Tragedi di Sarawak: Tentara Malaysia Gugur Tertembak Pemburu Liar
Foto : Shuttercock |
Seorang tentara Malaysia, Kopral Petrus Linggi Liman,
meregang nyawa setelah ditembak oleh seorang yang diduga sebagai pemburu liar
di wilayah Sarawak. Kejadian tragis ini berlangsung pada Senin, 23 September
2024, ketika Petrus bersama rekan-rekan satuannya sedang melakukan latihan
militer di area tersebut. Insiden ini mengejutkan publik dan memicu pencarian
besar-besaran terhadap pelaku yang hingga kini belum teridentifikasi.
Menurut laporan dari pihak berwenang, Petrus yang baru berusia 29 tahun diduga ditembak oleh seorang pemburu liar yang secara ilegal berada di wilayah latihan militer tersebut. Pihak keluarga dan kerabat Petrus sangat terpukul atas kejadian ini, termasuk sepupunya, Desmond Leo Naga Janting. Dalam sebuah wawancara dengan media lokal The Star pada 24 September, Desmond mengungkapkan kesedihannya. Ia mengatakan bahwa terakhir kali bertemu dengan Petrus adalah saat perayaan Gawai Dayak di rumah panjang mereka tahun lalu.
Gawai Dayak merupakan sebuah festival penting bagi masyarakat Dayak di Sarawak yang biasanya dirayakan setiap tanggal 1 Juni. Festival ini merupakan momen untuk bersyukur atas hasil panen dan merayakan kebersamaan keluarga. Desmond mengingat kembali kenangan bersama sepupunya dengan penuh haru. “Saya tidak pernah menyangka bahwa pertemuan itu akan menjadi yang terakhir kalinya. Rasanya seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan,” ujar Desmond lirih.
Kronologi kejadian bermula ketika Petrus dan rekan-rekannya dari Brigade ke-9 yang bermarkas di Sibu sedang menjalani latihan rutin di hutan Sarawak. Pada dini hari itu, mereka sedang beristirahat di sebuah pos peristirahatan sementara, ketika tiba-tiba terdengar suara sepeda motor yang melintas di jalan setapak dekat lokasi mereka. Tidak lama kemudian, terdengar suara yang menyerupai letusan senjata api. Menanggapi situasi tersebut, pasukan segera melakukan pemeriksaan perimeter untuk memastikan keadaan aman.
Namun, betapa terkejutnya mereka ketika mendapati Petrus tergeletak tak berdaya dengan luka tembak di tubuhnya. Tanpa membuang waktu, anggota tim segera memberikan pertolongan pertama di lokasi kejadian. Petrus kemudian dilarikan ke klinik kesehatan terdekat sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Sayangnya, nyawa Petrus tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit beberapa saat setelah tiba. Kejadian ini pun segera dilaporkan kepada pihak kepolisian setempat.
Komando Angkatan Darat Malaysia langsung merespons peristiwa tersebut dengan mengeluarkan pernyataan resmi pada 23 September yang mengonfirmasi bahwa seorang personel mereka telah gugur akibat tembakan saat menjalani latihan militer. Pihak militer juga menegaskan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk mengungkap identitas pelaku serta motif di balik penembakan ini.
Insiden ini membuka kembali perbincangan mengenai bahaya perburuan liar yang kerap terjadi di hutan-hutan Malaysia, khususnya di wilayah-wilayah terpencil seperti Sarawak. Perburuan liar bukan hanya mengancam populasi satwa liar, tetapi juga keselamatan manusia, terutama mereka yang bertugas di wilayah hutan untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Kopral Petrus, yang telah mengabdi selama beberapa tahun di Angkatan Darat Malaysia, dikenal sebagai sosok yang berdedikasi dan memiliki semangat tinggi dalam menjalankan tugasnya. Rekan-rekan satuannya mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam atas kepergian Petrus yang dinilai sebagai seorang prajurit tangguh dan sahabat yang baik. “Petrus adalah pribadi yang selalu bisa diandalkan, baik di medan latihan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kehilangannya adalah pukulan berat bagi kami semua,” ungkap salah satu rekannya.
Pihak keluarga, yang sangat terpukul oleh kejadian ini, berharap agar pelaku segera ditemukan dan diadili sesuai hukum yang berlaku. Mereka juga mengingatkan pentingnya keamanan bagi para prajurit yang bertugas di lapangan, agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang. Ayah Petrus, Liman Janting, dengan suara bergetar mengungkapkan kesedihannya. “Saya tidak pernah menyangka akan kehilangan anak saya dengan cara seperti ini. Saya hanya berharap keadilan bisa ditegakkan untuk Petrus,” katanya.
Masyarakat setempat dan berbagai pihak telah menyampaikan belasungkawa atas tragedi yang menimpa keluarga besar Linggi Liman ini. Pemerintah dan pihak militer juga berjanji akan memberikan dukungan penuh kepada keluarga yang ditinggalkan serta memastikan bahwa proses penyelidikan berjalan dengan transparan dan tuntas. Insiden ini juga menjadi momentum bagi pihak berwenang untuk memperketat pengawasan terhadap aktivitas perburuan liar yang semakin marak dan membahayakan.
Dalam upaya pencarian pelaku, tim gabungan dari kepolisian dan militer Malaysia telah dikerahkan untuk menyisir wilayah hutan tempat kejadian. Berbagai pos pemeriksaan juga didirikan di titik-titik strategis untuk mempersempit ruang gerak pelaku. Sementara itu, masyarakat setempat diminta untuk memberikan informasi jika mengetahui sesuatu yang dapat membantu proses penyelidikan.
Kejadian ini juga menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih waspada dan memperhatikan aspek keselamatan dalam setiap aktivitas, baik itu latihan militer maupun kegiatan lainnya yang melibatkan wilayah hutan. Pemerintah Malaysia diharapkan dapat meningkatkan patroli dan pengawasan terhadap perburuan liar yang seringkali berujung pada konflik dan ancaman terhadap keselamatan manusia.
Di tengah duka yang mendalam, keluarga dan rekan-rekan Petrus hanya bisa berdoa agar arwahnya diterima di sisi-Nya dan pelaku segera ditemukan. Perjuangan dan pengabdian Petrus sebagai prajurit Malaysia akan selalu dikenang dan dihargai. Semoga kejadian ini menjadi yang terakhir dan tidak ada lagi nyawa yang harus melayang sia-sia akibat tindakan kriminal seperti ini.