Bibit Harapan di Tengah Banjir: Strategi Pemprov Kalsel Atasi Dampak Bencana pada Pertanian
Kalimantan Selatan, yang selama ini dikenal sebagai salah
satu lumbung padi di Indonesia, kini menghadapi tantangan besar akibat banjir
yang melanda berbagai wilayahnya. Data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan (PKP) Kalsel mencatat sekitar 1.700 hektare sawah terendam air. Musibah
ini tak hanya merusak tanaman padi yang baru ditanam atau hampir panen, tetapi
juga mengancam keberlanjutan produksi pangan di daerah tersebut.
Petani Terpuruk, Pemprov Siapkan Bantuan
“Ada sekitar 1.700 hektare sawah yang sudah ditanami. Sebagian baru berusia setengah bulan, sementara sebagian lainnya hampir siap panen dalam satu bulan ke depan. Bahkan area persemaian juga ikut terendam,” ungkap Kepala Dinas PKP Kalsel, Syamsir Rahman, saat menyerahkan bantuan di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Baritokuala. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena petani yang sudah bekerja keras menghadapi ancaman kehilangan seluruh usahanya.
Syamsir menjelaskan bahwa pihaknya akan melaporkan situasi ini kepada Gubernur Kalsel, H. Muhidin, guna memastikan dukungan anggaran melalui APBD. “Jika semaian mati, petani tidak akan punya bibit saat air surut nanti. Bantuan sangat diperlukan agar mereka bisa kembali menanam dan menjaga produktivitas pertanian Kalsel,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Plh Sekdaprov Kalsel, M. Syarifuddin, mengumumkan bahwa pemerintah provinsi berkomitmen memberikan bibit dan benih kepada petani terdampak. Langkah ini dianggap sebagai upaya penting untuk memulihkan sektor pertanian yang terkena dampak bencana. “Kami akan memastikan petani yang sawahnya terdampak banjir mendapat bibit untuk menanam kembali. Ini adalah prioritas kami,” ujar Syarifuddin usai memimpin kegiatan bakti peduli banjir di Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanahlaut.
Kerugian Pertanian yang Signifikan
Syamsir juga menyebutkan bahwa jika sekitar 5.000 hektare sawah mengalami gagal panen, potensi kehilangan produksi bisa mencapai 20.000 ton padi. Oleh karena itu, pemerintah daerah segera menyusun rencana penanaman kembali setelah air surut guna mengejar musim tanam berikutnya. “Meski satu musim tanam hilang, kami akan berusaha mengejar agar petani tetap dapat panen pada musim berikutnya,” tegasnya.
Banjir Meluas, Wilayah Terparah di Batola
Salah satu wilayah paling terdampak adalah Kabupaten Baritokuala (Batola), di mana seluruh 17 kecamatan yang terdiri atas 195 desa terkena banjir. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola, M. Siregar, menyatakan bahwa banjir di daerah ini sebagian besar disebabkan oleh rob atau air pasang laut, ditambah dengan banjir kiriman dari wilayah hulu serta hujan deras yang terus mengguyur.
“Daerah terparah terdapat di Kecamatan Jejangkit dan Mandastana. Di Desa Bahandang, Kecamatan Jejangkit, kondisi banjir sangat parah hingga kendaraan tidak bisa lewat. Warga harus menggunakan perahu untuk mobilitas,” jelas Siregar. Meski demikian, status banjir di Batola masih berada pada level siaga dan belum dinaikkan menjadi tanggap darurat.
Dampak di Kota Banjarbaru
Tak hanya pedesaan, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru, juga terdampak banjir. Di Kelurahan Landasanulin Tengah, Kecamatan Lianganggang, 232 warga merasakan dampak banjir yang telah berlangsung selama lebih dari sepuluh hari.
“Banjir tidak hanya merendam rumah warga, tetapi juga menutup akses Jalan Peramuan Ujung,” ungkap Lurah Landasanulin Tengah, Muhammad Faisal. Berbagai bantuan berupa sembako dan alat memasak telah disalurkan, baik dari instansi pemerintah seperti Dinas Sosial dan BPBD, maupun masyarakat umum.
Ketinggian air di daerah tersebut bervariasi, mulai dari 15 hingga 40 sentimeter. Namun, beberapa rumah masih terendam hingga saat ini. “Saat ini hanya sekitar 16 rumah yang masih tergenang air. Bantuan terus datang, dan kami telah mendirikan dua posko pengungsian,” tambah Faisal.
Di tempat lain di Banjarbaru, seperti Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, hujan deras pada Minggu malam menyebabkan beberapa wilayah terendam air hingga mencapai lutut. “Banjir cepat surut jika hujan berhenti, biasanya dalam dua hingga tiga jam,” kata Faried, seorang warga setempat.
Rencana Penanganan Jangka Panjang
Banjir yang melanda Kalsel bukan hanya persoalan alam, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana dan perencanaan jangka panjang. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa infrastruktur pengairan, seperti saluran irigasi dan tanggul, dapat menangani banjir besar di masa mendatang.
Dinas PKP Kalsel berencana mengorganisasi penanaman kembali dengan jadwal yang disesuaikan musim tanam berikutnya. Selain itu, pemprov diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat untuk mendapatkan tambahan bantuan, baik berupa alat berat untuk perbaikan irigasi maupun dana pemulihan sektor pertanian.
Meskipun musibah banjir ini telah menyebabkan kerugian besar, harapan masih ada. Komitmen pemerintah dalam memberikan bantuan bibit dan benih memberikan secercah optimisme bagi para petani. Dengan langkah-langkah pemulihan yang terencana, Kalimantan Selatan diharapkan dapat bangkit dari dampak bencana ini dan kembali menjadi salah satu daerah penghasil padi terbesar di Indonesia.
Bagi masyarakat yang terdampak langsung, solidaritas yang ditunjukkan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun komunitas, menjadi bukti bahwa kebersamaan adalah kunci dalam menghadapi cobaan. Semoga langkah-langkah yang diambil dapat mempercepat pemulihan dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian Kalsel.