Kisah Heroik Bocah Perempuan di Kalsel: Mengorbankan Nyawa untuk Menyelamatkan Teman yang Tercebur Sungai

  

Ilustrasi : Pixabay

Kejadian tragis sekaligus heroik terjadi di Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, pada Senin (23/9/2024). Seorang bocah perempuan berusia 12 tahun, yang diidentifikasi dengan inisial R, ditemukan meninggal dunia setelah tenggelam di Sungai Tabalong. Kisahnya bukan sekadar kisah tenggelam biasa, melainkan tentang keberanian luar biasa seorang anak yang berusaha menyelamatkan temannya tanpa memikirkan bahaya yang mengancam dirinya sendiri.

Menurut laporan Kepala Seksi Humas Polres Tabalong, Iptu Joko Sutrisno, kejadian ini bermula saat R dan tujuh teman sebayanya sedang menikmati waktu bermain di pinggiran Sungai Tabalong. Siang itu, mereka sedang mencari kerang di sekitar tepian sungai. Aktivitas mencari kerang di daerah tersebut adalah hal yang biasa dilakukan anak-anak setempat, terutama ketika air sungai sedang surut. Anak-anak sering mengumpulkan kerang untuk dijadikan bahan permainan atau sekadar bersenang-senang sambil menikmati aliran air sungai yang tenang.

Namun, ketenangan siang itu mendadak berubah ketika salah seorang teman R terpeleset dan tercebur ke dalam sungai. Sungai yang tampaknya tenang ternyata memiliki arus yang cukup kuat di beberapa bagian, dan teman R yang tercebur tampak kesulitan untuk kembali ke daratan. Saat itulah naluri kepahlawanan dalam diri R muncul. Tanpa ragu, ia segera menceburkan diri ke dalam air, berenang sekuat tenaga menuju temannya yang sedang berjuang melawan arus.

Menurut penuturan saksi dan teman-teman R yang menyaksikan kejadian itu, usaha R untuk menyelamatkan temannya membuahkan hasil. Setelah berjuang keras, ia berhasil meraih tubuh temannya dan membawanya kembali ke tepian sungai. Meski usianya baru 12 tahun, keberanian dan tekad kuat R membuatnya mampu melakukan tindakan yang luar biasa dalam situasi genting tersebut.

Namun, takdir berkata lain. Ketika R berhasil menyelamatkan temannya, justru dirinya sendiri yang tidak sempat menyelamatkan diri. Arus sungai yang tadinya tampak jinak kini berubah menjadi ancaman yang nyata. R terseret arus yang kuat dan menghilang di bawah permukaan air. Kepanikan segera melanda teman-teman R yang menyaksikan peristiwa tersebut. Mereka berlari ke desa untuk melaporkan kejadian itu kepada warga sekitar.

Warga yang mendengar kabar tenggelamnya R segera bergegas menuju lokasi kejadian. Tim relawan setempat dan beberapa warga langsung melakukan penyisiran di sepanjang sungai dengan peralatan seadanya. Menurut Joko Sutrisno, upaya pencarian tersebut berlangsung selama satu jam sebelum akhirnya tubuh R ditemukan sejauh 20 meter dari titik awal ia tenggelam. Namun, sayangnya, ketika ditemukan, R sudah dalam kondisi tak bernyawa.

Kabar tentang kematian R menyebar dengan cepat di kalangan warga. Kesedihan mendalam menyelimuti desa tersebut, terutama karena tindakan R yang heroik namun berakhir tragis. Bagi teman-temannya yang masih anak-anak, peristiwa ini tentu menjadi momen yang akan selalu mereka kenang dengan penuh rasa hormat dan duka. Mereka kehilangan seorang teman yang dengan gagah berani mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang lain.

Setelah tubuh R ditemukan, ia segera dibawa ke Puskesmas Bintang Ara untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Namun, orangtua R, dalam kondisi terpukul atas kehilangan anak mereka, memutuskan untuk tidak melakukan pemeriksaan medis atau otopsi yang lebih mendalam. Mereka memilih untuk segera memakamkan putri mereka dengan cara yang sederhana namun penuh kehormatan, sesuai dengan tradisi dan kepercayaan yang mereka anut.

Keputusan keluarga untuk tidak melakukan otopsi ini didasarkan pada keyakinan bahwa anak mereka telah melakukan sesuatu yang sangat mulia, dan mereka ingin menghormati keberanian R dengan cara yang damai. Pemakaman R dilangsungkan dengan cepat diiringi isak tangis keluarga, teman, dan warga desa yang merasa kehilangan seorang anak yang penuh kasih dan kepedulian.

Kisah tenggelamnya R menyisakan pelajaran mendalam bagi masyarakat di sekitar Sungai Tabalong dan sekitarnya. Selain menjadi pengingat akan bahaya bermain di sekitar perairan tanpa pengawasan orang dewasa, kejadian ini juga menggambarkan betapa pentingnya memiliki naluri kemanusiaan dan keberanian dalam menghadapi situasi darurat. Meski R masih sangat muda, tindakannya menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama bisa mengalahkan rasa takut dan risiko, bahkan dalam situasi yang paling berbahaya sekalipun.

Pemerintah setempat serta pihak kepolisian menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban. Iptu Joko Sutrisno dalam pernyataannya menyebut bahwa apa yang dilakukan oleh R adalah tindakan yang sangat mulia dan layak mendapatkan penghargaan. Meski tidak ada yang dapat menggantikan kehilangan anak mereka, tindakan R akan selalu dikenang sebagai teladan keberanian yang jarang terjadi, terutama di usia yang begitu muda.

Beberapa pihak juga mengusulkan agar dilakukan pelatihan dasar tentang keselamatan di perairan bagi anak-anak yang tinggal di dekat sungai. Hal ini dianggap penting untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Selain itu, warga juga berharap agar ada perhatian lebih dari pemerintah untuk memberikan fasilitas keselamatan di sekitar sungai, seperti pagar pembatas atau tanda bahaya di area yang berpotensi berbahaya.

Kisah R akan terus dikenang bukan hanya sebagai tragedi, tetapi juga sebagai kisah keberanian dan cinta kepada sesama. Di usia yang begitu muda, ia telah menunjukkan bahwa jiwa kepahlawanan tidak mengenal umur. Tindakan mulianya akan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk selalu menolong sesama, meski dalam situasi yang penuh risiko.

Semoga tindakan heroik R bisa menjadi pengingat bagi kita semua bahwa dalam setiap diri, meskipun masih belia, ada potensi besar untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.

Next Post Previous Post