Nyoman Nuarta: Sang Arsitek di Balik Desain Istana Garuda IKN
Foto : Institut Teknologi Bandung |
Istana Garuda yang direncanakan menjadi ikon Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, menuai beragam reaksi dari masyarakat, terutama di media sosial. Banyak yang mengkritik desainnya, menyebutnya mirip dengan kelelawar karena warnanya yang cenderung gelap dan suram. Kritik ini mencuat setelah akun Twitter @resistorac mengunggah gambar Istana Garuda, dengan menuliskan komentar yang mempertanyakan apakah bangunan itu adalah istana garuda atau kelelawar. Seiring dengan itu, akun @jari_droid juga menyebut bahwa bangunan tersebut memang mirip kelelawar, dengan menambahkan bahwa kepala burung garuda tidak tampak jelas.
Di tengah kontroversi ini, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, memastikan bahwa desain Istana Garuda tidak akan diubah. Dia menjelaskan bahwa bangunan tersebut akan tetap mengikuti rancangan akhir yang dibuat oleh arsitek terkenal, I Nyoman Nuarta. Menurut Basuki, material tembaga yang digunakan dalam desain tersebut akan mengalami oksidasi dan berubah warna menjadi hijau seiring waktu.
Latar Belakang dan Kiprah Nyoman Nuarta
I Nyoman Nuarta, arsitek di balik desain Istana Garuda, lahir di Tabanan, Bali pada 14 November 1951. Ia merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra. Bakat seninya mulai terasah sejak kecil, terutama ketika diasuh oleh pamannya, Ketut Dharma Susila, yang merupakan seorang guru seni rupa.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas, Nyoman melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1972. Awalnya, ia memilih jurusan seni lukis, tetapi setelah satu tahun kuliah, ia memutuskan untuk pindah ke jurusan seni patung. Bagi Nyoman, seni patung lebih menarik karena melibatkan karya tiga dimensi yang dinamis dan proses pengerjaannya yang lebih hidup.
Prestasi Nyoman mulai terlihat sejak 1979, ketika ia memenangkan lomba patung proklamator Republik Indonesia. Sejak itu, karyanya terus berkembang dan menjadi ikon nasional. Salah satu karya monumental yang dibuatnya adalah Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya, Jawa Timur. Tak hanya itu, Nyoman juga menciptakan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, yang kini menjadi salah satu daya tarik wisata utama di pulau tersebut.
Visi Nyoman Nuarta dalam Desain Istana Garuda
Setelah kesuksesannya dengan GWK, Nyoman kembali mendapat kepercayaan untuk merancang Istana Garuda di IKN Nusantara. Dalam visinya, Nyoman memilih simbol burung garuda sebagai wujud pengintegrasian nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ke dalam setiap detail desain. Dia meyakini bahwa bentuk burung garuda dapat memberikan kesan ikonik dan menarik perhatian wisatawan. Lebih dari itu, Nyoman berharap desain ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai sektor ekonomi seperti industri transportasi, pariwisata, perhotelan, kios cinderamata, dan usaha kecil lokal.
Nyoman mengusulkan konsep "archsculpt" untuk desain Istana Garuda, yang merupakan perpaduan antara seni patung dan arsitektur. Dia mengacu pada karya-karya monumental dari seniman besar seperti Michelangelo, Leonardo da Vinci, dan I Gusti Nyoman Lempad, yang berhasil menggabungkan seni dan arsitektur dalam bangunan gereja dan pura.
Menurut Nyoman, perancangan Istana Garuda didasarkan pada dua fungsi utama. Pertama, fungsi estetik yang bertujuan untuk menciptakan karya seni monumental seperti Garuda Wisnu Kencana. Garuda Pancasila, yang diperkenalkan oleh Presiden pertama RI, Sukarno, pada 1 Februari 1950, telah menjadi simbol negara yang menyatukan bangsa. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang tersemat di kaki burung garuda menggambarkan keberagaman yang tetap satu, memperkuat makna persatuan di Indonesia.
Selain aspek estetik, Nyoman juga mempertimbangkan fungsi pragmatis dalam desain Istana Garuda. Bangunan ini akan menjadi tempat bagi presiden untuk mengelola pemerintahan dengan konsep desain yang ramah lingkungan. Sosok garuda dalam desain ini dibentuk dari bilah tembaga vertikal yang tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai peneduh dari sinar matahari, mengurangi efek rumah kaca.
Pilihan Material dan Keunggulannya
Pemilihan bahan utama tembaga oleh Nyoman bukan tanpa alasan. Tembaga memiliki sifat yang lentur, tahan karat, dan mudah dibentuk, menjadikannya pilihan yang ideal untuk desain arsitektur yang rumit seperti Istana Garuda. Selain itu, tembaga juga memiliki daya tahan terhadap jamur dan lumut, sehingga meminimalkan kebutuhan perawatan yang dapat mengganggu aktivitas kenegaraan. Keunggulan lainnya, tembaga berfungsi sebagai konduktor yang baik untuk menangkal listrik dan petir, serta mencegah kebakaran akibat listrik statis. Konsep ini sebelumnya telah diterapkan oleh Nyoman dalam pembuatan Patung Garuda Wisnu Kencana.
Nyoman melihat konsep "archsculpt" sebagai puncak dari upayanya menggabungkan fungsi estetika seni dengan pragmatisme bangunan. Ia menyatakan bahwa Istana Garuda tidak hanya akan berfungsi sebagai bangunan pemerintahan, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan keindahan yang menyejukkan hati rakyat Indonesia. Kombinasi antara fungsi estetis dan pragmatis ini menjadi bukti keahlian Nyoman dalam menciptakan karya yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga fungsional.
Kontroversi dan Tantangan
Meskipun visi dan konsep Nyoman Nuarta dalam merancang Istana Garuda sangat jelas dan terencana, tanggapan publik yang muncul di media sosial menunjukkan bahwa tidak semua orang menerima desain ini dengan baik. Kritikan yang menyebut bangunan ini mirip dengan kelelawar menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh Nyoman dalam mewujudkan visinya. Tantangan ini tidak hanya datang dari segi teknis dan arsitektural, tetapi juga dari persepsi publik yang harus dihadapi oleh Nyoman sebagai seorang seniman dan arsitek.
Namun, Nyoman tetap teguh pada pendiriannya bahwa desain Istana Garuda yang ia ciptakan akan menjadi salah satu ikon penting bagi Indonesia, simbol persatuan, dan karya seni monumental yang diakui di tingkat nasional dan internasional. Ia berharap bahwa seiring berjalannya waktu, publik akan dapat menerima dan mengapresiasi karya seni dan arsitektur yang telah ia rancang dengan penuh dedikasi dan visi yang besar.
I Nyoman Nuarta adalah sosok yang penuh dedikasi dalam menciptakan karya seni dan arsitektur yang tidak hanya berfungsi secara praktis, tetapi juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Dengan segala kritik dan tantangan yang ia hadapi, Nyoman tetap berpegang pada visi dan prinsipnya dalam menciptakan desain Istana Garuda. Dalam konteks yang lebih luas, karya-karya Nyoman, termasuk Istana Garuda, adalah bukti kontribusinya dalam memperkaya budaya dan arsitektur Indonesia, sekaligus menjadi simbol persatuan bangsa.