Menghijaukan Masa Depan IKN: Integrasi Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan di Kalimantan Timur
Foto : Kementerian PUPR |
Kalimantan Timur, wilayah yang kini menjadi pusat perhatian
dunia sebagai lokasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), tidak hanya menjadi
simbol transformasi infrastruktur tetapi juga percontohan integrasi pembangunan
dengan pelestarian lingkungan. Dalam upaya menciptakan ibu kota yang
berkelanjutan, pemerintah, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Kemenhut), terus menggencarkan berbagai program rehabilitasi dan penghijauan
yang melibatkan masyarakat lokal.
Peran Strategis Rehabilitasi di IKN
Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Rehabilitasi Hutan (PDAS RH), Dyah Murtiningsih, mengungkapkan bahwa
rehabilitasi lahan di kawasan IKN menjadi prioritas utama. Hingga saat ini,
sebanyak 1.800 hektare lahan telah direhabilitasi menggunakan tanaman yang
berasal dari Persemaian Mentawir, pusat persemaian modern di Kalimantan Timur.
"Tanaman dari Persemaian Mentawir telah digunakan untuk
rehabilitasi lahan di IKN. Kami juga memperluas penghijauan di sekitar kawasan,
termasuk di sepanjang jalan tol yang menghubungkan IKN dengan daerah
sekitarnya," ujar Dyah dalam sebuah acara penyerahan bibit kepada
masyarakat di Balikpapan.
Selain itu, Dyah menegaskan bahwa program ini tidak hanya terbatas pada kawasan IKN saja. Upaya rehabilitasi juga menyasar daerah-daerah lain di Kalimantan Timur yang membutuhkan perhatian, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dan Berau. “Pemulihan DAS menjadi fokus utama karena DAS merupakan tulang punggung ekosistem di Kalimantan Timur. Keseimbangan DAS sangat berpengaruh pada keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar,” tambahnya.
Masyarakat sebagai Garda Terdepan Penghijauan
Salah satu aspek penting dari program ini adalah
keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan penghijauan. Untuk mendorong
partisipasi ini, Kemenhut secara rutin membagikan bibit tanaman gratis kepada
masyarakat. Dalam dua bulan terakhir, misalnya, pembagian bibit dilakukan di
berbagai kesempatan, termasuk acara Car Free Day (CFD) di Balikpapan.
"Kami tidak hanya membagikan bibit saat CFD saja,
tetapi juga di berbagai kegiatan lainnya. Hal ini bertujuan untuk membangun
kesadaran dan kebiasaan masyarakat dalam menghijaukan lingkungan sekitar rumah
mereka,” terang Dyah.
Kampanye penghijauan yang digalakkan pemerintah bukan sekadar formalitas, melainkan langkah nyata untuk mengajak masyarakat menjadi agen perubahan. Setiap bibit yang ditanam di pekarangan rumah atau di ruang terbuka publik adalah bagian dari puzzle besar untuk menciptakan Kalimantan Timur yang lebih hijau dan sehat. "Keterlibatan masyarakat sangat penting. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini," imbuh Dyah.
Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah
Selain mendorong partisipasi masyarakat, Kemenhut juga
menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Desa Provinsi
Kalimantan Timur. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas area penghijauan di
luar kawasan hutan. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan desa-desa di
Kalimantan Timur bisa menjadi pusat-pusat kecil pelestarian lingkungan yang
mendukung upaya besar pemerintah.
"Melalui kerja sama ini, kami ingin memperluas cakupan
penghijauan hingga ke pelosok desa. Setiap desa di Kalimantan Timur bisa
menjadi benteng pertahanan ekosistem lokal," jelas Dyah.
Rehabilitasi DAS: Jantung Ekosistem Kalimantan Timur
Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki peran yang sangat
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Di Kalimantan Timur, DAS Mahakam
dan DAS Berau menjadi fokus utama rehabilitasi. "DAS yang sehat tidak
hanya mendukung ekosistem hutan, tetapi juga kehidupan masyarakat yang
bergantung pada sumber daya air," ujar Dyah.
Dalam konteks pembangunan IKN, keberlanjutan DAS menjadi
krusial. Pembangunan infrastruktur besar-besaran berpotensi memengaruhi kondisi
lingkungan sekitar, termasuk aliran sungai. Oleh karena itu, rehabilitasi DAS
menjadi langkah preventif untuk meminimalkan dampak negatif pembangunan. “Kami
ingin memastikan bahwa pembangunan di IKN tidak mengorbankan ekosistem.
Rehabilitasi DAS adalah bagian dari upaya itu,” tambahnya.
Persemaian Mentawir: Pusat Bibit Masa Depan
Persemaian Mentawir, yang menjadi pemasok utama bibit untuk
program rehabilitasi, memiliki kapasitas besar dalam mendukung upaya
penghijauan di Kalimantan Timur. Persemaian ini tidak hanya menyediakan bibit
tanaman keras, tetapi juga tanaman endemik Kalimantan yang memiliki nilai
ekologis tinggi.
"Persemaian ini adalah salah satu kunci sukses program
penghijauan kami. Dengan adanya Persemaian Mentawir, kami bisa memastikan
ketersediaan bibit berkualitas untuk mendukung berbagai program
rehabilitasi," terang Dyah.
Mengintegrasikan Pembangunan dan Pelestarian
Pembangunan IKN di Kalimantan Timur menjadi proyek strategis
yang diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain dalam hal integrasi antara
pembangunan dan pelestarian lingkungan. Pemerintah menyadari bahwa tanpa
pelestarian, pembangunan yang dilakukan hari ini bisa menjadi bumerang di masa
depan. Oleh karena itu, berbagai kebijakan dan program dirancang dengan
mempertimbangkan aspek keberlanjutan.
"IKN adalah simbol masa depan Indonesia. Kita ingin
memastikan bahwa masa depan ini tidak hanya berkilau secara infrastruktur,
tetapi juga hijau secara lingkungan," ujar Dyah.
Menghijaukan IKN, Menghijaukan Nusantara
Upaya menghijaukan IKN bukan hanya tentang menciptakan ibu
kota yang ramah lingkungan, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif
akan pentingnya pelestarian. Setiap pohon yang ditanam, setiap DAS yang
direhabilitasi, dan setiap bibit yang dibagikan adalah langkah kecil menuju
tujuan besar: menciptakan Indonesia yang berkelanjutan.
"Kita semua punya peran dalam mewujudkan Kalimantan
Timur yang lebih hijau. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta harus
bahu-membahu dalam upaya ini," tutup Dyah.
Dengan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak, mimpi tentang IKN yang hijau dan berkelanjutan bukan lagi sekadar wacana, tetapi kenyataan yang semakin mendekat. Kalimantan Timur tidak hanya menjadi saksi lahirnya ibu kota baru, tetapi juga lahirnya paradigma baru dalam pembangunan: bahwa kemajuan dan kelestarian bisa berjalan beriringan.