Merayakan Kekayaan Budaya: Festival Melayu Kalbar Kembali Hadir Tahun 2024

  

Foto : Antara Foto

Setelah enam tahun hiatus, Festival Melayu Kalimantan Barat (Kalbar) kembali hadir untuk menyemarakkan Kota Pontianak di tahun 2024. Menandai edisi ke-13, acara tahunan yang diselenggarakan oleh Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar ini siap memukau masyarakat dengan berbagai kegiatan yang berfokus pada pelestarian, edukasi, dan promosi budaya Melayu. Mengangkat tema “Jaga Tradisi, Melayu Lestari,” festival ini dijadwalkan berlangsung dari 19 hingga 24 Oktober 2024 dan menjadi momen istimewa untuk merayakan warisan budaya yang kaya di Bumi Khatulistiwa.

 

Menjaga Tradisi, Merajut Kebersamaan

Dalam sebuah dialog interaktif di acara "Ngander" yang disiarkan oleh RRI Pro 4 Pontianak pada 16 Oktober 2024, Ketua Panitia Festival Melayu ke-13, Kusmindari, mengungkapkan antusiasmenya atas kembalinya perhelatan budaya ini. Menurutnya, festival kali ini menjadi wujud nyata dari semangat pelestarian warisan budaya yang sudah diturunkan oleh leluhur bangsa Melayu di Kalbar.

“Tema tahun ini, ‘Jaga Tradisi, Melayu Lestari,’ menjadi pengingat sekaligus ajakan bagi semua pihak untuk ikut menjaga tradisi dan budaya Melayu yang telah ada sejak dulu. Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat memperkuat identitas budaya Melayu di Kalbar, sekaligus memperkenalkannya ke generasi muda dan masyarakat luas,” ujar Kusmindari.

 

Ragam Kegiatan untuk Semua Kalangan

Festival Melayu Kalbar ke-13 ini menjanjikan beragam kegiatan menarik yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Acara yang berlangsung selama enam hari ini akan diisi dengan pertunjukan seni tradisional yang menampilkan tari-tarian, musik, dan drama khas Melayu. Para pengunjung juga bisa menyaksikan pameran kerajinan tangan yang mencerminkan keindahan dan keunikan budaya Melayu, serta mencicipi kuliner khas yang kaya akan cita rasa tradisional.

Tidak hanya itu, festival ini juga menyuguhkan permainan tradisional yang menghibur, seperti permainan gasing, congkak, dan sepak raga, yang akan mengajak masyarakat untuk bernostalgia sekaligus mengenalkan budaya ini kepada generasi muda, khususnya Gen Z. Selain menikmati berbagai hiburan, para pengunjung juga bisa berpartisipasi dalam berbagai lomba yang telah disiapkan oleh panitia, seperti lomba menari zapin, lomba pantun, dan lomba memasak makanan khas Melayu.

 

Pawai Budaya dan Hiburan Meriah

Kemeriahan festival akan dimulai dengan pawai budaya yang diikuti ribuan peserta. Kusmindari menyebutkan bahwa pawai ini akan dimulai dari Masjid Raya Mujahidin dan berakhir di Rumah Adat Melayu di Jalan Sutan Syahrir, Kota Pontianak. Dalam perjalanan, peserta pawai akan menampilkan berbagai pertunjukan jalanan, termasuk berjepin, sebuah tarian tradisional yang memadukan gerak dan irama Melayu.

“Salah satu yang menarik tahun ini adalah pawai budaya. Kita ingin menunjukkan kekayaan budaya Melayu lewat tampilan visual yang menghibur, mulai dari pakaian adat, alat musik, hingga tarian-tarian tradisional. Kami berharap ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” ujar Kusmindari.

Untuk memeriahkan suasana, band legendaris dari Pontianak, "Arwana," juga akan tampil di salah satu sesi hiburan malam, memberikan sentuhan modern pada musik Melayu yang khas. Kehadiran band ini diharapkan dapat menghibur para pengunjung yang datang dari berbagai daerah, sekaligus memperkenalkan lagu-lagu dengan nuansa Melayu kepada khalayak yang lebih luas. Panitia juga berharap, Menteri Pariwisata dapat hadir dan membuka festival ini secara resmi sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya lokal.

 

Edukasi dan Diskusi: Menyongsong Masa Depan Budaya Melayu

Tidak hanya berfokus pada hiburan, Festival Melayu ke-13 juga mengadakan berbagai seminar dan diskusi yang membahas isu-isu terkait kebudayaan dan pariwisata di Kalimantan Barat. Seminar ini akan menghadirkan pembicara-pembicara dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, budayawan, dan pelaku industri pariwisata. Diskusi ini bertujuan untuk mencari solusi atas tantangan yang dihadapi dalam upaya melestarikan budaya Melayu di era modernisasi yang semakin pesat.

“Melalui seminar dan diskusi ini, kami ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga budaya yang kita miliki. Ini bukan hanya soal mempertahankan tradisi, tapi juga bagaimana kita bisa berinovasi untuk membuat budaya Melayu tetap relevan dan menarik bagi generasi muda,” jelas Kusmindari.

 

Pameran Produk Lokal dan UMKM

Festival Melayu Kalbar juga menjadi ajang promosi bagi produk-produk lokal. Para pengrajin dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) diberikan kesempatan untuk memamerkan dan menjual hasil karya mereka kepada pengunjung. Pameran ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi pengrajin lokal untuk memperkenalkan produk mereka, mulai dari kain songket, anyaman, hingga kerajinan tangan yang memiliki nilai seni tinggi. Pengunjung bisa membeli produk-produk ini sebagai oleh-oleh atau kenang-kenangan khas Melayu yang otentik.

“Kami ingin memberikan ruang bagi para pelaku UMKM lokal untuk berkembang. Dengan hadirnya festival ini, kita berharap produk-produk lokal bisa lebih dikenal, tidak hanya di Pontianak, tapi juga di seluruh Indonesia bahkan mancanegara,” tambah Kusmindari.

 

Festival Sebagai Ajang Sinergi Budaya dan Pariwisata

Kehadiran Festival Melayu Kalbar diharapkan dapat menarik wisatawan dari dalam maupun luar daerah. Dengan rangkaian acara yang kaya dan bervariasi, festival ini tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat lokal, tapi juga daya tarik wisata yang bisa menggerakkan perekonomian daerah. Kusmindari menyampaikan harapannya agar acara ini dapat menciptakan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri pariwisata dalam melestarikan budaya Melayu.

“Kami ingin Festival Melayu ini menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan bagi semua pihak. Dengan bekerja sama, kita bisa memastikan bahwa budaya Melayu terus hidup dan dikenal luas oleh masyarakat. Ini adalah bentuk kebanggaan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya,” tegas Kusmindari.

 

Harapan Masa Depan yang Lebih Cerah

Setelah enam tahun vakum, kembalinya Festival Melayu Kalbar ini menjadi angin segar bagi masyarakat Kalbar yang rindu akan kemeriahan budaya mereka. Dengan menghadirkan rangkaian acara yang edukatif, menghibur, dan sarat akan nilai budaya, festival ini diharapkan mampu menjadi jembatan bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai warisan leluhur mereka.

Lebih dari sekadar festival, perhelatan ini adalah sebuah panggilan untuk menjaga dan melestarikan tradisi Melayu agar tetap lestari di tengah arus modernisasi. Dari Pontianak, semangat budaya Melayu akan terus berkobar, menyatukan masyarakat dengan rasa cinta dan bangga terhadap warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya.

Festival Melayu Kalbar ke-13 siap menghidupkan kembali semangat kebudayaan dan membawa pesan bahwa melestarikan tradisi adalah bagian dari upaya menjaga jati diri, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih cerah.

Previous Post