Dinamika Unjuk Rasa GMNI Kalsel: Menyuarakan Demokrasi yang Kian Tergerus
Foto : Antara |
Pada suatu siang yang mendung di Banjarmasin, suasana di
Jalan Lambung Mangkurat yang biasanya ramai dengan hiruk-pikuk aktivitas
masyarakat berubah menjadi lebih tenang. Namun, di tengah ketenangan tersebut,
sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI) Kalimantan Selatan, dengan semangat yang membara, menggelar aksi damai
di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan
Selatan. Aksi ini tidak hanya sekadar bentuk protes biasa, tetapi sebuah
panggilan untuk mempertahankan esensi demokrasi di Indonesia.
Sejak pagi, aparat kepolisian telah berjaga di sekitar lokasi aksi. Meski unjuk rasa ini direncanakan berlangsung damai, kehadiran polisi dalam jumlah yang cukup banyak menunjukkan kewaspadaan dan kesiapan mereka dalam mengantisipasi segala kemungkinan. Meski begitu, aksi ini tetap berjalan dengan lancar, tanpa adanya insiden yang berarti, sesuai dengan harapan semua pihak yang terlibat.
Latar Belakang dan Motivasi Aksi GMNI
Unjuk rasa yang dilakukan oleh GMNI Kalsel ini
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran mereka terhadap kondisi politik di Indonesia
yang dianggap semakin tidak berpihak kepada rakyat kecil. Mereka memandang
bahwa pemerintahan saat ini cenderung otoriter dan kurang responsif terhadap
aspirasi masyarakat. Hal ini ditandai dengan sejumlah kebijakan yang dianggap
merugikan rakyat serta adanya upaya untuk melanggengkan kekuasaan melalui
dinasti politik.
Salah satu isu utama yang diangkat dalam aksi ini adalah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait persyaratan usia minimum bagi calon kepala daerah. GMNI Kalsel mendukung keputusan ini karena dianggap sebagai salah satu langkah penting untuk mendorong regenerasi kepemimpinan yang lebih baik dan sehat di Indonesia. Mereka menilai bahwa batasan usia tersebut akan membantu mencegah terjadinya monopoli kekuasaan oleh keluarga atau kelompok tertentu yang dapat merusak tatanan demokrasi.
Dalam pandangan GMNI Kalsel, demokrasi yang sehat harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu untuk berpartisipasi dalam proses politik, tanpa adanya intervensi atau dominasi dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau kekayaan. Oleh karena itu, mereka menolak segala bentuk upaya yang dapat menghambat regenerasi kepemimpinan dan mengakibatkan terjadinya praktik-praktik politik dinasti.
Pesan-Pesan Kritis dalam Aksi GMNI
Aksi unjuk rasa GMNI Kalsel ini ditandai dengan berbagai
bentuk ekspresi yang kreatif dan simbolis. Selain membawa spanduk-spanduk yang
memuat pesan-pesan kritis, mereka juga memanfaatkan media visual untuk
menyampaikan pesan mereka. Salah satunya adalah dengan membawa sebuah televisi
ke lokasi unjuk rasa. Televisi ini digunakan untuk menayangkan secara langsung
jalannya rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
yang membahas putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pemilihan kepala daerah
(Pilkada).
Dengan cara ini, GMNI Kalsel berusaha mengajak masyarakat yang melintas di sekitar lokasi aksi serta para pejabat DPRD Kalsel untuk turut menyaksikan dan memahami isu yang sedang mereka perjuangkan. Mereka ingin memastikan bahwa pesan yang mereka sampaikan tidak hanya didengar oleh para pengambil kebijakan, tetapi juga oleh masyarakat luas yang mungkin belum sepenuhnya memahami implikasi dari keputusan tersebut.
Selain itu, peserta aksi juga menunjukkan kecerdasan dan kreativitas mereka dalam menyampaikan kritik melalui puisi-puisi yang dibacakan di tengah-tengah aksi. Puisi-puisi ini penuh dengan makna mendalam, menggambarkan kondisi bangsa yang menurut mereka sedang "sekarat" akibat kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Melalui puisi, mereka menyampaikan kekecewaan dan harapan mereka akan perubahan yang lebih baik bagi Indonesia.
Tidak ketinggalan, humor juga menjadi salah satu elemen penting dalam aksi ini. Beberapa spanduk yang dibawa peserta aksi mengandung sindiran-sindiran tajam namun dibalut dengan humor. Salah satunya adalah spanduk yang bertuliskan "kurus tapi rakus - pino kio jawa", yang ditujukan kepada para pemimpin yang mereka anggap hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, tanpa memperhatikan kondisi rakyat yang semakin terpuruk. Sindiran ini diharapkan dapat menyentil hati nurani para pemimpin agar lebih peduli terhadap nasib rakyat.
Partisipasi dan Respons dari DPRD Kalsel
Aksi yang dilakukan oleh GMNI Kalsel ini berhasil menarik
perhatian publik, termasuk pejabat DPRD Kalsel. Salah satu pejabat yang
terlihat turun langsung dan duduk bersama para pengunjuk rasa adalah Kepala
Bagian Fasilitasi dan Pengawasan Sekretariat DPRD (Setwan) Kalsel, Riduansyah.
Kehadirannya di tengah-tengah mahasiswa ini menunjukkan bahwa suara mereka
masih didengar, setidaknya oleh beberapa pihak di pemerintahan daerah.
Namun, sayangnya, para anggota DPRD Kalsel lainnya tidak berada di tempat saat aksi berlangsung. Hal ini sempat menimbulkan kekecewaan di kalangan peserta aksi, yang berharap dapat bertemu langsung dengan para wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi mereka. Meskipun demikian, kehadiran Riduansyah memberikan sedikit harapan bahwa suara-suara kritis dari masyarakat, khususnya mahasiswa, masih mendapatkan tempat di ruang-ruang pemerintahan.
Penundaan rapat paripurna DPR RI terkait putusan MK juga sempat membuat suasana aksi sedikit tegang. Meski demikian, para peserta aksi tetap memilih untuk membubarkan diri secara tertib setelah menyampaikan aspirasi mereka. Hal ini menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi, di mana meskipun ada ketidakpuasan, mereka tetap menjaga agar aksi tersebut berlangsung damai dan tidak anarkis.
Refleksi terhadap Kondisi Demokrasi di Indonesia
Aksi damai GMNI Kalsel ini adalah cerminan dari semangat
demokrasi yang masih hidup di kalangan mahasiswa. Meski jumlah mereka tidak
begitu besar, suara dan semangat mereka mampu menggetarkan hati para pengambil
kebijakan dan mengingatkan kita semua bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang
bisa dianggap remeh. Demokrasi adalah fondasi dari kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang harus dijaga dan diperjuangkan oleh semua pihak, termasuk
mahasiswa.
Melalui aksi ini, GMNI Kalsel ingin mengingatkan bahwa demokrasi tidak boleh hanya menjadi milik segelintir orang yang memiliki kekuasaan atau kekayaan. Demokrasi adalah milik seluruh rakyat Indonesia, yang harus dilindungi dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan. Mereka menolak segala upaya yang dapat merusak tatanan demokrasi, termasuk praktik politik dinasti yang dapat mengakibatkan terjadinya ketimpangan dalam proses politik.
Kritik dan kontrol dari masyarakat, seperti yang dilakukan oleh GMNI Kalsel, adalah bagian penting dari proses demokrasi itu sendiri. Tanpa adanya kritik yang konstruktif, demokrasi bisa saja berubah menjadi otoritarianisme yang hanya menguntungkan segelintir orang. Oleh karena itu, suara-suara kritis seperti ini harus didengar dan dipertimbangkan oleh para pengambil kebijakan, agar demokrasi di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan rakyat.
Aspirasi dan Harapan ke Depan
Ke depan, GMNI Kalsel berharap agar pemerintah dan DPR RI
dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat luas. Mereka berharap agar suara rakyat, termasuk suara
mahasiswa, lebih diperhatikan dan dipertimbangkan dalam setiap kebijakan yang
diambil. Hanya dengan cara ini, demokrasi di Indonesia dapat terjaga dan terus
berkembang.
Aksi ini juga menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk mempertahankan demokrasi tidak akan pernah berakhir. Setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi demokrasi dari segala bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar. Sebagai bagian dari generasi muda, mahasiswa memiliki peran penting dalam menjaga agar demokrasi di Indonesia tetap hidup dan berkembang sesuai dengan cita-cita kemerdekaan.
Dalam konteks ini, aksi damai yang dilakukan oleh GMNI Kalsel bukanlah sekadar unjuk rasa biasa. Aksi ini adalah bentuk nyata dari upaya untuk menjaga agar demokrasi di Indonesia tetap berada di jalur yang benar. Mereka menyuarakan ketidakpuasan terhadap sistem yang mereka anggap tidak adil, serta menuntut perubahan yang lebih baik bagi masa depan bangsa.
Dengan semangat yang sama, GMNI Kalsel juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta dalam perjuangan ini. Mereka menyadari bahwa perubahan tidak akan datang dengan sendirinya. Perubahan membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, serta kerjasama dari semua pihak yang peduli terhadap masa depan bangsa.
Pesan Terakhir: Jangan Biarkan Demokrasi Terkikis
Aksi damai GMNI Kalsel ini adalah sebuah pesan penting bagi
kita semua. Pesan bahwa demokrasi adalah sesuatu yang harus kita jaga dengan
sungguh-sungguh. Demokrasi bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, melainkan
hasil dari perjuangan panjang para pendahulu kita. Oleh karena itu, sebagai
generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi
demokrasi agar tetap menjadi sistem yang adil dan berpihak kepada rakyat.