Tantangan Pembiayaan Pemerintahan Prabowo: Program Makan Gratis dan IKN di Tengah Utang Mencapai Rp 800 Triliun
Pada tahun 2025, utang pemerintah yang akan jatuh tempo
diperkirakan mencapai angka fantastis sebesar Rp 800 triliun. Jumlah ini
menimbulkan kekhawatiran terkait kelangsungan dua program besar yang diusung
oleh pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yaitu program makan
bergizi gratis dan kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Utang Jatuh Tempo dan Penetapan Prioritas Program
Eisha M Rachbini, Direktur Program INDEF, mengungkapkan
bahwa utang jatuh tempo pada tahun 2024 sudah mencapai Rp 400 triliun, dan
jumlah tersebut akan meningkat menjadi Rp 800 triliun pada tahun 2025. Di
tengah kondisi tersebut, presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki visi untuk
melanjutkan pembangunan IKN serta menjalankan program makan bergizi gratis.
Eisha mencatat bahwa alokasi APBN 2024 untuk pembangunan IKN cukup signifikan, mencapai 16%. Dengan besarnya alokasi anggaran untuk berbagai program, Eisha menekankan pentingnya menetapkan prioritas yang jelas.
"Dengan banyaknya program yang direncanakan, kita harus menetapkan prioritas. Pembiayaan inovatif sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk IKN, tetapi juga untuk semua program. Bagaimana kita memperkuat fiskal kita di masa depan?" ujarnya dalam sebuah diskusi publik yang diadakan di Jakarta pada Kamis (4/7/2024).
Mencari Sumber Pendanaan Alternatif
Eisha menambahkan bahwa untuk melanjutkan pembangunan IKN,
perlu didorong dengan sumber pendanaan lain, seperti menarik investor. Namun,
hingga saat ini, partisipasi investor dalam proyek IKN belum cukup signifikan
untuk mengurangi beban anggaran APBN.
"Kita harus melihat dari segi pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan. Pembiayaan inovatif harus didorong, bukan hanya mengandalkan kemampuan pemerintah, tetapi juga melibatkan investor. Masalahnya, berapa banyak investor yang benar-benar tertarik pada IKN?" jelasnya.
Fokus pada Sektor Produktif
Sejalan dengan pendapat Eisha, Direktur Kolaborasi
Internasional INDEF, Imaduddin Abdullah, menekankan bahwa pemerintah perlu
memberikan perhatian pada sektor-sektor yang produktif. Hal ini penting agar
kesalahan-kesalahan masa lalu tidak terulang kembali.
"Kita harus melihat sejauh mana dana tersebut dapat diaplikasikan untuk membangun sektor-sektor yang lebih produktif. Ini yang perlu menjadi perhatian pemerintah ke depan agar kesalahan masa lalu tidak terulang," ujarnya.
Imaduddin berpendapat bahwa pembangunan IKN yang masih mengandalkan anggaran APBN dapat mengorbankan program-program di sektor produktif. Ia menilai bahwa pemerintahan dalam lima tahun ke depan harus mampu mengelola fiskal untuk perencanaan program pembangunan skala besar seperti IKN.
"Sejak awal kita sudah mengatakan bahwa pembiayaan IKN akan banyak berasal dari dana swasta, tapi kenyataannya tidak demikian. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan fiskal dan pembiayaan program yang tidak kredibel dapat memberikan dampak negatif, tidak hanya pada kesehatan fiskal, tetapi juga pada kemampuan kita mengelola pembiayaan pembangunan yang lebih bermanfaat bagi perekonomian," tambahnya.
Menelaah Tantangan Fiskal dan Strategi Pembiayaan
Mengingat besarnya utang yang harus dilunasi, pemerintah
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dihadapkan pada tantangan besar dalam
mengelola fiskal negara. Alokasi anggaran yang efektif dan efisien menjadi
kunci utama untuk menjalankan program-program yang telah direncanakan. Salah
satu strategi yang bisa ditempuh adalah dengan memperkuat pembiayaan inovatif.
Pembiayaan inovatif mencakup berbagai mekanisme yang tidak hanya mengandalkan anggaran pemerintah. Kerja sama dengan sektor swasta, penerbitan obligasi, serta menarik investasi asing merupakan beberapa metode yang dapat diterapkan. Namun, tantangan terbesar adalah meyakinkan investor untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek besar seperti IKN.
Pembiayaan Inovatif: Kunci Keberlanjutan Proyek IKN
Eisha M Rachbini menekankan bahwa pembangunan IKN tidak
boleh hanya bergantung pada APBN. Dalam jangka panjang, diperlukan sumber
pendanaan alternatif yang dapat mendukung kelanjutan proyek tanpa membebani
anggaran negara.
"Untuk melanjutkan pembangunan IKN, kita perlu mendorong partisipasi investor. Namun, hingga saat ini, minat investor belum cukup signifikan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mencari cara agar investor tertarik dan mau berinvestasi di IKN," katanya.
Mengelola Fiskal dengan Bijak
Menurut Imaduddin Abdullah, pengelolaan fiskal yang bijak
dan transparan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program-program
pemerintah. Ia menekankan bahwa pemerintah harus belajar dari kesalahan masa
lalu dan fokus pada pembangunan sektor-sektor yang produktif.
"Pemerintah harus memastikan bahwa dana yang ada digunakan untuk membangun sektor-sektor yang lebih produktif. Ini penting agar kesalahan masa lalu tidak terulang dan ekonomi dapat berkembang dengan lebih baik," ujarnya.
Program Makan Bergizi Gratis: Investasi Jangka Panjang
Selain pembangunan IKN, program makan bergizi gratis juga
menjadi salah satu prioritas pemerintahan Prabowo Subianto. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya
anak-anak.
Namun, dengan kondisi utang yang besar, pelaksanaan program ini juga menghadapi tantangan tersendiri. Pemerintah perlu memastikan bahwa program makan bergizi gratis dapat berjalan dengan lancar tanpa mengorbankan sektor-sektor lain yang juga membutuhkan perhatian.
Dengan tantangan besar berupa utang jatuh tempo yang
mencapai Rp 800 triliun pada tahun 2025, pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran
Rakabuming Raka perlu menetapkan prioritas dalam menjalankan
program-programnya. Pendanaan inovatif dan keterlibatan investor menjadi kunci
untuk melanjutkan proyek IKN tanpa mengorbankan program makan bergizi gratis
dan sektor produktif lainnya. Pengelolaan fiskal yang kredibel dan fokus pada
sektor-sektor yang produktif akan menjadi tantangan besar bagi pemerintahan
mendatang dalam memastikan keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.