Petani Kaltara Alami Peningkatan Daya Beli di Awal 2025: Bukti Pertumbuhan Sektor Pertanian

  

Tanjung Selor – Awal tahun 2025 membawa kabar baik bagi para petani di Kalimantan Utara (Kaltara). Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara mencatat adanya peningkatan daya beli petani di provinsi ini, sebagaimana terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Januari 2025. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di empat kabupaten di Kaltara, NTP mengalami kenaikan sebesar 2,19 persen dibandingkan dengan Desember 2024, yakni dari 114,82 menjadi 117,34.

Fenomena ini menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan bagi petani di wilayah tersebut. NTP sendiri merupakan indikator yang digunakan untuk melihat daya beli petani dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Jika NTP meningkat, artinya petani memiliki keuntungan yang lebih besar karena harga jual hasil pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan.

 

Faktor-Faktor yang Mendorong Kenaikan NTP

Kepala BPS Kaltara, Mas’ud Rifai, menjelaskan bahwa kenaikan NTP pada Januari 2025 disebabkan oleh meningkatnya harga-harga produk pertanian yang dihasilkan oleh petani dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan untuk produksi. Ia menuturkan bahwa peningkatan ini terjadi di seluruh subsektor pertanian, yang mencerminkan pertumbuhan yang cukup baik dalam sektor ini.

Adapun rincian peningkatan NTP berdasarkan subsektornya adalah sebagai berikut:

 

  • Subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,21 persen.
  • Subsektor tanaman hortikultura meningkat hingga 2,83 persen.
  • Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami lonjakan tertinggi sebesar 4,67 persen.
  • Subsektor peternakan tumbuh 1,41 persen.
  • Subsektor perikanan turut mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen.

 

“Hal ini menandakan bahwa petani di Kaltara mendapatkan keuntungan lebih baik dari hasil produksi mereka, sehingga daya beli mereka meningkat dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Mas’ud Rifai saat dikonfirmasi oleh Radar Tarakan pada Minggu (16/2/2025).

 

Dinamika Harga yang Mendorong Tren Positif

Lebih lanjut, peningkatan NTP ini didorong oleh naiknya Indeks Harga yang Diterima Petani (It), yang menggambarkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dijual petani. Pada Januari 2025, It mengalami kenaikan sebesar 1,33 persen dibandingkan Desember 2024, yakni dari 131,72 menjadi 133,47.

Kenaikan It ini berarti bahwa harga produksi pertanian secara rata-rata telah meningkat sebesar 33,47 persen terhadap harga dasar pada tahun 2018. Ini mengindikasikan bahwa komoditas pertanian memiliki nilai jual yang lebih tinggi, memberikan keuntungan yang lebih besar kepada petani dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, di sisi lain, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami penurunan. Ib menggambarkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani, serta harga-harga kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Pada Januari 2025, Ib turun -0,85 persen dibandingkan Desember 2024, dari 114,72 menjadi 113,74.

Mas’ud Rifai menjelaskan bahwa penurunan Ib ini terutama disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar -1,13 persen, sementara Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) cenderung stabil.

“Penurunan ini terjadi di seluruh subsektor pertanian dan berkontribusi pada meningkatnya kesejahteraan petani, karena biaya hidup dan produksi mereka menjadi lebih ringan,” tambahnya.

 

Dampak Positif bagi Petani Kaltara

Dengan meningkatnya NTP, para petani di Kaltara mendapatkan manfaat dalam berbagai aspek, di antaranya:

  • Kenaikan Pendapatan – Dengan harga jual hasil pertanian yang lebih tinggi, petani memperoleh pendapatan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
  • Daya Beli yang Meningkat – Petani dapat membeli kebutuhan rumah tangga maupun alat-alat produksi pertanian dengan lebih leluasa.
  • Stabilitas Ekonomi Pedesaan – Dengan daya beli yang meningkat, sektor perdagangan di pedesaan juga ikut menggeliat.
  • Dorongan bagi Pertumbuhan Sektor Pertanian – Harga jual yang lebih baik mendorong petani untuk meningkatkan produksi mereka, yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi sektor pertanian.
  • Menurut sejumlah petani di Tanjung Selor, kondisi ini memberikan angin segar bagi mereka setelah mengalami tantangan di tahun-tahun sebelumnya akibat faktor cuaca dan harga pupuk yang fluktuatif.
  • Meskipun peningkatan NTP memberikan dampak positif, sektor pertanian di Kaltara masih menghadapi beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:
  • Ketergantungan pada Cuaca – Hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang bisa berubah-ubah dan sulit diprediksi.
  • Ketersediaan Pupuk dan Sarana Produksi – Meskipun biaya produksi mengalami penurunan, ketersediaan pupuk dan alat produksi tetap menjadi perhatian utama bagi petani.
  • Fluktuasi Harga Global – Harga komoditas di tingkat global juga bisa memengaruhi harga jual hasil pertanian di Kaltara.


Untuk itu, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memastikan adanya kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor pertanian, termasuk stabilitas harga dan distribusi pupuk yang lebih baik.

Jika tren positif ini berlanjut, sektor pertanian di Kaltara berpotensi menjadi salah satu penggerak utama ekonomi daerah. Dengan meningkatnya daya beli petani, bukan hanya kesejahteraan mereka yang terdongkrak, tetapi juga aktivitas ekonomi di kawasan perdesaan secara keseluruhan.

Pemerintah daerah diharapkan terus mendukung sektor pertanian melalui program-program yang tepat sasaran, seperti bantuan subsidi pupuk, pelatihan teknologi pertanian, dan kebijakan yang memudahkan akses pasar bagi para petani.

Dengan perkembangan yang positif ini, awal tahun 2025 menjadi momentum yang menjanjikan bagi para petani di Kalimantan Utara. Jika tren ini terus dipertahankan dan ditingkatkan, bukan tidak mungkin sektor pertanian di Kaltara akan semakin berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional.

Next Post Previous Post