KEE Panjaratan: Sinergi Pelestarian Habitat Bekantan di Tanah Laut Kalsel Menuju Pariwisata Berkelanjutan
Foto : Pixabay |
Kalimantan Selatan (Kalsel), sebuah provinsi yang dikenal dengan keanekaragaman hayati dan kekayaan ekosistemnya, kini semakin serius dalam upaya menjaga kelestarian alam. Salah satu langkah penting yang diambil adalah pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Panjaratan di Kabupaten Tanah Laut. Kawasan ini bukan hanya rumah bagi flora dan fauna unik, tetapi juga habitat bagi Bekantan (Nasalis larvatus), primata endemik yang menjadi ikon pariwisata Kalimantan Selatan.
Dalam sebuah acara sosialisasi yang digelar di Banjarbaru pada hari Selasa, Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Dinas Kehutanan Kalsel, Supiani, menekankan pentingnya peran semua pihak dalam menjaga dan mengembangkan KEE Panjaratan. “Pengelolaan kawasan ini memerlukan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat setempat, dan lembaga swadaya masyarakat. Hanya dengan kolaborasi yang erat, kita bisa memastikan kelestarian habitat Bekantan ini,” ujarnya.
Mengapa KEE Panjaratan Penting?
KEE Panjaratan merupakan bagian penting dari ekosistem Tanah
Laut. Kawasan ini ditetapkan sebagai KEE resmi sejak 2021 melalui Surat
Keputusan Bupati Tanah Laut. Namun, keberadaan KEE ini bukan hanya tentang
perlindungan satwa. Lebih dari itu, pengembangannya dapat memberikan manfaat
besar bagi masyarakat, terutama dalam bidang budaya dan pariwisata.
Bekantan, yang sering dijuluki "Monyet Belanda" karena hidungnya yang besar dan mencolok, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Keberadaan mereka di alam liar, khususnya di Desa Panjaratan, menarik minat wisatawan lokal maupun internasional. Hal ini membuka peluang besar untuk pengembangan ekowisata berbasis konservasi.
“Kami ingin kawasan ini tidak hanya menjadi simbol pelestarian, tetapi juga sumber kesejahteraan bagi masyarakat setempat,” tambah Supiani. Oleh karena itu, pengelolaan KEE Panjaratan harus dilakukan secara profesional dan berkelanjutan.
Kolaborasi Antar Instansi: Kunci Sukses Pengelolaan
Dalam sosialisasi tersebut, berbagai pihak hadir dan
menyatakan dukungan mereka terhadap pengembangan KEE Panjaratan. Kepala
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Tanah Laut, Rudiono Herlambang,
menyoroti potensi besar yang dimiliki Desa Panjaratan sebagai destinasi wisata
alam.
“Desa Panjaratan memiliki daya tarik alam yang luar biasa. Dengan pengelolaan yang baik, kawasan ini bisa menjadi destinasi unggulan, khususnya bagi wisatawan yang tertarik dengan satwa liar seperti Bekantan,” kata Rudiono. Dia juga menegaskan bahwa pengembangan ini harus melibatkan masyarakat lokal agar manfaat ekonomi bisa dirasakan secara langsung.
Pihak Dinas Kehutanan Kalsel berencana menjalin kerja sama dengan berbagai instansi vertikal, termasuk BKSDA, Dinas Pariwisata, dan organisasi masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan sistem pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan.
Langkah-Langkah Strategis dalam Pengembangan KEE
Pengembangan KEE Panjaratan tidak bisa dilakukan secara
sporadis. Supiani menekankan pentingnya pendekatan yang sistematis dan
terorganisir. “Setelah sosialisasi ini, kami akan menggelar rapat internal
untuk merumuskan struktur lembaga pengelola KEE Panjaratan. Forum kolaboratif
akan dibentuk untuk memastikan semua pihak terlibat secara aktif,” jelasnya.
- Pembentukan Lembaga Pengelola: Dibentuknya lembaga pengelola yang akan bertanggung jawab dalam perencanaan dan implementasi program konservasi.
- Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Edukasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat tentang pentingnya menjaga kelestarian Bekantan dan ekosistem sekitarnya.
- Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas: Melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam mengelola destinasi wisata di Panjaratan.
- Kerja Sama dengan Sektor Swasta: Menggandeng perusahaan seperti PT. Kintap Jaya Wattindo untuk mendukung program pelestarian melalui CSR.
Dampak Positif bagi Masyarakat dan Lingkungan
Pengembangan KEE Panjaratan diharapkan dapat memberikan
dampak positif di berbagai sektor. Selain melestarikan habitat Bekantan,
kawasan ini juga bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Wisata berbasis
konservasi dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, mulai dari
pemandu wisata hingga pengelola homestay.
“Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, masyarakat Desa Panjaratan akan mendapatkan peluang untuk meningkatkan taraf hidup mereka,” ujar Rudiono. Ini sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan, di mana pelestarian lingkungan berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, pengembangan KEE juga akan mendukung upaya pelestarian budaya lokal. Desa Panjaratan memiliki kekayaan budaya yang bisa dikembangkan sebagai bagian dari paket wisata. “Budaya dan alam adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengunjung tidak hanya akan menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar tentang budaya setempat,” tambah Supiani.
Meskipun potensinya besar, pengembangan KEE Panjaratan bukan
tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan
antara konservasi dan pariwisata. Peningkatan jumlah wisatawan harus dikelola
dengan baik agar tidak merusak habitat Bekantan.
Selain itu, partisipasi aktif masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan. “Kami ingin masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku utama dalam pengelolaan KEE ini,” kata Supiani. Oleh karena itu, edukasi dan pelatihan akan terus digalakkan.
Masa Depan KEE Panjaratan: Menuju Ekosistem Lestari dan Pariwisata Berbasis Konservasi
Melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, masyarakat,
dan sektor swasta, KEE Panjaratan memiliki potensi besar untuk menjadi contoh
sukses pengelolaan ekosistem esensial di Indonesia. Dengan fokus pada
pelestarian Bekantan dan pengembangan ekowisata, kawasan ini bisa menjadi model
bagi daerah lain.“Harapan kami, KEE Panjaratan tidak hanya menjadi simbol
pelestarian alam, tetapi juga pusat edukasi dan destinasi wisata unggulan,”
tutup Supiani.Dengan langkah-langkah konkret yang telah direncanakan, masa
depan KEE Panjaratan tampak cerah. Pelestarian Bekantan dan pengembangan
pariwisata berkelanjutan bisa berjalan beriringan, membawa manfaat bagi
lingkungan dan masyarakat setempat. Kalsel kini berada di garis depan dalam
upaya pelestarian alam, dengan KEE Panjaratan sebagai salah satu ujung
tombaknya.