Percepatan Pembangunan Bendungan Riam Kiwa: Solusi Strategis Atasi Banjir Tahunan di Kalimantan Selatan

  

Pemerintah terus berupaya mempercepat pembangunan Bendungan Riam Kiwa yang terletak di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Proyek ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mengatasi banjir tahunan yang kerap melanda wilayah tersebut akibat tingginya curah hujan. Luasnya dampak banjir, yang mencakup kerusakan pemukiman hingga lahan pertanian, menjadi alasan mendesaknya realisasi proyek ini.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya, menjelaskan bahwa upaya ini akan memberikan dampak signifikan dalam mengurangi risiko banjir di daerah tersebut. "Jika Bendungan Riam Kiwa sudah selesai dibangun, kita dapat secara signifikan mengurangi potensi banjir yang sering merendam pemukiman warga. Tidak hanya itu, lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat juga akan lebih terlindungi dari kerugian," ungkap Putu saat mendampingi Gubernur Kalimantan Selatan, Muhidin, meninjau lokasi banjir di Kabupaten Banjar pada Selasa (28/1).

 

Langkah Strategis dalam Proses Pembangunan

Saat ini, pembangunan Bendungan Riam Kiwa sedang dalam tahap persiapan. Menurut Putu, pada tahun 2025, pemerintah berencana menyelesaikan pembangunan infrastruktur penunjang seperti akses jalan dan fasilitas pendukung lainnya. Infrastruktur ini sangat penting untuk memastikan kelancaran proses pembangunan hingga bendungan dapat beroperasi secara optimal.

Selain itu, pemerintah juga mengambil langkah mitigasi sementara dengan bekerja sama dengan operator Waduk Riam Kanan yang berada di Kabupaten Banjar. Salah satu strategi yang dilakukan adalah mengatur pola operasi dan debit air waduk tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi volume air yang mengalir ke wilayah Martapura, sehingga dapat meminimalisasi genangan air dan mempercepat durasi surutnya banjir.

“Kami juga menghadapi tantangan lain berupa sedimentasi sungai, yang turut memperparah banjir. Oleh karena itu, selain pembangunan bendungan, perlu dilakukan upaya terpadu untuk membersihkan dan memulihkan fungsi sungai,” tambah Putu.

 

Hasil Kajian Cepat Pascabencana 2021

Rencana pembangunan Bendungan Riam Kiwa bukanlah tanpa dasar. Proyek ini merupakan tindak lanjut dari hasil kajian cepat bencana yang dilakukan para ahli setelah banjir besar melanda Kalimantan Selatan pada Januari 2021. Banjir tersebut mengakibatkan kerusakan yang sangat luas, sehingga menimbulkan kebutuhan mendesak untuk mempercepat penyelesaian proyek infrastruktur pengendalian banjir.

Dengan nilai investasi mencapai Rp1,7 triliun, Bendungan Riam Kiwa diharapkan menjadi salah satu solusi jangka panjang yang mampu melindungi masyarakat dari bencana banjir. Selain pembangunan bendungan, pemerintah juga merencanakan kebijakan strategis lainnya, seperti pembangunan kolam regulasi dan pemulihan daerah aliran sungai (DAS) melalui Program Sungai Martapura Asri.

 

Dampak Sosial dan Respons Pemerintah Daerah

Kepala Bidang Penanganan Bencana Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan, Achmadi, turut memberikan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi banjir yang semakin parah akibat intensitas curah hujan yang tinggi. “Kami meminta masyarakat yang tinggal di dataran rendah dan sepanjang daerah aliran sungai untuk bersiap menghadapi potensi banjir. Kondisi ini semakin memprihatinkan karena genangan air terus meluas dan ketinggiannya meningkat,” ujar Achmadi.

Dinas Sosial telah mengambil langkah tanggap darurat dengan membangun dapur umum di sejumlah lokasi banjir terparah. Beberapa wilayah yang menjadi fokus penanganan adalah Pengayuan di Kota Banjarbaru, Sungai Tabuk, dan Martapura Barat di Kabupaten Banjar. Selain itu, dapur umum juga didirikan di wilayah Kurau, Kabupaten Tanah Laut, serta Mandastana, Barito Kuala.

Achmadi menjelaskan bahwa di Kabupaten Banjar sendiri, banjir telah merendam 60 desa yang tersebar di sembilan kecamatan. Di beberapa lokasi, ketinggian air bahkan mencapai lebih dari satu meter, sehingga banyak warga yang terpaksa mengungsi atau bertahan di tengah genangan air. “Jumlah warga yang membutuhkan bantuan terus bertambah. Oleh karena itu, dapur umum kami perpanjang operasionalnya untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi,” tambahnya.

Meski berbagai langkah telah dilakukan, tantangan dalam mengatasi banjir di Kalimantan Selatan tetap besar. Selain curah hujan yang tinggi, faktor lain seperti kerusakan ekosistem hutan dan perubahan tata guna lahan turut memengaruhi intensitas banjir. Oleh karena itu, selain pembangunan infrastruktur, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat.

Program Sungai Martapura Asri, misalnya, tidak hanya berfokus pada upaya teknis seperti pengerukan dan normalisasi sungai, tetapi juga mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian daerah aliran sungai. Hal ini penting untuk mengurangi risiko bencana sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.

Gubernur Kalimantan Selatan, Muhidin, menyatakan komitmennya untuk mendukung semua program yang bertujuan mengurangi dampak banjir di wilayahnya. “Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah pusat dan berbagai pihak terkait untuk mempercepat penyelesaian proyek Bendungan Riam Kiwa dan program-program lainnya. Kami percaya bahwa dengan sinergi yang baik, masalah banjir tahunan ini dapat diatasi secara bertahap,” ujar Muhidin.

Pembangunan Bendungan Riam Kiwa merupakan salah satu solusi utama untuk mengatasi banjir tahunan di Kalimantan Selatan. Proyek ini diharapkan tidak hanya melindungi pemukiman dan lahan pertanian, tetapi juga menjadi langkah awal dalam menciptakan sistem pengelolaan air yang lebih terintegrasi di wilayah tersebut.

Namun, upaya ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat. Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, ditambah dengan komitmen pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pengendalian banjir, akan menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini. Dengan langkah-langkah yang tepat dan kerja sama yang erat, diharapkan bencana banjir yang selama ini menjadi momok tahunan dapat diatasi secara berkelanjutan.

Next Post Previous Post