Guru Pengkritik Kepala Disdikbud Kalsel Viral, Kini Dirumahkan: Amalia Wahyuni Merasa Tidak Jelas Nasibnya
Amalia Wahyuni, Foto : (instagram @amaliawyn) |
Amalia Wahyuni, seorang guru honorer di salah satu SMK
swasta di Banjarbaru, harus menerima kenyataan pahit setelah mengkritik Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Selatan, Muhammadun.
Kritik yang ia sampaikan melalui media sosial pada awal September 2024 lalu
tidak hanya menjadi viral, tetapi juga berdampak langsung pada pekerjaannya.
Kini, Amalia dirumahkan tanpa kepastian oleh sekolah tempatnya mengajar.
Kritik yang Memicu Kontroversi
Kisah bermula ketika Amalia menghadiri Rapat Koordinasi
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Pendidikan SMK Tahap II yang
diadakan di Hotel Rodhita, Banjarmasin. Dalam acara tersebut, Amalia
memperhatikan tindakan Muhammadun yang merokok di dalam ruang tertutup ber-AC.
Menurut Amalia, sebagai seorang pejabat publik, tindakan tersebut tidak patut
dicontoh. Ia kemudian menegur Muhammadun atas perilakunya. Namun, bukannya
mendapat tanggapan positif, Amalia justru diminta meninggalkan ruangan oleh Muhammadun.
Setelah kejadian tersebut, Amalia memilih untuk membagikan pengalamannya di media sosial melalui akun pribadinya, @amaliawyn. Dalam unggahannya, ia menyoroti pentingnya pejabat publik memberikan teladan yang baik, terutama dalam lingkungan pendidikan. Unggahannya langsung mendapat perhatian luas dari netizen dan menjadi viral pada 3 September 2024. Namun, dampak dari aksi beraninya itu ternyata lebih dari sekadar sorotan di dunia maya.
Dirumahkan Tanpa Kepastian
Beberapa hari setelah videonya menjadi viral, Amalia
menerima kabar dari sekolah tempatnya bekerja. Pihak sekolah memutuskan untuk
"mengistirahatkan" dirinya dari tugas mengajar, namun tanpa kejelasan
kapan ia akan kembali. "Terakhir saya bertanya ke sekolah, jawabannya saya
diistirahatkan," ujar Amalia pada Minggu, 8 September 2024. Meski
demikian, tidak ada batas waktu yang jelas kapan statusnya sebagai guru honorer
akan diputuskan.
Amalia merasa bingung dan tidak nyaman dengan keputusan tersebut. “Diberhentikan pun saya siap, asalkan ada kepastian. Namun, sekarang ini saya seperti digantung. Saya tidak enak dengan guru-guru lain, takutnya mereka berpikir saya bolos kerja,” ungkapnya. Amalia juga menjelaskan bahwa meskipun ia dirumahkan, ia tetap ingin mengetahui statusnya secara jelas, apakah akan dipecat atau tetap dipertahankan.
Keyakinan Amalia yang Tak Goyah
Meskipun menghadapi ketidakpastian, Amalia menegaskan bahwa
ia tidak menyesali tindakannya. Menurutnya, ia sudah memikirkan matang-matang
segala konsekuensi yang mungkin terjadi sebelum mengunggah video kritik
tersebut. "Saya sudah siap dengan segala keputusan. Jika memang saya
diberhentikan, mungkin itu sudah rezeki saya sebagai guru yang berakhir,"
jelasnya dengan tenang.
Amalia juga menegaskan bahwa tindakan yang ia ambil adalah demi kebaikan bersama. Menurutnya, seorang pemimpin harus selalu memberikan contoh yang baik bagi orang-orang di sekitarnya, terutama bagi anak didik. Ia menceritakan bahwa setelah video curhatannya viral, seorang siswa di kelas X bahkan sempat bertanya kepadanya, "Kalau kepala dinas boleh merokok di dalam ruangan dengan seragam dinas, berarti siswa juga boleh merokok di dalam kelas dengan seragam sekolah, kan?"
Dari pertanyaan tersebut, Amalia merasa bahwa kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi generasi muda. Ia khawatir jika tindakan pejabat publik seperti Muhammadun tidak dikritisi, maka hal tersebut akan menjadi contoh buruk bagi siswa.
Dukungan Ombudsman
Curahan hati Amalia di media sosial ternyata tidak hanya
menarik perhatian netizen, tetapi juga mendapat apresiasi dari Ombudsman RI
Provinsi Kalimantan Selatan. Kepala Perwakilan Ombudsman Kalsel, Hadi Rahman,
memberikan dukungannya kepada Amalia atas keberanian yang ia tunjukkan. Menurut
Hadi, langkah yang diambil oleh Amalia adalah contoh nyata keberanian untuk
saling mengingatkan demi kebaikan bersama.
"Ibu Amalia menunjukkan keberanian untuk menyuarakan hal yang menurutnya tidak tepat demi kenyamanan bersama," kata Hadi. Ia juga menegaskan bahwa Ombudsman siap membantu jika ada korban lain yang mengalami hal serupa namun takut melapor. "Sepanjang kasus ini masih dalam ranah pelayanan publik dan sesuai dengan kewenangan Ombudsman, kami siap membantu," tambahnya.
Evaluasi untuk Pemprov Kalsel
Hadi Rahman juga memberikan kritik terhadap perilaku
Muhammadun dan menyarankan agar Pemprov Kalsel segera melakukan evaluasi. Ada
dua hal penting yang menurut Hadi perlu diperbaiki. Pertama, kepatutan dan
komitmen pejabat terkait untuk menegakkan asas-asas, nilai-nilai dasar, serta
norma-norma yang berlaku dalam pemerintahan. Hal ini mencakup aturan yang harus
diikuti sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) serta norma sosial di tempat umum.
Kedua, Hadi juga menyarankan agar Pemprov Kalsel mengevaluasi penyelenggaraan forum atau rapat internal pemerintahan. Ia menekankan pentingnya adanya tata tertib atau panduan yang disepakati oleh semua peserta rapat demi kenyamanan bersama. "Setidaknya harus ada aturan yang jelas dan mengikat semua peserta rapat," tegasnya.
Lebih lanjut, Hadi mengingatkan bahwa kasus ini telah menjadi sorotan publik, sehingga Pemprov Kalsel harus serius dalam menangani masalah ini. Ia juga menekankan bahwa sebagai ASN dan pejabat pemerintahan, seorang pemimpin harus selalu menjaga etika dan profesionalisme, terutama di sektor pendidikan yang seharusnya menjadi contoh bagi generasi muda.
"Kepemimpinan adalah keteladanan. Sebagai seorang ASN sekaligus pemimpin di lingkungan pendidikan, Kadisdikbud Kalsel harus bisa menjadi panutan, baik dalam sikap, perkataan, maupun perbuatan," pungkasnya.
Amalia Tetap Menunggu Keputusan
Meski belum ada kejelasan mengenai nasibnya, Amalia tetap
berpegang pada keyakinannya bahwa ia berada di pihak yang benar. Baginya,
tindakan yang ia ambil adalah demi menjaga integritas sebagai seorang pendidik
dan sebagai bentuk pengingat bagi pejabat publik untuk lebih bertanggung jawab
atas sikap dan tindakan mereka.
"Saya hanya berharap ada kepastian, apakah saya masih bisa mengajar atau tidak. Jika memang diberhentikan, saya terima. Tapi jangan biarkan saya terus menunggu tanpa kepastian," ujarnya.
Kasus ini tidak hanya menjadi sorotan di dunia pendidikan, tetapi juga di kalangan masyarakat yang menginginkan adanya pemimpin yang bertanggung jawab dan memberikan contoh yang baik. Amalia berharap, melalui kasus ini, pejabat publik bisa lebih berhati-hati dalam bertindak dan selalu mengingat bahwa mereka adalah panutan bagi banyak orang.