Kontroversi Kadisdikbud Kalsel: Pengakuan Merokok dan Tuduhan Pengusiran Guru

  

Foto : Radar Banjarmasin

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Muhammadun, akhirnya angkat bicara terkait kontroversi yang mencuat akibat tuduhan bahwa ia mengusir seorang guru yang menegurnya karena merokok di tengah rapat. Dalam pernyataannya, Muhammadun mengakui bahwa ia memang merokok di ruangan, tetapi ia menolak tegas tuduhan bahwa ia mengusir guru tersebut. Bahkan, ia menyebut bahwa dirinya yang merasa dimarahi dan di-bully oleh sang guru.

Dalam sebuah tayangan video yang disiarkan oleh Kompas TV pada Selasa (10/9/2024), Muhammadun mengakui tindakannya merokok di dalam ruangan. "Ada benar dia bilang aku merokok, ada benar," ujarnya, menunjukkan sikap terbuka terhadap kritik yang diterimanya. Ia pun tidak berusaha mengelak kesalahannya. "Aku harus mengakui, aku ini salah," tambahnya.

Namun, meski ia menerima kesalahannya terkait merokok di ruangan tertutup, Muhammadun dengan tegas membantah tuduhan bahwa ia mengusir guru tersebut. Ia menekankan bahwa kejadian sebenarnya adalah sebaliknya. Menurutnya, justru dirinya yang menjadi korban kemarahan guru tersebut. "Tapi yang diusir itu tidak benar. Dia yang memarahiku, dia yang mem-bully ku," ujar Muhammadun dengan nada penuh keberatan.

Selain isu merokok, Muhammadun juga mendapat sorotan terkait penggunaan sandal selama rapat. Banyak pihak yang mengkritik hal ini sebagai tindakan yang kurang sopan. Namun, Muhammadun menjelaskan bahwa ia terpaksa menggunakan sandal karena kondisi kesehatannya. Ia menderita masalah saraf pada kakinya, sehingga membutuhkan alas kaki yang nyaman. "Kakiku, aku punya kaki yang saraf yang memang harus bersandal," ujarnya dalam upaya meredakan kritik tersebut.

 

Pengakuan Guru: Teguran dan Respons yang Mengejutkan

Kasus ini pertama kali mencuat ketika seorang guru SMK di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Amalia Wahyuni, mengunggah video di media sosialnya. Dalam video tersebut, Amalia mengungkapkan bahwa dirinya diusir oleh Muhammadun setelah menegurnya karena merokok di ruang rapat. Kejadian ini terjadi saat ia menghadiri rapat di sebuah hotel di Banjarmasin pada Senin (2/9).

Menurut Amalia, sebelum rapat dimulai, panitia telah memberikan imbauan kepada seluruh peserta agar tidak menggunakan ponsel selama rapat berlangsung. Namun, ketika Muhammadun memasuki ruangan yang ber-AC tersebut, ia terlihat merokok sambil mengenakan sandal. Tindakan ini tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan, terutama bagi Amalia yang merasa tidak tahan dengan asap rokok.

Tidak ingin tinggal diam, Amalia akhirnya memberanikan diri untuk menegur Muhammadun. Ia meminta maaf terlebih dahulu sebelum menyampaikan keluhannya. "Ketika saya tegur 'Bapak mohon maaf, saya tidak tahan mencium asap rokok'," ungkap Amalia dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @amaliawyn.

Namun, respons yang ia terima dari Muhammadun sangat mengejutkan. Alih-alih menghargai teguran tersebut, Muhammadun justru memberikan jawaban yang dianggap Amalia sebagai tindakan pengusiran. "Kalau kamu tidak tahan, silakan kamu yang keluar," demikian tanggapan Muhammadun menurut pengakuan Amalia.

Amalia sangat menyayangkan sikap Muhammadun, terutama karena ia adalah seorang pejabat publik yang seharusnya menjadi panutan. Ia merasa tindakan tersebut menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap orang lain. "Jika seseorang ingin dihargai, dia seharusnya bisa menghargai orang lain," tegasnya dalam video tersebut.

 

Dampak Setelah Video Viral

Kontroversi ini tidak berhenti pada insiden di ruang rapat saja. Setelah video pengakuan Amalia viral di media sosial, ia mengaku menerima dampak serius dari kejadian tersebut. Amalia mengungkapkan bahwa sejak Selasa (3/9), ia telah dirumahkan oleh pihak sekolah tempat ia mengajar.

Menurut Amalia, keputusan tersebut diambil oleh pihak sekolah setelah video dirinya yang menegur Kadisdikbud Kalsel menjadi sorotan publik. Meski begitu, Amalia tetap mempertahankan pendiriannya bahwa apa yang ia lakukan adalah benar. Ia merasa bahwa sebagai seorang guru, ia memiliki tanggung jawab untuk berbicara ketika melihat sesuatu yang tidak sesuai.

Amalia juga mendapatkan banyak dukungan dari netizen yang merasa simpati atas apa yang dialaminya. Banyak yang mengkritik tindakan Muhammadun sebagai bentuk arogansi kekuasaan dan memuji Amalia karena keberaniannya berbicara. Beberapa pihak juga menyerukan agar kasus ini ditangani dengan serius, mengingat pentingnya integritas pejabat publik, terutama dalam lingkungan pendidikan.

 

Perspektif Hukum dan Etika

Kasus ini menimbulkan diskusi luas terkait etika pejabat publik dan hak asasi manusia. Dalam konteks hukum, merokok di ruang tertutup, terutama dalam gedung yang ber-AC, melanggar aturan tentang larangan merokok di tempat umum. Sebagai seorang pejabat pemerintah, Muhammadun seharusnya menjadi teladan dalam menerapkan aturan tersebut, bukannya melanggarnya.

Selain itu, dari perspektif etika, perilaku pejabat publik yang tidak menghargai teguran dengan baik juga dipandang sebagai bentuk pelanggaran etika profesional. Sebagai Kepala Dinas Pendidikan, Muhammadun diharapkan mampu menunjukkan sikap yang menghargai orang lain, terutama para guru yang berada di bawah wewenangnya.

Sementara itu, tindakan merumahkan Amalia setelah kejadian tersebut juga menimbulkan pertanyaan serius. Apakah keputusan tersebut merupakan bentuk intimidasi atau tekanan dari pihak tertentu, ataukah ada alasan lain di balik keputusan tersebut? Hal ini perlu diselidiki lebih lanjut agar tidak ada pihak yang dirugikan secara tidak adil.

 

Reaksi Publik dan Dampak Sosial

Kasus ini dengan cepat menyebar luas di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Banyak yang menyayangkan sikap Muhammadun dan menilai bahwa seorang pejabat publik seharusnya lebih bijaksana dalam menghadapi kritik. Bahkan, beberapa tokoh masyarakat turut angkat bicara, menyerukan agar pemerintah daerah segera menyelesaikan kasus ini dengan bijak.

Di sisi lain, beberapa pihak juga menyarankan agar Amalia diberikan dukungan hukum, mengingat ia hanya menjalankan haknya untuk menyuarakan pendapatnya. Mereka menilai bahwa guru seperti Amalia seharusnya dilindungi, bukan dihukum karena berani bersuara.

Meskipun kontroversi ini menimbulkan banyak kritik, ada juga yang melihatnya sebagai pelajaran penting bagi pejabat publik untuk lebih peka terhadap hak-hak orang lain. Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa kebebasan berbicara dan hak untuk mengkritik adalah bagian penting dari demokrasi, dan semua pihak, termasuk pejabat pemerintah, harus menghormati hal tersebut.

Kasus pengusiran guru oleh Kadisdikbud Kalsel ini telah membuka diskusi luas mengenai etika pejabat publik, hak asasi manusia, dan pentingnya menghormati peraturan yang berlaku. Pengakuan Muhammadun bahwa ia merokok di ruangan memang patut diapresiasi sebagai sikap yang jujur, namun cara ia merespons teguran dari guru tersebut masih menjadi sorotan. Di sisi lain, keberanian Amalia untuk berbicara di tengah situasi yang tidak nyaman juga mendapat banyak pujian, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Kini, masyarakat menantikan bagaimana kasus ini akan diselesaikan. Apakah akan ada tindakan lebih lanjut dari pihak berwenang untuk memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat? Ataukah kasus ini akan berakhir tanpa resolusi yang memuaskan? Yang jelas, kasus ini telah memberikan pelajaran penting bagi kita semua tentang pentingnya menghormati aturan dan saling menghargai dalam setiap interaksi, baik di lingkungan pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Next Post Previous Post