwa maupun luka berat akibat bencana ini. Namun, kerugian materiil dan beban psikologis yang dialami warga tentu sangat besar.

 

Peran Tagana dan Dinas Sosial: Evakuasi, Pendataan, dan Penyaluran Bantuan

Sejak dini hari pada Minggu (6/4/2025), puluhan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) dikerahkan ke berbagai lokasi terdampak. Fokus utama mereka adalah evakuasi warga lanjut usia, anak-anak, dan ibu hamil yang terjebak banjir, terutama di wilayah dengan ketinggian air yang mencapai hampir satu meter.

“Kami langsung mendirikan posko darurat dan mengarahkan tim ke titik-titik yang paling parah. Beberapa warga yang mengalami kesulitan bergerak kami bantu dengan perahu karet. Anak-anak kami utamakan untuk segera dievakuasi,” jelas Koordinator Tagana Bontang, Hendra Saputra.

Bersamaan dengan itu, Dinas Sosial Kota Bontang bergerak cepat melakukan pendataan jumlah korban terdampak, identifikasi kebutuhan mendesak, dan memfasilitasi pengiriman bantuan dari pusat dan daerah.

 

Bantuan Permakanan dan Kebutuhan Khusus Disalurkan

Menteri Sosial melalui siaran persnya menyampaikan bahwa bantuan yang telah dan sedang disalurkan meliputi:

  • Paket sembako berisi beras, mie instan, kornet sapi, gula pasir, minyak goreng, susu bubuk, dan biskuit untuk balita.
  • Kebutuhan khusus, seperti susu untuk ibu hamil, popok bayi (pampers), dan perlengkapan kebersihan diri.
  • Perlengkapan darurat, seperti selimut, matras, dan perlengkapan dapur umum lapangan yang didirikan di sejumlah titik pengungsian.


Bantuan tersebut diharapkan dapat menjamin kebutuhan dasar warga selama masa tanggap darurat sambil menunggu proses surutnya air dan normalisasi lingkungan pasca-banjir.

 

Pemerintah Daerah Turut Bergerak: Sinergi dengan Pemerintah Pusat

Wali Kota Bontang, Basri Rase, turut turun langsung ke lokasi banjir. Ia meninjau posko pengungsian dan memastikan distribusi bantuan berjalan lancar. Dalam keterangannya kepada media lokal, Basri menyampaikan apresiasi atas respons cepat dari Kemensos dan kerja keras Tagana.

“Banjir ini memang bukan yang pertama, tetapi skalanya kali ini cukup besar. Dukungan dari pemerintah pusat sangat berarti bagi kami. Kami juga akan evaluasi sistem drainase kota dan pola pembangunan kawasan rawan banjir,” kata Basri.

Pemerintah Kota Bontang juga mengaktifkan sistem tanggap darurat bencana daerah, membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC), dan membuka dapur umum di tiga titik strategis. Selain itu, sejumlah sekolah dan balai kelurahan dijadikan tempat pengungsian sementara bagi warga yang rumahnya masih tergenang.

 

Kondisi Terkini: Air Mulai Surut, Warga Kembali ke Rumah

Hingga Senin sore (7/4/2025), air mulai surut di sebagian besar wilayah terdampak. Meski demikian, sebagian warga masih bertahan di lokasi pengungsian sambil membersihkan rumah dan memastikan peralatan rumah tangga aman untuk digunakan kembali.

“Kami masih khawatir hujan turun lagi. Tapi setidaknya sekarang air mulai surut. Kami butuh bantuan alat pembersih, karena lumpur menumpuk di dalam rumah,” ujar Siti Nurjanah, warga Guntung Elai.

Sejumlah warga mengaku trauma, terutama anak-anak yang ketakutan melihat air masuk begitu cepat. Beberapa relawan kemanusiaan telah mulai memberikan layanan psikososial, terutama kepada kelompok rentan.

 

Tantangan dan Harapan Warga

Meskipun penanganan bencana berlangsung cukup sigap, sejumlah warga mengungkapkan kekhawatiran bahwa banjir akan menjadi siklus tahunan jika tidak ada solusi jangka panjang. Mereka menuntut adanya pembangunan tanggul sungai, revitalisasi sistem drainase, dan penataan pemukiman di bantaran sungai.

“Ini bukan pertama kalinya. Kami butuh solusi jangka panjang, bukan hanya datang saat banjir terjadi. Sungai harus dikeruk, drainase harus diperbesar,” ujar Mahfud, warga Kelurahan Gunung Telihan.

Di sisi lain, Gus Ipul menyampaikan bahwa Kemensos siap mendukung langkah-langkah rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-banjir. “Kami berkomitmen untuk mendampingi masyarakat hingga pemulihan berjalan tuntas. Tidak hanya soal bantuan pangan, tapi juga dukungan psikososial, dan perbaikan tempat tinggal jika diperlukan,” jelasnya.

 

Refleksi dan Evaluasi: Menuju Penanganan Bencana yang Lebih Siap

Peristiwa banjir di Bontang menjadi refleksi bahwa sistem mitigasi bencana di banyak kota Indonesia masih harus diperkuat. Perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan ekstrem dalam waktu singkat semakin memperbesar risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Timur, Yuni Widiyanti, menyatakan bahwa wilayah pesisir seperti Bontang kini semakin rentan terhadap banjir akibat kombinasi faktor curah hujan tinggi dan pasang air laut.

“Perlu sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana. Edukasi kebencanaan, pembangunan infrastruktur ramah lingkungan, serta sistem peringatan dini harus ditingkatkan,” ujarnya.

Meski bencana telah mengganggu aktivitas sehari-hari dan meninggalkan kerusakan fisik serta trauma psikologis, semangat solidaritas di antara warga Bontang tetap menyala. Banyak relawan dari komunitas lokal, organisasi kemanusiaan, hingga aparat TNI-Polri turut membantu warga dalam evakuasi dan distribusi bantuan.

Kemensos dan pemerintah daerah berjanji untuk terus memantau situasi, memastikan semua warga mendapatkan bantuan yang layak, serta mengawal pemulihan hingga tuntas.

“Kami tidak sendiri. Bantuan datang dari banyak pihak. Harapan kami sekarang adalah bagaimana kita bisa lebih siap, agar kejadian seperti ini tidak selalu jadi bencana,” pungkas Ibu Lina, salah satu pengungsi dari Kelurahan Berbas Tengah.

Next Post Previous Post