Kisah Tragis di Sarawak: Pekerja Migran Asal Lombok Timur Tewas Ditembak, Keluarga Larut dalam Duka
foto Ilustrasi : Shuttercock |
Desa Waringin di Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur,
Nusa Tenggara Barat (NTB) kini tengah diselimuti awan duka. Seorang warganya,
Gofur (40), yang telah lama merantau ke Sarawak, Malaysia, sebagai pekerja
migran Indonesia (PMI), harus mengakhiri hidupnya secara tragis setelah
ditemukan tewas dengan luka tembak. Berita duka ini mengguncang keluarga dan
kerabat Gofur yang selama ini menggantungkan hidup mereka pada pria itu, sang
tulang punggung keluarga.
Kepulangan jenazah Gofur ke kampung halaman disambut isak tangis yang memecah kesunyian pagi di desa tersebut. Para keluarga dan kerabat tak kuasa menahan air mata saat peti jenazah yang berbalut bendera Merah Putih tiba di rumah duka. Suasana haru dan kesedihan begitu terasa, membayangi setiap langkah mereka yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Gofur, yang dikenal sebagai pribadi pekerja keras, selalu berjuang demi keluarganya yang ditinggalkan di tanah air. Ia merantau ke negeri seberang, berharap dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi istri dan anak-anaknya. Namun, nasib berkata lain. Gofur tewas dalam perantauannya, meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya yang ditinggalkan.
Setibanya jenazah di Lombok Timur, prosesi pemakaman segera dilakukan di pemakaman desa setempat. Pemakaman berlangsung dengan penuh khidmat, diiringi doa-doa yang dipanjatkan oleh sanak saudara, tetangga, dan kerabat yang hadir. Mereka bergantian memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, berharap agar arwahnya diterima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Lombok Timur, M. Khairi, turut hadir dalam prosesi tersebut. Ia menjelaskan bahwa proses pemulangan jenazah Gofur memerlukan waktu dan prosedur yang panjang. "Jenazah berhasil mendarat di bandara pada pukul 08.55 WITA sesuai jadwal, meski ada sedikit keterlambatan," ujar Khairi pada Sabtu (10/8). Menurut Khairi, proses pemulangan jenazah PMI, baik yang formal maupun nonformal, harus melalui tahapan verifikasi penyebab kematian yang ketat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap kasus kematian di luar negeri dapat diketahui penyebabnya dengan jelas dan transparan.
"Sebelum jenazah dipulangkan, pihak berwenang Malaysia biasanya akan melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian," jelas Khairi. Tanpa adanya verifikasi ini, penyebab kematian tidak dapat dipastikan dengan akurat, yang dapat memicu spekulasi dan ketidakpastian di kemudian hari. Oleh karena itu, pihaknya bekerja sama dengan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia untuk mengawal proses pemulangan ini hingga tuntas.
Khairi juga mengapresiasi sikap majikan Gofur yang bertanggung jawab atas pemulangan jenazah hingga tiba di rumah duka. "Alhamdulillah, majikan tempat korban bekerja bertanggung jawab sampai pemulangan almarhum," katanya. Kepedulian dan tanggung jawab dari majikan ini setidaknya sedikit meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
Sebelumnya, berdasarkan keterangan dari perwakilan RI di Malaysia, Gofur diduga tewas akibat terkena peluru nyasar. Luka tembak yang ditemukan di bagian dada korban mengindikasikan bahwa ia menjadi korban dalam insiden yang melibatkan penggunaan senjata api. Informasi ini menambah kesedihan bagi keluarga yang sudah terpukul dengan berita kematiannya.
Menurut keterangan lebih lanjut, Gofur merupakan PMI nonprosedural, yang berarti ia bekerja di Malaysia tanpa melalui jalur resmi. Kondisi ini kerap kali membuat PMI nonprosedural lebih rentan terhadap berbagai risiko, termasuk keselamatan kerja. Kasus Gofur ini menjadi pengingat bagi banyak orang tentang betapa berbahayanya bekerja di luar negeri tanpa dokumen resmi dan perlindungan yang memadai.
Tragedi yang menimpa Gofur telah menjadi sorotan, tidak hanya di Lombok Timur, tetapi juga di tingkat nasional. Kasus ini memunculkan kembali diskusi tentang perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia di luar negeri, khususnya mereka yang bekerja secara nonprosedural. Pemerintah Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan perlindungan bagi warganya yang bekerja di luar negeri, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Di tengah kesedihan yang melanda keluarga Gofur, harapan masih menyala untuk keadilan. Pihak keluarga berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas, dan pelaku yang bertanggung jawab atas kematian Gofur dapat dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Mereka juga berharap agar pemerintah Indonesia dapat lebih tegas dalam melindungi pekerja migran di luar negeri, sehingga tidak ada lagi keluarga yang harus kehilangan orang yang mereka cintai secara tragis seperti ini.
Kisah Gofur menjadi salah satu dari sekian banyak cerita tragis tentang pekerja migran Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan dan risiko di luar negeri. Setiap tahunnya, ribuan warga Indonesia merantau ke negara-negara lain dengan harapan dapat memperbaiki taraf hidup mereka. Namun, tidak sedikit dari mereka yang harus menghadapi kenyataan pahit, seperti yang dialami oleh Gofur dan keluarganya.
Pada akhirnya, peristiwa ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, tentang pentingnya perlindungan dan keselamatan bagi para pekerja migran. Gofur mungkin telah tiada, namun semangatnya untuk berjuang demi keluarga akan selalu dikenang oleh mereka yang ditinggalkan. Semoga arwahnya tenang di alam sana, dan keluarganya diberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan ini.