Banjir di Sambas Kalimantan Barat: Empat Desa Masih Terendam, Masa Tanggap Darurat Diperpanjang

  

Sambas, Kalimantan Barat - Banjir yang melanda Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, masih terus berlanjut meski telah memasuki hari ke-22 sejak pertama kali terjadi. Hingga kini, empat desa masih terendam air, memaksa pemerintah daerah untuk memperpanjang status tanggap darurat hingga 20 Februari 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sambas mengonfirmasi bahwa kondisi di wilayah terdampak masih memerlukan perhatian dan penanganan serius.

 

Situasi Terkini: Ribuan Warga Masih Terdampak

Banjir yang semula merendam 47 desa di Kabupaten Sambas kini mulai surut di sebagian besar wilayah. Namun, empat desa masih dalam kondisi terendam dengan ketinggian air yang bervariasi. Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sambas, Nisa Azwarita, masyarakat di desa-desa tersebut masih berjuang menghadapi dampak banjir yang belum juga usai.

Berikut adalah daftar desa yang masih mengalami banjir beserta ketinggian air saat ini:

  • Desa Sepantai, Kecamatan Sejangkung - Ketinggian air mencapai 1 meter. Sebelumnya, ketinggian air di desa ini mencapai 3,2 meter.
  • Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung - Ketinggian air saat ini masih berada di angka 1 meter.
  • Desa Perigi Limus, Kecamatan Sejangkung - Ketinggian air sekitar 50 cm.
  • Desa Sapak, Kecamatan Subah - Ketinggian air mencapai 80 cm.

 

"Banjir di Sambas kali ini cukup lama bertahan dibandingkan dengan daerah lain di Kalimantan Barat. Meskipun sebagian besar wilayah sudah mulai pulih, desa-desa ini masih berjuang menghadapi genangan air yang tak kunjung surut," ungkap Nisa Azwarita.

 

Pemerintah Perpanjang Masa Tanggap Darurat

Mengingat situasi yang belum sepenuhnya terkendali, Pemerintah Kabupaten Sambas mengambil langkah strategis dengan memperpanjang status tanggap darurat. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sambas No.27/BPBD/2025 yang menyatakan perpanjangan masa tanggap darurat hingga 20 Februari 2025.

Langkah ini diambil agar pemerintah daerah dan pihak terkait dapat terus mengoordinasikan bantuan serta upaya penanganan bencana dengan lebih optimal. Selain itu, perpanjangan ini juga bertujuan untuk memastikan seluruh warga terdampak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan selama masa pemulihan.

 

Bantuan Terus Disalurkan, Tapi Masih Belum Merata

Sebagai bentuk respons terhadap bencana ini, berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, provinsi, hingga pusat, telah menyalurkan bantuan bagi korban terdampak. Berikut adalah beberapa bentuk bantuan yang telah diberikan:

  • 24 ton cadangan beras dari Pemkab Sambas.
  • 50 ton cadangan beras dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
  • Bantuan Dana Siap Pakai (DSP) senilai Rp150 juta dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk operasional penanggulangan bencana.
  • Peralatan pendukung, termasuk satu perahu karet berkapasitas 10 orang dengan mesin 40 HP untuk distribusi logistik ke daerah terdampak.


Bantuan logistik dari BNPB, berupa:

  • 150 paket sembako.
  • 150 lembar selimut.
  • 150 makanan siap saji.
  •  Satu unit pompa alkon untuk membantu pengeringan wilayah terdampak.

Hingga saat ini, total bantuan telah disalurkan kepada 11.638 kepala keluarga (KK) atau 41.437 jiwa. Namun, masih ada 5.899 KK atau sekitar 20.257 jiwa yang belum menerima bantuan secara merata.

"Distribusi bantuan masih menjadi tantangan utama, terutama untuk desa-desa yang terisolasi akibat banjir. Kami terus berupaya memastikan semua korban mendapatkan bantuan sesuai kebutuhan," ujar Nisa Azwarita.

 

Penyebab Banjir Tak Kunjung Surut

Meskipun sebagian besar daerah di Kalimantan Barat sudah mengalami penurunan debit air, wilayah Sambas masih terendam. BPBD Kabupaten Sambas mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menyebabkan banjir di wilayah ini bertahan lebih lama dibandingkan daerah lain:

Air pasang dan kiriman banjir dari Kabupaten Bengkayang - Debit air yang tinggi dari wilayah hulu memperlambat proses surutnya banjir di Sambas.

Tidak adanya normalisasi sungai selama puluhan tahun - Sungai-sungai utama yang menjadi jalur aliran air di daerah ini mengalami pendangkalan dan penyumbatan, menghambat proses aliran air keluar.

Tiga sungai utama yang berperan dalam aliran air di Sambas adalah Sungai Satai, Sungai Senyurai, dan Sungai Sepandak. Normalisasi ketiga sungai ini diperkirakan membutuhkan biaya yang sangat besar.

"Upaya normalisasi sungai sudah menjadi kebutuhan mendesak. Tanpa itu, banjir akan terus menjadi ancaman tahunan bagi warga Sambas," jelas Nisa Azwarita.

Dengan kondisi yang masih darurat, pemerintah daerah, BPBD, dan berbagai pihak terus mengupayakan langkah-langkah terbaik untuk menangani bencana ini. Sementara itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna menghindari risiko yang lebih besar.

"Kami akan terus memberikan pembaruan informasi terkait kondisi banjir di Sambas. Semua pihak diharapkan bekerja sama untuk memastikan distribusi bantuan merata dan langkah-langkah mitigasi dilakukan dengan optimal," tutup Nisa Azwarita.

Pemerintah Kabupaten Sambas juga berharap adanya dukungan dari pemerintah pusat untuk membantu upaya jangka panjang dalam mencegah bencana serupa terjadi kembali di masa mendatang. Dengan perencanaan yang matang dan sinergi antara berbagai pihak, diharapkan bencana banjir ini dapat ditanggulangi dengan lebih baik di masa depan.

Next Post Previous Post