Belajar dari Kegagalan Brasil: Pentingnya Perencanaan Matang dalam Pemindahan Ibu Kota Nusantara
Pemerintah Indonesia sedang menjalankan proyek ambisius:
memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara (IKN), gagasan yang
diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo. Tujuan dari langkah ini adalah untuk
mendorong keberlanjutan ekonomi dan mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045.
Hingga kini, pembangunan IKN telah menyedot anggaran negara sebesar Rp92
triliun, dan beberapa infrastruktur direncanakan selesai dalam tahap pertama
pada tahun 2024. Namun, ada pelajaran penting yang bisa diambil dari negara
lain yang telah mencoba langkah serupa, yakni Brasil.
Pada bulan September 1956, kongres Brasil menyetujui pembangunan Brasilia sebagai ibu kota baru dengan tenggat waktu lima tahun. Namun, pengerjaan yang tergesa-gesa dan berbagai keputusan ekonomi yang kurang tepat, menyebabkan Brasil mengalami masalah serius yang masih terasa hingga kini.
Proyek Ambisius yang Mengandalkan Pinjaman Asing
Pemerintah Brasil pada saat itu memutuskan untuk membiayai
pembangunan Brasilia dengan pinjaman asing dan penghematan anggaran di berbagai
sektor. Hal ini dilakukan di tengah situasi ekonomi yang sudah memburuk sejak
tahun 1950-an. Ekonomi Brasil mengalami defisit yang cukup besar, dan keputusan
untuk memindahkan ibu kota memperburuk kondisi ini.
Krisis Ekonomi yang Berkepanjangan
Seiring berjalannya waktu, pembangunan Brasilia justru
memperdalam krisis ekonomi. Inflasi meningkat setiap tahun, dan biaya hidup
masyarakat melonjak. Pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar lainnya seperti Rio
de Janeiro dan Sao Paulo terhenti karena pemerintah mengalihkan aliran dana ke
proyek ibu kota baru. Ketika Brasilia diresmikan sebagai ibu kota pada 21 April
1960, masalah ekonomi ini semakin nyata dan memburuk.
Ketimpangan Sosial dan Kemiskinan Ekstrem
Salah satu masalah terbesar dari pembangunan Brasilia adalah
ketimpangan sosial yang terjadi. Permukiman yang disediakan oleh negara
kebanyakan hanya dapat diakses oleh kelas menengah ke atas, sedangkan
masyarakat kelas menengah ke bawah tidak memiliki akses terhadap hunian yang
layak. Akibatnya, banyak orang miskin tinggal di kota-kota satelit atau
pinggiran kota yang berkembang menjadi permukiman kumuh atau favela. Hal ini
menciptakan kemiskinan ekstrem di sekitar Brasilia.
Kehilangan Ruang Sosial dan Budaya
Sosiolog Sulfikar Amin mengungkapkan bahwa desain modern
Brasilia menghilangkan ruang-ruang sosial yang merupakan akar budaya rakyat
Brasil. Kota ini menjadi "kota mati" bagi kebudayaan, nilai, dan
tradisi masyarakat yang semestinya menjadi denyut kehidupan ibu kota.
Gedung-gedung pemerintahan memang megah, tetapi mereka miskin imajinasi dan
kehidupan publik. Brasilia tidak berhasil menciptakan kondisi egaliter, dan ini
adalah pelajaran penting bagi Indonesia.
Pembelajaran untuk IKN Nusantara
Kasus Brasilia memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia
yang sedang membangun ibu kota baru di Nusantara. Pembangunan yang mengabaikan
aspek sosial, ekonomi, dan budaya dapat mengakibatkan masalah yang lebih besar
dan mendalam bagi negara. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat
diambil dari pengalaman Brasil:
- Perencanaan Ekonomi yang Matang: Indonesia perlu memastikan bahwa sumber daya yang digunakan untuk pembangunan IKN tidak mengorbankan sektor-sektor penting lainnya. Pinjaman asing harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari peningkatan utang yang tidak terkendali dan risiko inflasi.
- Pemerataan Pembangunan: Pembangunan IKN harus diiringi dengan upaya untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat, termasuk kelas menengah ke bawah, dapat menikmati manfaatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
- Mempertahankan Ruang Sosial dan Budaya: Penting untuk mempertahankan dan mengintegrasikan ruang-ruang sosial dan budaya dalam desain kota baru. Ini akan memastikan bahwa IKN tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga pusat kehidupan publik yang dinamis dan inklusif.
- Memastikan Keberlanjutan Ekonomi di Kota-Kota Lain: Aliran dana untuk pembangunan IKN tidak boleh menghentikan pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar lainnya. Pemerintah harus mengembangkan strategi untuk memastikan bahwa semua wilayah negara mendapatkan perhatian dan dukungan yang seimbang.
Mengapa Brasil Gagal dan Bagaimana Indonesia Dapat Belajar
Brasil gagal dalam memindahkan ibu kotanya karena sejumlah
alasan, termasuk ketergesa-gesaan dalam pembangunan, pengelolaan ekonomi yang buruk,
dan pengabaian terhadap aspek sosial dan budaya. Namun, Indonesia memiliki
kesempatan untuk belajar dari kesalahan ini dan mengambil langkah-langkah yang
lebih baik dalam pembangunan IKN.
Dengan perencanaan yang matang, inklusif, dan mempertimbangkan semua aspek kehidupan masyarakat, Indonesia dapat menghindari jebakan yang dialami Brasil. Pembangunan IKN harus menjadi simbol keberlanjutan dan kemajuan, bukan sumber masalah baru.
Masa Depan IKN: Harapan dan Tantangan
IKN memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pemerintahan
dan ekonomi yang modern dan efisien. Namun, keberhasilan proyek ini akan sangat
bergantung pada bagaimana pemerintah mengelola berbagai tantangan yang ada.
Pembangunan yang tergesa-gesa dan mengabaikan kesejahteraan masyarakat akan
berakhir dengan kegagalan.
Untuk memastikan kesuksesan IKN, pemerintah Indonesia harus terus memantau dan mengevaluasi setiap tahap pembangunan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dan berkomitmen untuk menciptakan ibu kota yang inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Dengan belajar dari kesalahan Brasil dan mengambil langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat mewujudkan visi besar ini dan menjadikan IKN sebagai contoh sukses bagi negara-negara lain yang ingin melakukan hal serupa. Pembangunan IKN harus berjalan sesuai dengan rencana Presiden Jokowi dan menjadi simbol kemajuan Indonesia menuju 2045.