Hujan Deras Masih Mengintai Kaltim: Ancaman Banjir dan Longsor di Tengah Perubahan Cuaca

  

Kalimantan Timur (Kaltim) masih berada dalam bayang-bayang curah hujan tinggi, memicu kekhawatiran akan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mengingatkan masyarakat di wilayah tersebut untuk tetap waspada terhadap dampak cuaca ekstrem yang dapat berlangsung hingga pertengahan tahun ini.

 

Ancaman Bencana Akibat Hujan yang Belum Mereda

Sejak akhir tahun lalu, intensitas hujan di sejumlah daerah di Kalimantan Timur terus meningkat. Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), dan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) telah mengalami banjir dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan laporan BMKG, kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.

Kepala BMKG Stasiun Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menegaskan bahwa curah hujan tinggi yang terjadi sejak Desember hingga Januari merupakan bagian dari pola cuaca yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina.

"Desember lalu hingga Januari ini curah hujan tinggi, kemudian pada pertengahan Februari hingga Maret diprakirakan menurun, namun pada April hingga pertengahan Juli curah hujan kembali naik," ujar Kukuh dalam keterangannya, Rabu (29/01/2025).

La Nina, fenomena pendinginan suhu muka laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah, mengurangi pembentukan awan di kawasan tersebut tetapi meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Timur. Meskipun pada Februari dan Maret hujan diprediksi mengalami penurunan intensitas, Kukuh mengingatkan bahwa hujan ekstrem masih berpotensi terjadi, terutama ketika terjadi pasang air laut (rob), yang dapat memperparah risiko banjir di kawasan pesisir.

 

Perubahan Pola Cuaca: Hujan, Kemarau, dan Siklus Alam

Menurut analisis BMKG, perubahan pola cuaca di Kalimantan Timur cukup dinamis. Setelah intensitas hujan mulai menurun pada pertengahan Februari hingga Maret, wilayah ini akan kembali mengalami peningkatan curah hujan pada April hingga pertengahan Juli, meskipun diperkirakan tidak setinggi periode Desember hingga Januari.

Pada akhir Juli hingga Agustus, musim kemarau baru akan dimulai. Namun, BMKG mengingatkan bahwa transisi musim hujan ke musim kemarau bisa disertai cuaca ekstrem, termasuk angin kencang dan hujan deras dengan durasi pendek yang dapat menyebabkan longsor di daerah berbukit atau bergunung.

"Bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang merupakan ancaman yang nyata, terutama di wilayah yang memiliki topografi yang rentan terhadap curah hujan tinggi. Oleh karena itu, kesiapsiagaan tetap harus menjadi prioritas utama bagi masyarakat dan pemerintah daerah," tambah Kukuh.

 

Prakiraan Cuaca dalam Dua Hari ke Depan

Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, potensi hujan lebat disertai angin kencang akan terjadi dalam dua hari ke depan, yaitu 30 dan 31 Januari 2025. Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem antara lain:

 

Pada 30 Januari:

  • Balikpapan Barat
  • Balikpapan Utara
  • Linggang Bigung
  • Long Iram
  • Mook Manar Bulatn
  • Nyuatan
  • Tering
  • Kembang Janggut
  • Kota Bangun
  • Samboja Tabang
  • Long Apari
  • Long Pahangai
  • Batu Engau
  • Kuaro
  • Muara Samu
  • Paser Belengkong
  • Tanah Grogot
  • Sepaku

 

Pada 31 Januari:

  • Bentian Best
  • Damai
  • Linggang Bigung
  • Long Iram
  • Melak
  • Mook Manar Bulatn
  • Muara Lawa
  • Nyuatan
  • Sekolaq Darat
  • Tering
  • Kembang Janggut
  • Long Hubung

Wilayah-wilayah tersebut diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir akibat hujan deras yang dapat menyebabkan luapan sungai, tanah longsor, serta pohon tumbang akibat angin kencang.

 

Dampak yang Sudah Terjadi: Banjir dan Tanah Longsor di Beberapa Wilayah

Dalam beberapa pekan terakhir, dampak dari curah hujan tinggi sudah mulai terasa di berbagai wilayah Kalimantan Timur. Banjir yang melanda Kota Samarinda misalnya, menggenangi sejumlah pemukiman dan jalan utama. Warga setempat harus mengungsi ke lokasi yang lebih aman akibat meningkatnya tinggi air di beberapa titik rawan.

Sementara itu, di Kabupaten Kutai Kartanegara, beberapa desa mengalami tanah longsor yang mengakibatkan akses jalan terganggu dan beberapa rumah warga mengalami kerusakan. Pemerintah daerah bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan darurat kepada masyarakat terdampak.

"Kami sudah mendistribusikan bantuan logistik kepada warga yang terdampak banjir dan tanah longsor. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan pemantauan daerah rawan guna mencegah potensi korban jiwa dan kerugian yang lebih besar," ujar seorang perwakilan BPBD Kutai Kartanegara.

 

Upaya Mitigasi dan Antisipasi Bencana

Dalam menghadapi potensi bencana akibat cuaca ekstrem, BMKG dan pemerintah daerah telah mengeluarkan beberapa langkah antisipatif, di antaranya:

  • Peningkatan Sistem Peringatan Dini: Melalui pemantauan cuaca secara real-time dan pemberitahuan dini kepada masyarakat, pemerintah berharap dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.
  • Sosialisasi kepada Masyarakat: Edukasi tentang langkah-langkah evakuasi, pentingnya menjaga lingkungan, serta pemahaman mengenai tanda-tanda awal banjir dan tanah longsor menjadi bagian dari strategi mitigasi.
  • Peningkatan Infrastruktur Penanggulangan Banjir: Pembangunan dan perbaikan drainase, penguatan tanggul, serta pengerukan sungai dilakukan untuk meminimalisir dampak banjir.
  • Penyiapan Posko Bencana: Beberapa posko bencana telah didirikan di daerah rawan untuk memudahkan koordinasi dalam penanganan darurat.

Selain itu, BMKG juga mendorong pemerintah daerah untuk lebih aktif dalam melakukan mitigasi dengan pendekatan berbasis teknologi dan data cuaca.

Meskipun intensitas hujan diperkirakan menurun pada Februari dan Maret, risiko hujan ekstrem tetap ada. Peningkatan curah hujan pada April hingga pertengahan Juli juga perlu diantisipasi, terutama bagi wilayah-wilayah yang sudah rentan terhadap bencana hidrometeorologi.

Masyarakat diimbau untuk terus mengikuti informasi dari BMKG dan pemerintah daerah serta mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti memastikan sistem drainase di sekitar rumah berfungsi dengan baik, menghindari wilayah rawan longsor, serta mengikuti arahan evakuasi jika diperlukan.

Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, diharapkan dampak dari cuaca ekstrem dapat diminimalkan, sehingga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur tetap terjaga di tengah ancaman bencana hidrometeorologi yang masih berlanjut.

Next Post Previous Post