Mendorong Pembangunan Kalimantan Barat: Elektrifikasi dan Infrastruktur Jalan sebagai Ujung Tombak Perubahan
Pontianak, Kalimantan Barat – Elektrifikasi dan akses jalan
yang memadai merupakan fondasi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah terpencil. Namun,
hingga saat ini, tantangan besar masih menghantui Kalimantan Barat (Kalbar), di
mana sebanyak 266 desa belum menikmati akses listrik, sementara banyak wilayah
lainnya belum dapat diakses kendaraan roda empat. Kondisi ini menjadi
penghambat signifikan dalam upaya pemerataan pembangunan.
Akademisi Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Erdi Abidin, menegaskan bahwa infrastruktur dasar seperti jalan dan listrik memegang peran krusial dalam membuka isolasi daerah. Dalam sebuah diskusi di Pontianak pada Sabtu (18/1/2025), ia menekankan, “Jika jalan terbuka dan desa-desa mendapat aliran listrik, maka dampaknya akan meluas. Kita dapat mengembangkan layanan keuangan digital, meningkatkan infrastruktur kesehatan dan pendidikan, serta mempercepat pembangunan ekonomi daerah.”
Membuka Isolasi untuk Masa Depan Lebih Cerah
Pembangunan infrastruktur jalan dan elektrifikasi bukan hanya persoalan akses fisik, melainkan langkah awal untuk membangun ekosistem pembangunan yang lebih luas. Erdi menjelaskan bahwa keterbukaan akses akan memicu konektivitas antarwilayah, memungkinkan 52 indikator penentu Indeks Desa Membangun (IDM) untuk terintegrasi secara alami. Desa-desa mandiri pun bukan lagi sekadar impian, melainkan target realistis yang dapat dicapai dengan kolaborasi yang efektif.
“Pembangunan jalan dan penyediaan listrik merupakan syarat mutlak untuk mengangkat desa-desa dari keterisolasian. Ini bukan hanya soal kemudahan transportasi atau penerangan, tetapi juga tentang membangun fondasi bagi kemajuan lainnya,” ujar Erdi.
Contoh nyata dampak positif dari pembangunan jalan dapat dilihat pada proyek penghubung Aruk menuju Paloh di Kabupaten Sambas. Jalan ini, yang menelan biaya hampir Rp2 triliun, menjadi bukti konkret bagaimana sinergi antara pemerintah pusat dan daerah mampu mengubah wajah daerah terpencil. Kini, aksesibilitas yang lebih baik telah membawa dampak positif, seperti peningkatan nilai tanah dan kebun serta percepatan aktivitas ekonomi masyarakat setempat.
Tantangan dan Peluang Elektrifikasi Desa
Ketiadaan akses listrik di 266 desa di Kalimantan Barat menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi. Tanpa listrik, masyarakat desa terisolasi dari berbagai layanan modern, termasuk pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi berbasis teknologi. Erdi menegaskan pentingnya percepatan elektrifikasi sebagai prioritas utama untuk mendukung program-program pembangunan lainnya.
“Elektrifikasi desa bukan hanya soal lampu menyala, tetapi tentang membuka peluang bagi masyarakat untuk memanfaatkan teknologi modern, seperti internet, layanan e-commerce, hingga fintech. Dengan listrik, desa dapat terhubung dengan dunia luar,” jelasnya.
Namun, tantangan pendanaan menjadi hambatan utama dalam merealisasikan proyek ini. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kalimantan Barat dinilai tidak memadai untuk membiayai proyek besar seperti ini. Oleh karena itu, Erdi menggarisbawahi perlunya kolaborasi erat antara pemerintah daerah dan pusat.
Sinergi Pusat dan Daerah: Kunci Keberhasilan
Erdi mengungkapkan bahwa untuk membangun infrastruktur strategis, seperti jalan dan elektrifikasi, peran pemerintah pusat sangat diperlukan. APBN menjadi sumber pendanaan utama yang mampu mengatasi keterbatasan APBD di tingkat provinsi maupun kabupaten. Ia memberikan contoh nyata pada proyek jalan Aruk-Paloh yang berhasil terealisasi berkat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.
“Tanpa dukungan APBN, pembangunan jalan seperti Aruk-Paloh hampir mustahil dilakukan. Tetapi dengan sinergi yang baik, kini akses terbuka, aktivitas ekonomi meningkat, dan kesejahteraan masyarakat pun bertambah,” tuturnya.
Efek domino dari pembangunan jalan ini sangat terasa. Selain meningkatkan mobilitas masyarakat, harga tanah dan kebun di sepanjang jalur tersebut juga mengalami peningkatan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur jalan tidak hanya berdampak pada aksesibilitas, tetapi juga pada nilai ekonomi wilayah secara keseluruhan.
Elektrifikasi sebagai Pendorong Transformasi Digital
Dengan listrik, transformasi digital di desa-desa terpencil dapat diwujudkan. Hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk mengadopsi teknologi digital, seperti layanan perbankan online, pendidikan jarak jauh, hingga e-commerce. Elektrifikasi juga memungkinkan pemerintah untuk lebih mudah mendistribusikan program-program bantuan, seperti bantuan sosial dan subsidi.
Namun, upaya elektrifikasi membutuhkan pendekatan yang terintegrasi. Tidak hanya membangun jaringan listrik, tetapi juga memastikan keberlanjutannya melalui pelatihan masyarakat dalam pemanfaatan energi secara efektif dan efisien. Di sisi lain, investasi dalam energi terbarukan, seperti panel surya dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan listrik di desa-desa terpencil.
Dampak Positif yang Sudah Terlihat
Pembangunan infrastruktur yang sudah berjalan di beberapa wilayah Kalimantan Barat telah menunjukkan dampak positif yang nyata. Di kawasan yang dulunya sulit dijangkau, kini masyarakat dapat menikmati berbagai kemudahan. Aktivitas ekonomi meningkat, layanan kesehatan lebih mudah diakses, dan pendidikan menjadi lebih inklusif.
Selain itu, peningkatan konektivitas juga mendorong masuknya investasi ke wilayah-wilayah terpencil. Hal ini memberikan peluang bagi pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Dengan infrastruktur yang memadai, produk-produk lokal dapat lebih mudah dipasarkan ke pasar yang lebih luas.
Elektrifikasi dan infrastruktur jalan adalah dua elemen penting yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya membangun Kalimantan Barat. Meskipun tantangannya besar, dampak positif yang dihasilkan jauh lebih besar. Dengan keterlibatan aktif pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, keterisolasian desa-desa dapat diatasi, membuka peluang baru bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Ke depan, kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta juga perlu ditingkatkan. Investasi dalam infrastruktur, termasuk energi terbarukan dan teknologi digital, harus menjadi prioritas. Selain itu, penguatan kapasitas masyarakat lokal dalam memanfaatkan peluang dari infrastruktur yang tersedia juga menjadi kunci keberhasilan.
Sebagai penutup, pembangunan jalan dan elektrifikasi bukan hanya tentang menghubungkan satu tempat ke tempat lain, tetapi juga tentang menghubungkan masyarakat dengan masa depan yang lebih cerah. Dengan komitmen bersama, Kalimantan Barat dapat menjelma menjadi daerah yang mandiri dan maju, menjadi contoh nyata bahwa pembangunan yang inklusif adalah kunci menuju kesejahteraan bersama.