Kepergian Mgr. Hieronymus Bumbun, Uskup Dayak Pertama di Indonesia: Sebuah Warisan Abadi

  

Foto : Istimewa

Kabar duka menyelimuti Keuskupan Agung Pontianak. Pada Senin malam, 30 September 2024, Uskup Agung Emeritus Pontianak, Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, OFMCap., berpulang ke rumah Bapa dalam usia 87 tahun setelah berjuang melawan penyakit. Mgr. Bumbun, sosok bersejarah dalam Gereja Katolik di Indonesia, meninggal dunia pada pukul 21.12 WIB di Rumah Sakit St. Antonius, Pontianak.

Jenazah Mgr. Bumbun kini disemayamkan di Gereja Katedral St. Yosep, Pontianak. Para pelayat telah berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang menjadi pilar penting dalam perjalanan iman umat Katolik di Kalimantan.

 

Jadwal Misa Requiem

Hari ini, Selasa, 1 Oktober 2024, pukul 18.30 WIB, akan dilangsungkan misa requiem yang dipimpin oleh Uskup Sanggau, Mgr. Valentinus Saeng, CP. Keesokan harinya, Rabu, 2 Oktober 2024, misa requiem kembali diadakan pada waktu yang sama, dipimpin oleh Uskup Sintang, Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap. Puncak perpisahan dengan almarhum akan diadakan pada Kamis, 3 Oktober 2024, pukul 09.00 WIB. Pada saat itu, Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, akan memimpin misa pelepasan jenazah, sebelum akhirnya jenazah Mgr. Bumbun dikebumikan di Pemakaman St. Yusuf, Sungai Raya, Pontianak.

 

Sejarah Hidup Mgr. Hieronymus Bumbun

Mgr. Hieronymus Bumbun dilahirkan pada 5 Agustus 1937. Beliau menerima tahbisan imamat pada 27 Juli 1967 dan kemudian menjadi Imam Kapusin. Karier gerejawi beliau terus berkembang, hingga pada 19 Desember 1975, beliau diangkat sebagai Uskup Auksilier Pontianak, dan menerima tahbisan episkopalnya pada 27 Mei 1976 dengan gelar Uskup Tituler Capra.

Satu momen penting dalam hidup Mgr. Bumbun adalah penahbisannya sebagai uskup yang menjadikannya Uskup Dayak pertama di Indonesia. Ia ditahbiskan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono, bersama Uskup Ketapang, Mgr. Gabriel Willem Sillekens, CP, dan Uskup Agung Medan, Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFMCap. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi umat Katolik Indonesia, terutama suku Dayak, yang melihat salah satu putra terbaik mereka mendapat pengakuan dalam hierarki tertinggi Gereja.

Pengangkatan Mgr. Bumbun sebagai uskup asli Dayak adalah cerminan dari semangat kemandirian Gereja Katolik Indonesia pasca lahirnya hierarki Gereja Katolik Indonesia pada tahun 1961. Hal ini bukan hanya menjadi pengakuan bagi Mgr. Bumbun pribadi, tetapi juga sebuah kebanggaan bagi seluruh masyarakat Dayak dan umat Katolik di Kalimantan. Gereja Indonesia saat itu sedang berada dalam fase transisi dari dominasi kepemimpinan misionaris asing ke kepemimpinan pribumi.

 

Motto Pelayanan: “Kasih Tak Dikasihi”

Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan rohaninya, Mgr. Bumbun mengusung motto "Amor non Amatur," yang dalam bahasa Indonesia berarti "kasih tak dikasihi." Motto ini diambil dari semangat Santo Fransiskus dari Assisi, yang sangat menghargai cinta kasih yang tanpa pamrih. Bagi Mgr. Bumbun, kasih menjadi landasan utama dalam pelayanannya, terutama di tengah masyarakat Dayak yang multikultural.

 

Menjabat Sebagai Uskup Agung Pontianak

Pada 26 Februari 1977, Mgr. Hieronymus Bumbun diangkat menjadi Uskup Agung Pontianak, menggantikan Mgr. Herculanus Joannes Maria van der Burgt, OFMCap., yang meninggal dunia pada 2 Juli 1976. Dalam masa kepemimpinannya selama 37 tahun, Mgr. Bumbun berhasil membawa banyak perubahan dan kemajuan dalam Keuskupan Agung Pontianak. Salah satu kontribusinya yang paling nyata adalah kemampuannya menjaga harmoni antarumat beragama di Kalimantan Barat, terutama antara masyarakat Katolik, Islam, dan suku Dayak.

Selain menjabat sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Bumbun juga sempat menjalankan tugas ganda sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sanggau pada tahun 1982-1990. Hal ini membuktikan betapa besar dedikasi dan komitmennya terhadap pelayanan gerejawi. Di bawah kepemimpinannya, Keuskupan Sanggau dan Pontianak menjadi lebih kokoh, baik secara organisasi maupun dalam hal pembinaan iman umat.

Pada tahun 2014, setelah 37 tahun melayani sebagai Uskup Agung, Mgr. Bumbun mengajukan pengunduran diri karena usia yang sudah lanjut. Vatikan secara resmi menerima pengunduran dirinya pada 3 Juni 2014, dan menunjuk Mgr. Agustinus Agus sebagai penggantinya. Setelah pensiun, Mgr. Bumbun tinggal di Biara Kapusin di Pontianak, tempat di mana ia terus melayani umat, meskipun tidak lagi aktif sebagai Uskup Agung.

 

Warisan yang Tak Terlupakan

Kepemimpinan Mgr. Hieronymus Bumbun tidak hanya meninggalkan jejak yang dalam bagi umat Katolik di Kalimantan, tetapi juga bagi seluruh Gereja Katolik di Indonesia. Sebagai Uskup Dayak pertama, beliau tidak hanya mewakili suku dan daerahnya, tetapi juga menjadi simbol kemandirian Gereja Indonesia. Pengabdian Mgr. Bumbun selama puluhan tahun menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap umat, terutama dalam membangun hubungan yang harmonis di tengah keberagaman Kalimantan.

Mgr. Bumbun juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan dekat dengan umatnya. Banyak umat yang merasa kehilangan sosok yang selalu memberikan kehangatan dalam pelayanan rohani. Dengan motto "kasih tak dikasihi," beliau berusaha menebarkan cinta kasih kepada siapa pun, tanpa pandang bulu. Semangat ini akan selalu dikenang oleh umat Katolik, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak.

Kepergian Mgr. Hieronymus Bumbun merupakan kehilangan besar, tidak hanya bagi Gereja Katolik, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Dayak dan Kalimantan Barat. Namun, warisan spiritual dan teladan hidupnya akan terus hidup di hati umat yang pernah ia layani. Mgr. Bumbun telah menutup mata untuk selama-lamanya, tetapi kenangan akan pengabdiannya akan terus menginspirasi generasi penerus.

Requiescat in pace, Mgr. Hieronymus Bumbun. Selamat beristirahat dalam damai abadi, Uskup Dayak pertama di Indonesia. Warisanmu akan terus hidup dalam setiap kasih yang engkau sebarkan selama hayatmu.

Next Post Previous Post