DERITA WARGA PERBATASAN: BANJIR PARAH MELANDA KALBAR, RATUSAN RUMAH TERENDAM

  

Bencana banjir kembali melanda wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, khususnya di Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Ratusan rumah warga kini terendam air akibat curah hujan tinggi yang mengguyur daerah tersebut selama beberapa hari terakhir. Fenomena ini bukanlah kejadian baru, melainkan bencana musiman yang semakin parah seiring dengan perubahan iklim dan buruknya sistem drainase di wilayah tersebut.

 

Dampak Banjir terhadap Warga

Foto : Dok BPDB Landak
Kapolsek Jagoi Babang, AKP Asep Maulana, melaporkan bahwa hingga Rabu, 28 Januari 2025, sekitar 453 kepala keluarga atau lebih dari 1.507 jiwa terdampak banjir yang merendam dua desa utama di wilayah tersebut, yakni Desa Sinar Baru dan Desa Kumba. Di antara para korban, terdapat 38 balita dan 78 lansia yang kondisinya sangat rentan terhadap dampak banjir.

Di beberapa lokasi, seperti Dusun Peleng dan Sentimok, ketinggian air bahkan mencapai tiga meter. Meski kondisi semakin memburuk, sebagian besar warga memilih tetap bertahan di rumah masing-masing, terutama karena rumah mereka berbentuk rumah panggung yang masih memungkinkan untuk dihuni meski banjir melanda.

"Kami sudah mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, tetapi kebanyakan dari mereka memilih tetap tinggal demi menjaga barang-barang berharga mereka," ujar AKP Asep Maulana.

 

Lumpuhnya Aktivitas Masyarakat

Dengan banjir yang terus meningkat, aktivitas sehari-hari masyarakat lumpuh total. Banyak warga tidak bisa bekerja atau beraktivitas seperti biasa. Jalanan di sejumlah desa terputus, sementara akses transportasi terhambat akibat tingginya genangan air.

Dampak lain yang turut dirasakan adalah sulitnya mendapatkan pasokan makanan dan kebutuhan pokok. Kendati bantuan dari pemerintah daerah dan organisasi kemanusiaan mulai berdatangan, distribusi logistik masih menghadapi kendala akibat keterbatasan akses ke wilayah terdampak.

"Kami bersyukur bantuan mulai datang, termasuk dari Puskesmas Jagoi Babang yang memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga terdampak," kata seorang warga Desa Sinar Baru.

 

Ancaman yang Lebih Besar

Banjir kali ini bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga akibat air yang meluap dari Sungai Piat yang berhulu di Malaysia serta Sungai Kumba yang berhulu di Kecamatan Siding dan Kecamatan Seluas. Jika hujan terus turun tanpa henti, tidak menutup kemungkinan ketinggian air akan semakin meningkat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bengkayang mencatat bahwa hingga saat ini, total rumah yang terdampak banjir mencapai 3.468 unit, dengan lebih dari 12.023 jiwa terkena dampaknya. Banjir yang terjadi sejak 21 Januari 2025 ini telah menyebar ke 11 kecamatan di Kabupaten Bengkayang, yakni Kecamatan Lumar, Ledo, Seluas, Sanggau Ledo, Jagoi Babang, Teriak, Sungai Betung, Monterado, Sungai Raya, Sungai Raya Kepulauan, dan Bengkayang.

"Hari ini, banjir kembali naik di Kecamatan Ledo. Kami terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memantau kondisi di lapangan dan memastikan keselamatan warga," kata Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang, Dwi Berta.

 

Imbauan dan Tindakan Pencegahan

BPBD Bengkayang mengimbau agar masyarakat memahami potensi bencana di wilayah masing-masing dan segera mengungsi jika kondisi memburuk. "Jangan menunggu hingga evakuasi menjadi sulit dilakukan. Jika air semakin naik, segera cari tempat yang lebih aman," tambah Dwi Berta.

Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Pontianak Kalbar mengeluarkan peringatan dini terkait curah hujan tinggi yang diperkirakan masih akan terjadi hingga 30 Januari 2025. BMKG juga memperingatkan adanya potensi gelombang tinggi hingga 2,5 meter di perairan Bengkayang-Singkawang, yang dapat memperparah kondisi di daerah pesisir.

 

Solusi Jangka Panjang

Bencana banjir yang berulang ini menunjukkan perlunya solusi jangka panjang, baik dari segi infrastruktur maupun kebijakan mitigasi bencana. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir

  • Pembangunan dan perbaikan sistem drainase yang lebih baik.
  • Normalisasi sungai agar daya tampungnya lebih besar.
  • Pembangunan tanggul dan waduk untuk mengurangi risiko luapan air.

 

Peningkatan Kesadaran Masyarakat

  • Sosialisasi terkait mitigasi bencana agar masyarakat lebih siap menghadapi banjir.
  • Pelatihan evakuasi darurat bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir.


Penguatan Sistem Peringatan Dini

  • Pengembangan sistem peringatan dini yang lebih efektif melalui kerja sama antara pemerintah, BMKG, dan masyarakat.
  • Pemanfaatan teknologi untuk pemantauan kondisi cuaca dan sungai secara real-time.

 

Relokasi Warga dari Wilayah Rawan

  • Pemerintah perlu mempertimbangkan relokasi bagi warga yang tinggal di daerah yang menjadi langganan banjir.
  • Penyediaan hunian sementara bagi korban banjir yang terdampak paling parah.

Banjir yang melanda perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia kembali menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Dengan ribuan rumah terendam dan aktivitas warga lumpuh, langkah cepat dan strategis sangat diperlukan untuk mengatasi situasi ini.

Pemerintah daerah dan instansi terkait terus berupaya mengatasi dampak banjir dengan memberikan bantuan dan memantau kondisi di lapangan. Namun, solusi jangka panjang harus segera diterapkan agar bencana ini tidak terus berulang setiap tahun.

Saat ini, harapan terbesar masyarakat adalah agar hujan segera reda dan air mulai surut sehingga mereka dapat kembali menjalani kehidupan seperti sedia kala. Dengan kerja sama berbagai pihak, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah atau setidaknya diminimalkan dampaknya di masa mendatang.

Next Post Previous Post