Transformasi Ketenagakerjaan di Kaltim: Antara Optimisme dan Tantangan Penyerapan Tenaga Kerja
Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatatkan berbagai
perkembangan positif dalam kinerja ekonominya. Hal ini turut berdampak pada
kondisi ketenagakerjaan yang menunjukkan perbaikan signifikan. Data terbaru
dari Agustus 2024 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kaltim
berhasil ditekan hingga 5,14 persen, mengalami penurunan dibandingkan bulan
sebelumnya yang berada di angka 5,31 persen.
Penurunan ini menandakan adanya peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, meskipun tantangan penyerapan tenaga kerja masih menjadi perhatian utama. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim, Budi Widihartanto, menuturkan bahwa penurunan TPT tersebut dipicu oleh pertumbuhan jumlah angkatan kerja aktif yang lebih tinggi dibandingkan angkatan kerja yang menganggur.
Proyek Infrastruktur Sebagai Motor Penggerak
Perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Kaltim tidak lepas dari
dampak positif sejumlah proyek besar yang sedang berlangsung di wilayah
tersebut. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu penggerak
utama, diikuti oleh proyek Refinery Development Master Plan (RDMP), dan proyek
infrastruktur lainnya. Proyek-proyek ini menciptakan banyak lapangan kerja,
terutama di sektor konstruksi yang tumbuh pesat.
“Jumlah angkatan kerja menganggur tumbuh 3,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sementara angkatan kerja yang aktif bekerja mengalami pertumbuhan lebih tinggi sebesar 6,99 persen yoy,” ujar Budi.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Kalimantan, TPT Kaltim masih tercatat sebagai yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi penyerapan tenaga kerja.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja: Indikator yang Perlu Ditingkatkan
Pada Agustus 2024, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Kaltim mencatatkan pertumbuhan menjadi 67,07 persen, naik dari 65,57 persen
pada tahun sebelumnya. Namun, angka ini tetap menjadi yang terendah
dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan.
Sektor konstruksi menjadi kontributor terbesar dalam menyerap tenaga kerja, dengan pertumbuhan sebesar 24,51 persen yoy. Hal ini sejalan dengan percepatan pembangunan IKN yang membutuhkan banyak tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar Kaltim. Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 11,99 persen yoy, diikuti sektor industri pengolahan yang naik 11,60 persen yoy.
Meskipun terlihat menjanjikan, penyerapan tenaga kerja di Kaltim masih didominasi oleh sektor-sektor padat modal. Akibatnya, peluang kerja yang tersedia belum mampu mengakomodasi secara optimal seluruh angkatan kerja yang ada.
“TPAK yang rendah menjadi indikasi bahwa sektor-sektor padat modal mendominasi penyerapan tenaga kerja, sehingga peluang bagi sektor-sektor lain masih perlu dioptimalkan,” lanjut Budi.
Kualitas Pekerjaan Mengalami Perbaikan
Selain dari sisi kuantitas, kualitas pekerjaan di Kaltim
juga menunjukkan tren positif. Proporsi tenaga kerja formal meningkat menjadi
57,68 persen pada triwulan ini, dibandingkan dengan 55,33 persen pada tahun
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pekerja yang mendapatkan
perlindungan sosial dan kesejahteraan yang lebih baik melalui pekerjaan formal.
“Peningkatan proporsi tenaga kerja formal juga tercermin dari peningkatan pekerja yang berusaha dibantu buruh tetap sebesar 25,32 persen yoy,” tambah Budi.
Dari segi status pekerjaan, pangsa tenaga kerja yang berstatus sebagai karyawan mencapai 53,86 persen. Angka ini mengindikasikan dominasi pekerja formal dibandingkan pekerja informal, yang relatif lebih rentan terhadap kondisi ekonomi yang tidak stabil. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan, proporsi tenaga kerja formal di Kaltim merupakan yang tertinggi.
Meskipun perkembangan ekonomi dan ketenagakerjaan di Kaltim memberikan sinyal positif, tantangan besar masih membayangi. Salah satunya adalah rendahnya TPAK yang menunjukkan masih banyak tenaga kerja potensial yang belum terserap.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu menggencarkan pengembangan sektor-sektor potensial di luar sektor padat modal. Pariwisata, pertanian, dan perikanan menjadi sektor yang menjanjikan jika dikembangkan lebih optimal. Ketiga sektor ini memiliki kapasitas besar untuk menciptakan lapangan kerja baru, terutama bagi tenaga kerja lokal.
Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menjadi langkah strategis yang tidak bisa diabaikan. Pelatihan kerja dan pendidikan vokasi perlu terus ditingkatkan agar mampu mencetak tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri, khususnya di sektor-sektor yang sedang berkembang pesat di Kaltim.
Peran Pembangunan IKN dan Masa Depan Ketenagakerjaan
Keberadaan proyek pembangunan IKN memberikan dampak besar
pada ekonomi dan ketenagakerjaan di Kaltim. Dengan ribuan proyek yang sedang
berjalan, IKN membuka peluang kerja yang luas bagi masyarakat lokal. Namun,
pemerintah perlu memastikan bahwa manfaat ini tidak hanya dirasakan oleh
segelintir pihak, tetapi juga menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan prioritas kepada tenaga kerja lokal dalam proses rekrutmen proyek-proyek besar. Selain itu, pengembangan pelatihan kerja yang berfokus pada kebutuhan spesifik IKN dan industri terkait dapat menjadi solusi untuk memastikan bahwa masyarakat lokal memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
Secara keseluruhan, kondisi ketenagakerjaan di Kaltim
menunjukkan perbaikan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tingkat
pengangguran yang terus menurun, peningkatan partisipasi angkatan kerja, dan
dominasi tenaga kerja formal menjadi indikator positif dari transformasi
ketenagakerjaan di wilayah ini.
Namun, tantangan tetap ada. TPAK yang rendah dan dominasi sektor padat modal menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Dengan pengembangan sektor-sektor unggulan, peningkatan kualitas SDM, dan optimalisasi manfaat proyek pembangunan IKN, Kaltim memiliki peluang besar untuk menjadi provinsi dengan ketenagakerjaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, keberhasilan pembangunan ekonomi Kaltim akan sangat ditentukan oleh bagaimana pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat bekerja sama untuk menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik.