Pemkot Pontianak Perkuat Strategi Mitigasi Banjir dengan Kajian Ilmiah
Pontianak – Pemerintah Kota Pontianak terus memperkuat
strategi mitigasi banjir dengan menjadikan hasil penelitian akademik sebagai
dasar dalam perumusan kebijakan. Langkah ini diambil guna meningkatkan
kesiapsiagaan kota terhadap ancaman bencana banjir yang semakin meningkat
akibat perubahan iklim dan kondisi geografis wilayah tersebut.
Langkah progresif ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (BAPPERIDA) Kota Pontianak, Sidig Handanu, dalam acara Sosialisasi Hasil Pengembangan Skenario Bahaya Banjir untuk Kota Pontianak pada Selasa (18/3/2025). Kegiatan ini menjadi ajang diskusi antara pemerintah, akademisi, dan mitra internasional dalam upaya menyusun solusi komprehensif bagi tantangan banjir di kota yang terletak di dataran rendah tersebut.
Kolaborasi dengan Universitas Internasional
Dalam kesempatan itu, Sidig menyampaikan apresiasi kepada Flood Impact and Climate Adaptation Policies for Enhanced Sustainability (FINCAPES), sebuah program yang dikembangkan oleh University of Waterloo, Kanada, yang telah memilih Pontianak sebagai salah satu lokasi kerja mereka di Indonesia. Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan ketahanan Kota Pontianak terhadap risiko bencana banjir.
“Kondisi topografi Kota Pontianak yang rendah membuat kota ini rentan terhadap genangan dan banjir. Ditambah dengan perubahan iklim, kita semakin sering menghadapi curah hujan tinggi yang menyebabkan genangan, sementara jika tidak turun hujan selama satu hingga dua minggu, risiko kebakaran lahan meningkat,” ujar Sidig Handanu.
Sidig menekankan pentingnya pendekatan berbasis sains dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks. Pemerintah Kota Pontianak, lanjutnya, telah membuka peluang kerja sama dengan berbagai lembaga riset dan institusi akademik untuk memperkuat kebijakan mitigasi bencana.
“Kami sangat menghargai penelitian yang telah dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala sejak Juli 2024. Hasil studi ini akan menjadi referensi utama dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025-2030,” tambahnya.
Banjir sebagai Tantangan Utama Kota Pontianak
Sebagai kota yang terletak di dekat garis khatulistiwa dengan ketinggian hanya beberapa meter di atas permukaan laut, Pontianak menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan air. Curah hujan yang tinggi, buruknya drainase di beberapa wilayah, serta naiknya permukaan air sungai Kapuas menjadi faktor utama yang menyebabkan banjir di daerah tersebut.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan akibat perubahan iklim telah memperburuk kondisi banjir di Pontianak. Beberapa daerah yang sebelumnya jarang tergenang kini mulai sering mengalami genangan air dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan strategis yang berbasis data dalam merancang kebijakan mitigasi bencana.
Kebijakan Pemkot dalam 100 Hari Kerja Wali Kota
Sebagai bentuk komitmen nyata dalam menangani permasalahan genangan dan banjir, Sidig Handanu mengungkapkan bahwa Wali Kota Pontianak telah memasukkan isu ini dalam program 100 hari kerjanya. Pemerintah berupaya mempercepat implementasi berbagai kebijakan yang dapat mengurangi dampak banjir, termasuk perbaikan sistem drainase dan penguatan koordinasi dengan berbagai pihak.
“Kami menyadari bahwa tantangan ini tidak bisa dihadapi sendirian. Oleh karena itu, kami membuka peluang bagi berbagai program donor luar untuk turut serta dalam upaya memecahkan permasalahan banjir di Pontianak,” ujar Sidig.
Sidig menambahkan bahwa Pemkot Pontianak juga tengah menjajaki berbagai alternatif pembiayaan untuk proyek mitigasi bencana. Selain mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Pemkot berharap dapat menarik investasi dan hibah dari lembaga internasional untuk membantu pendanaan proyek-proyek yang berkaitan dengan pengelolaan air dan infrastruktur hijau.
Dukungan dari Mitra Internasional
Project Officer Climate FINCAPES, Mawardi Muhammad, mengungkapkan bahwa keterlibatan University of Waterloo dalam program mitigasi banjir di Pontianak merupakan bagian dari upaya global untuk meningkatkan ketahanan wilayah terhadap bencana. Program ini tidak hanya berfokus pada penelitian, tetapi juga mengutamakan penerapan hasil kajian dalam perencanaan kebijakan di tingkat daerah.
“Hasil skenario banjir Kota Pontianak ini akan menjadi bahan untuk proyek selanjutnya dengan pendekatan aktuaria. Dengan pendekatan ini, kita dapat memperkirakan risiko dengan lebih akurat dan merancang solusi yang lebih efektif,” kata Mawardi.
Sementara itu, Prof. Ella Meilianda dari FINCAPES Project Pontianak menambahkan bahwa genangan dan banjir di Pontianak merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan, mulai dari curah hujan tinggi, sistem drainase yang tidak optimal, hingga perubahan tata guna lahan. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya berfokus pada satu aspek saja, melainkan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
“Dokumen yang kami hasilkan dari penelitian ini mencakup berbagai strategi mitigasi yang dapat diterapkan oleh pemerintah. Selain itu, kami juga membagikan data-data yang kami peroleh di lapangan agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam perencanaan ke depan,” jelas Ella.
Masa Depan Mitigasi Banjir di Pontianak
Dalam upaya mewujudkan kota yang lebih tangguh terhadap banjir, Pemerintah Kota Pontianak berencana untuk terus memperkuat kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan. Selain melanjutkan kolaborasi dengan universitas dan lembaga riset, Pemkot juga akan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya mitigasi bencana.
Salah satu langkah yang akan diambil adalah penguatan program edukasi bagi masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan dan pentingnya menjaga sistem drainase perkotaan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku yang lebih positif dalam menghadapi ancaman banjir.
Pemkot juga akan mengembangkan sistem pemantauan banjir berbasis teknologi yang memungkinkan deteksi dini terhadap potensi banjir. Sistem ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam merespons secara cepat dan efektif ketika terjadi peningkatan risiko banjir di wilayah tertentu.
Selain itu, Sidig Handanu menegaskan bahwa pihaknya akan terus mencari solusi inovatif dalam menangani permasalahan banjir di Pontianak. Beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan antara lain pengembangan infrastruktur hijau seperti taman resapan air, peningkatan kapasitas drainase, serta pembangunan waduk dan kolam retensi di titik-titik strategis.
Dengan meningkatnya ancaman banjir akibat perubahan iklim, Pemerintah Kota Pontianak semakin serius dalam memperkuat kebijakan mitigasi bencana berbasis kajian ilmiah. Kolaborasi dengan akademisi dan mitra internasional seperti University of Waterloo menjadi langkah penting dalam mengembangkan solusi jangka panjang yang lebih efektif.
Melalui program FINCAPES, berbagai skenario mitigasi telah dikembangkan untuk membantu pemerintah dalam menyusun strategi yang lebih akurat dan berbasis data. Ke depan, Pemkot Pontianak berencana untuk terus memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak serta meningkatkan kesadaran masyarakat agar kota ini lebih siap menghadapi risiko banjir di masa depan.
Dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, diharapkan Pontianak dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mengelola tantangan banjir dengan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.