Strategi Mitigasi Malaria dan Penyakit Tular Vektor di Ibu Kota Nusantara: Pendekatan Berbasis Riset untuk Masa Depan Berkelanjutan

  

Foto : Pixabay

Ibu Kota Nusantara (IKN), proyek ambisius yang tengah dibangun di Kalimantan Timur, tidak hanya menghadirkan tantangan dalam aspek infrastruktur tetapi juga dari sisi kesehatan masyarakat. Salah satu ancaman utama adalah risiko penyakit tular vektor seperti malaria, yang dapat menghambat pembangunan jika tidak ditangani secara serius. Dalam konteks ini, para peneliti dan ahli kesehatan mendesak pentingnya kebijakan berbasis riset untuk mengurangi risiko kesehatan yang berpotensi muncul akibat perubahan lingkungan dan urbanisasi yang cepat.

 

Pentingnya Kebijakan Berbasis Riset untuk Eliminasi Malaria

Iqbal Elyazar, Peneliti Geospatial and Epidemiology Program Manager dari Oxford University Clinical Research Unit, menekankan perlunya pendekatan berbasis data dalam mengatasi malaria. Menurutnya, eliminasi malaria membutuhkan strategi yang tidak hanya adaptif tetapi juga berkelanjutan. "Dengan berfokus pada isu-isu mendesak seperti eliminasi malaria, kami bertujuan untuk mendorong kebijakan berbasis riset, seraya menciptakan perubahan yang berarti di berbagai tingkat wilayah," ujar Elyazar dalam keterangan pers pada Jumat (13/12/2024).

Ambisi Indonesia untuk menjadi negara bebas malaria pada tahun 2030 menjadi latar belakang yang mendesak untuk tindakan ini. "Strategi adaptif sangat penting, terutama mengingat skala pembangunan di IKN yang membutuhkan pendekatan kolaboratif untuk mitigasi penyakit tular vektor di seluruh Indonesia," tambahnya.

Pendekatan ini tidak hanya relevan untuk malaria, tetapi juga untuk penyakit lain yang ditularkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah, chikungunya, zika, dan Japanese Encephalitis. Kajian terbaru menyoroti bagaimana urbanisasi dan perubahan iklim memperburuk tantangan ini.

Urbanisasi yang cepat, terutama di kawasan seperti Kalimantan Timur, menghadirkan risiko signifikan bagi kesehatan masyarakat. Vice President of Research Monash University, Indonesia, Alex Lechner, menyoroti perlunya solusi inovatif untuk mengatasi dampak lingkungan dan kesehatan akibat proyek infrastruktur berskala besar.

"Penelitian kolaboratif sangat penting untuk memastikan pembangunan kota yang tidak hanya modern tetapi juga tangguh terhadap risiko lingkungan dan kesehatan. Di Monash University, Indonesia, kami berkomitmen untuk mengintegrasikan desain tata kota yang mempertimbangkan ekologi dan kesehatan masyarakat," ungkap Lechner.

Integrasi ini diharapkan dapat menciptakan komunitas yang berkelanjutan, di mana kesehatan masyarakat menjadi prioritas utama dalam setiap aspek pembangunan. Dengan demikian, urbanisasi yang terjadi di IKN dapat menjadi model pembangunan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mendukung kesehatan masyarakat jangka panjang.

 

Kajian Terbaru tentang Mitigasi Risiko Malaria di IKN

Sebuah kajian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications memberikan pandangan mendalam mengenai strategi mitigasi penyakit tular vektor di IKN. Penelitian ini berjudul “Mitigating risks of malaria and other vector-borne diseases in the new capital city of Indonesia” dan diketuai oleh Associate Professor Henry Surendra dari Monash University, Indonesia.

Kajian tersebut melibatkan berbagai ahli dari institusi ternama, termasuk Dr Kimberly Fornace dari National University of Singapore, serta kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI, WHO Indonesia, dan UNICEF Indonesia. Penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana perubahan lingkungan, perilaku vektor, dan mobilitas manusia memengaruhi risiko penyebaran penyakit.

Menurut Surendra, teknologi modern seperti data satelit dan kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan untuk memantau perubahan secara real-time. "Kemajuan teknologi memberikan peluang besar untuk meningkatkan rencana tata ruang kota dengan mempertimbangkan faktor kesehatan dan lingkungan," jelasnya. Dengan pendekatan ini, risiko kesehatan dapat diminimalkan, terutama di daerah yang sedang mengalami transformasi besar seperti IKN.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mengurangi risiko malaria di IKN. Salah satunya adalah pembentukan Gugus Tugas Bebas Malaria pada Mei lalu, yang menyasar populasi pekerja konstruksi, buruh migran, dan pekerja kehutanan setempat.

Dr Helen Prameswari, Manajer Program Malaria Nasional Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa keberhasilan pengendalian malaria di IKN membutuhkan kerja sama lintas sektor. "Diperlukan kolaborasi antara pemerintah pusat, Otorita IKN, dan pemerintah daerah untuk memastikan setiap upaya mitigasi berjalan efektif," ungkapnya.

Gugus tugas ini juga menjadi bukti nyata komitmen pemerintah untuk menangani penyakit tular vektor di kawasan pembangunan IKN. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk organisasi internasional seperti WHO dan UNICEF, langkah ini diharapkan dapat menjadi model bagi upaya serupa di wilayah lain.

Henry Surendra dan timnya merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak jangka panjang pembangunan IKN terhadap kesehatan masyarakat. Kajian ini mencakup analisis tentang bagaimana perubahan ekosistem memengaruhi dinamika vektor penyakit. Pendekatan multidisiplin, yang melibatkan ahli kesehatan, perencana tata kota, dan ahli lingkungan, sangat diperlukan untuk menciptakan solusi yang komprehensif.

Selain itu, Surendra menekankan pentingnya kerja sama lintas batas antara provinsi sekitar Kalimantan Timur dan negara tetangga. Dengan tantangan lingkungan yang serupa, kolaborasi regional dapat memperkuat upaya mitigasi dan mendorong inovasi dalam pengendalian penyakit.

Pembangunan IKN menawarkan peluang unik untuk mengintegrasikan langkah-langkah pengendalian penyakit ke dalam desain infrastruktur. Hal ini tidak hanya relevan untuk Indonesia tetapi juga bagi negara lain yang menghadapi tantangan serupa. Model pembangunan ini dapat menjadi inspirasi bagi ibu kota baru di seluruh dunia, terutama dalam menciptakan kota yang tangguh terhadap risiko kesehatan dan lingkungan.

Langkah antisipatif seperti pemantauan real-time, pengembangan teknologi AI, dan kolaborasi multisektoral memberikan fondasi kuat bagi pembangunan yang berkelanjutan. Dengan terus mendorong kebijakan berbasis riset, IKN berpotensi menjadi contoh bagaimana pembangunan urban dapat berjalan selaras dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

IKN bukan hanya proyek pembangunan fisik, tetapi juga eksperimen besar dalam menciptakan kota yang tahan terhadap tantangan modern seperti perubahan iklim dan urbanisasi. Dengan pendekatan berbasis riset, teknologi canggih, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat mewujudkan visi sebuah ibu kota baru yang tidak hanya menjadi pusat pemerintahan tetapi juga model pembangunan berkelanjutan.

Melalui upaya mitigasi risiko penyakit tular vektor, IKN dapat menjadi contoh bagaimana kesehatan masyarakat dapat menjadi bagian integral dari perencanaan kota. Ini adalah langkah penting menuju Indonesia bebas malaria pada tahun 2030, sekaligus memastikan bahwa IKN menjadi simbol kemajuan yang berkelanjutan dan inklusif.

Next Post Previous Post