Mengukuhkan Jejak di Ajang Pidato Melayu Se-Asean: Mahasiswa FITK UIN Malang Perluas Networking Antar Perguruan Tinggi di Brunei Darussalam

  

Foto : FITK UIN Walisongo

Pada pertengahan Agustus 2024, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mendapat undangan istimewa dari Universitas Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam. Ajang yang diikuti adalah sebuah kompetisi pidato Bahasa Melayu tingkat ASEAN yang membawa semangat kebersamaan dan kolaborasi antarperguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Malang, melalui mahasiswanya, turut serta dalam kegiatan bergengsi ini, menjadikan momentum ini sebagai langkah penting dalam memperluas jaringan dan kolaborasi internasional.

 

Tema Utama: Maqasid Syariah dan Pembangunan Berkelanjutan

Acara ini, yang berlangsung dari tanggal 26 hingga 28 September 2024, mengangkat tema sentral "Maqasid Syariah Teras Matlamat Pembangunan Mampan," atau yang dapat diartikan sebagai Maqasid Syariah Sebagai Pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Bertempat di dua lokasi penting, yaitu Dewan Jubli UNISSA dan Balai Khazanah Sultan Haji Hassanal Bolkiah, kegiatan ini menghadirkan suasana intelektual yang penuh semangat, dengan para mahasiswa dari berbagai negara ASEAN yang berkompetisi menunjukkan kemampuan berpidato mereka dalam bahasa Melayu.

Tema yang diangkat dalam ajang ini sangat relevan dengan konteks sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di berbagai negara peserta. Pembangunan berkelanjutan tidak hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi dan lingkungan, tetapi juga dari aspek spiritual dan kemanusiaan yang dibingkai dalam konsep Maqasid Syariah. Lima prinsip utama Maqasid Syariah—yaitu Hifdzun Nafs (perlindungan jiwa), Hifdzud Dien (perlindungan agama), Hifdzul Aql (perlindungan akal), Hifdzun Nasl (perlindungan keturunan), dan Hifdzul Mal (perlindungan harta benda)—menjadi landasan dalam mencapai kesejahteraan yang adil dan lestari.

 

Kontribusi Mahasiswa FITK UIN Malang: Menyuarakan Perdamaian dan Kemanusiaan

Salah satu mahasiswa yang mewakili FITK UIN Malang adalah Mirza, yang tampil dengan pidato penuh makna mengenai salah satu prinsip utama Maqasid Syariah, yaitu Hifdzun Nafs. Dalam pidatonya, Mirza menekankan pentingnya perlindungan atas nyawa dan martabat manusia, dengan fokus utama pada konflik kemanusiaan yang sedang terjadi di Palestina. Ia mengaitkan pelanggaran yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina dengan prinsip Hifdzun Nafs, yang seharusnya menjadi pijakan utama dalam menjaga kehidupan manusia.

Mirza mengkritisi tindakan kekerasan yang dialami oleh warga Palestina, yang menurutnya sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam ajaran Islam. Lebih jauh, ia menyerukan pentingnya perdamaian dan keadilan, bukan hanya bagi masyarakat Palestina, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Pidatonya menyampaikan pesan mendalam tentang perlunya menjaga harmoni dan keberlangsungan hidup yang sejahtera, sebagaimana yang diimpikan oleh tema besar kompetisi ini, yaitu menuju pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah.

Pesan perdamaian yang dibawa oleh Mirza tidak hanya relevan dengan konteks kontemporer, tetapi juga menjadi seruan moral bagi semua negara yang tergabung dalam ASEAN. Sebagai bagian dari masyarakat Melayu yang memiliki keterikatan sejarah dan budaya yang kuat, ia menegaskan pentingnya memperkuat solidaritas dan hubungan antarbangsa untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan damai. Pidato tersebut disampaikan dengan percaya diri, mencerminkan pemahaman mendalam mengenai persoalan global dan kemampuan berbicara dalam bahasa Melayu yang fasih dan terstruktur.

 

Penghargaan dari Dekan FITK: Membangun Jejaring Internasional

Atas kontribusi yang luar biasa tersebut, Mirza mendapat apresiasi yang tinggi dari Dekan FITK UIN Malang, Prof. Dr. H. Nur Ali, M.Pd. Menurut beliau, partisipasi mahasiswa dalam ajang pidato Bahasa Melayu ini bukan hanya tentang kompetisi semata, melainkan sebuah langkah strategis dalam membangun jejaring internasional, khususnya di antara perguruan tinggi di kawasan ASEAN.

"Ini adalah kesempatan emas bagi mahasiswa untuk tidak hanya mengasah kemampuan berbahasa dan public speaking, tetapi juga untuk memperluas wawasan dan networking dengan mahasiswa dan akademisi dari berbagai negara," ungkap Prof. Nur Ali. Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini membuka peluang besar bagi UIN Malang untuk menjalin kerja sama di bidang akademik dan penelitian dengan perguruan tinggi lainnya di Asia Tenggara, sehingga dapat memperkuat posisi UIN Malang sebagai institusi pendidikan yang berwawasan global.

 

Ajang Kompetisi yang Memperluas Wawasan dan Penggunaan Bahasa Melayu

Tidak hanya soal pidato dan kompetisi, acara ini juga dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan Bahasa Melayu di kalangan mahasiswa Institut Pengajian Tinggi (IPT) di ASEAN. Bahasa Melayu, yang menjadi salah satu bahasa pengantar di beberapa negara Asia Tenggara, memiliki peran penting dalam menyatukan masyarakat di kawasan ini. Oleh karena itu, ajang seperti ini menjadi sarana efektif untuk mendorong generasi muda agar lebih aktif menggunakan bahasa tersebut dalam berbagai forum internasional.

Dalam kompetisi ini, para peserta ditantang untuk menyampaikan ide-ide mereka dengan menggunakan Bahasa Melayu yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tidak hanya kemampuan berbicara yang dinilai, tetapi juga substansi dari pidato yang mereka sampaikan, sejauh mana mereka dapat mengaitkan tema Maqasid Syariah dengan isu-isu global dan pembangunan berkelanjutan. Kompetisi ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk mengembangkan potensi mereka dalam bidang penyiaran umum, di samping memperkuat rasa percaya diri dalam berkompetisi di level internasional.

 

Potensi Kerja Sama Antar Perguruan Tinggi ASEAN

Ajang pidato ini tidak hanya berfokus pada kompetisi antar mahasiswa, tetapi juga membuka ruang untuk kolaborasi dan kerja sama yang lebih luas antar perguruan tinggi. Kegiatan seperti ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mempererat hubungan akademik antar negara ASEAN. Perguruan tinggi dari berbagai negara dapat menjajaki peluang kerja sama dalam berbagai bidang, mulai dari penelitian, pertukaran pelajar, hingga program-program akademik yang bersifat lintas negara.

Dengan adanya kompetisi ini, perguruan tinggi seperti UIN Malang dan UNISSA dapat saling bertukar pengetahuan, memperdalam kajian tentang Bahasa Melayu dan Maqasid Syariah, serta memperkuat peran mereka dalam menciptakan lulusan yang memiliki wawasan internasional. Pertemuan akademisi dan mahasiswa dari berbagai negara ini juga diharapkan dapat memupuk rasa saling pengertian dan solidaritas antar negara di kawasan ASEAN, khususnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang adil dan sejahtera.

 

Peran Mahasiswa dalam Diplomasi Kebudayaan

Keikutsertaan mahasiswa dalam ajang internasional seperti ini juga memiliki nilai strategis dalam memperkenalkan budaya dan nilai-nilai Indonesia kepada negara-negara lain. Dalam konteks ASEAN, di mana hubungan antar negara seringkali didasarkan pada persamaan sejarah dan budaya, peran mahasiswa sebagai duta bangsa menjadi semakin penting. Mereka tidak hanya mewakili institusi pendidikan mereka, tetapi juga membawa pesan dari negara asal mereka, sekaligus memperkenalkan kebudayaan dan pandangan Indonesia mengenai isu-isu global.

Dalam hal ini, ajang pidato Bahasa Melayu menjadi medium yang efektif untuk memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Pesan yang disampaikan oleh para mahasiswa, seperti Mirza, dapat menjadi cerminan dari posisi Indonesia dalam percaturan internasional, khususnya dalam upaya menciptakan perdamaian dan kesejahteraan global.

Partisipasi mahasiswa FITK UIN Malang dalam ajang pidato Bahasa Melayu Se-Asean di Brunei Darussalam bukan hanya sebuah prestasi akademik, tetapi juga sebuah langkah penting dalam memperkuat networking antar perguruan tinggi di kawasan ASEAN. Dengan tema besar yang mengusung Maqasid Syariah dan pembangunan berkelanjutan, kegiatan ini menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman tentang peran agama dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera.

Lebih dari itu, ajang ini juga menjadi platform bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan berbahasa, memperluas wawasan, dan menjalin hubungan dengan mahasiswa dan akademisi dari negara lain. Ke depan, diharapkan kegiatan serupa dapat terus diikuti oleh UIN Malang, sehingga dapat semakin memperkuat posisinya di kancah internasional dan membuka lebih banyak peluang kerja sama dengan perguruan tinggi di seluruh dunia.

Next Post Previous Post