Musim Kemarau Tiba, Kalbar Waspadai Ancaman Karhutla

 

Pontianak, Kalimantan Barat – Memasuki musim kemarau, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) kembali dihadapkan pada ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berpotensi meluas di berbagai wilayah. Berdasarkan data terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), titik panas atau hotspot telah terdeteksi di hampir seluruh kabupaten dan kota di Kalbar. Menyikapi kondisi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar bersama instansi terkait mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan bersama-sama mencegah terjadinya karhutla.

Ketua Satgas Informasi BPBD Kalbar, Daniel, mengungkapkan bahwa hingga saat ini terdapat 12 titik hotspot dengan kategori rendah yang tersebar di berbagai daerah. Meskipun sejauh ini belum ada laporan signifikan mengenai kebakaran besar, dua wilayah, yakni Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak, telah melaporkan kejadian karhutla dalam skala yang masih dapat dikendalikan.

“Kami terus memantau perkembangan situasi di lapangan. Saat ini memang baru ada 12 titik hotspot dengan kategori rendah, namun itu tetap menjadi indikasi awal yang harus diwaspadai. Kita tidak ingin kecolongan, karena begitu kondisi semakin kering, api bisa dengan cepat meluas,” ujar Daniel.

 

Patroli dan Upaya Pencegahan Intensif

Dalam menghadapi ancaman karhutla, BPBD Kalbar bersama dengan BPBD kabupaten dan kota telah mengintensifkan patroli darat di wilayah-wilayah rawan kebakaran. Langkah ini bertujuan untuk memastikan pengawasan yang lebih ketat serta memberikan dukungan dalam pengendalian kebakaran yang mungkin terjadi.

“Kami telah menurunkan tim untuk melakukan patroli, baik di daerah yang sudah terdapat titik panas maupun di kawasan yang dinilai rawan. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, serta masyarakat setempat untuk meningkatkan kesiapsiagaan,” lanjut Daniel.

BPBD juga mengimbau seluruh instansi pemerintah, swasta, serta masyarakat umum untuk bersinergi dalam mencegah karhutla. Langkah-langkah preventif seperti sosialisasi dan edukasi tentang bahaya kebakaran serta cara pencegahannya terus digencarkan.

“Kami mendorong seluruh pihak untuk bekerja sama. Minimal, kita dapat menekan angka kejadian karhutla dengan meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan,” tegasnya.

 

Masyarakat Didorong Patuhi Perda tentang Pengelolaan Lahan

Selain melakukan patroli dan edukasi, BPBD Kalbar juga menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi dalam mengelola lahan. Salah satu kebijakan yang diharapkan dapat mengurangi risiko kebakaran adalah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Lahan Berbasis Kearifan Lokal. Regulasi ini mengatur bahwa pembakaran lahan untuk keperluan pertanian masih diperbolehkan, tetapi harus dilakukan secara terkendali dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Daniel menegaskan bahwa masyarakat yang ingin membuka lahan dengan cara membakar harus memahami dan mengikuti ketentuan yang ada. Pembakaran yang dilakukan sembarangan atau tanpa pengawasan bisa berakibat fatal dan memicu kebakaran besar yang sulit dikendalikan.

“Kami meminta kepada pemerintah kabupaten dan kota melalui BPBD masing-masing untuk kembali menyosialisasikan Perda ini kepada masyarakat, khususnya petani tradisional. Kami tidak melarang pembakaran, tetapi ada aturan yang harus dipatuhi agar tidak menimbulkan bencana,” kata Daniel.

Menurutnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa pembakaran dilakukan pada waktu dan kondisi yang aman, serta dengan pendampingan dari petugas terkait.

 

Prediksi Cuaca dan Ancaman yang Meningkat

BMKG memprediksi bahwa Kalimantan Barat akan mengalami cuaca panas dan minim hujan mulai akhir Februari hingga Maret-April mendatang. Dengan kondisi cuaca yang semakin kering, risiko kebakaran hutan dan lahan diperkirakan meningkat drastis.

“Apalagi kita nanti memasuki bulan Mei, Juni, dan Juli, di mana banyak petani tradisional yang biasanya mulai mengolah lahan mereka. Kami harus memastikan bahwa aktivitas ini tidak memicu kebakaran yang tidak terkendali,” jelas Daniel.

Oleh karena itu, BPBD terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memantau perkembangan cuaca dan menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat.

 

Upaya Kolaboratif dalam Mengatasi Karhutla

Menyadari bahwa karhutla bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, BPBD Kalbar mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Salah satu langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan dan tidak melakukan pembakaran liar.

BPBD juga menggandeng kelompok masyarakat peduli api (MPA) untuk membantu pengawasan di wilayah rawan. MPA yang terdiri dari warga lokal ini berperan dalam mendeteksi dini titik api serta membantu pemadaman jika terjadi kebakaran kecil sebelum meluas.

“Partisipasi masyarakat sangat penting dalam mencegah karhutla. Jika ada indikasi kebakaran, segera laporkan kepada pihak berwenang agar dapat segera ditangani,” imbau Daniel.

Selain patroli darat, BPBD juga mempertimbangkan penggunaan teknologi seperti satelit pemantauan titik panas serta drone untuk mempercepat deteksi dini kebakaran. Dengan pendekatan ini, diharapkan potensi kebakaran bisa diminimalkan sejak dini.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang semakin diperketat, BPBD Kalbar berharap agar tahun ini dapat mengurangi jumlah kejadian karhutla dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini.

“Kita semua memiliki peran dalam menjaga lingkungan. Jangan sampai kelalaian kita mengakibatkan bencana yang merugikan banyak pihak,” pungkas Daniel.

Dengan meningkatnya kesadaran dan upaya bersama, diharapkan Kalimantan Barat dapat melewati musim kemarau tahun ini dengan risiko karhutla yang lebih terkendali.

Next Post Previous Post