Langkah Besar Indonesia Menuju Pembangunan Tembok Raksasa Laut: Strategi Prabowo Subianto
Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan RI. Grafis by IKN TIME |
Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan RI Akan Bangun Giant Sea Wall
Dalam langkah visioner menuju masa depan yang berkelanjutan, Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, membuka Seminar Nasional yang berfokus pada pembangunan Tembok Laut Raksasa. Seminar yang berlangsung di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, pada hari Rabu, mengumpulkan para pemikir terbaik dari seluruh negara untuk membahas tentang proyek ini yang dianggap krusial.
Prabowo menyampaikan bahwa daripada memberikan sambutan yang telah dipersiapkan, ia memilih untuk berbicara secara umum tentang urgensi proyek ini. "Menghimpun kecerdasan terbaik bangsa ini untuk mempercepat pembangunan tembok laut raksasa adalah sebuah keharusan untuk melindungi 50 juta warga yang tinggal di pantai utara Jawa dan aset ekonomi vital mereka," ungkapnya.
Dalam pidatonya, Prabowo juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan seluruh timnya atas kontribusi mereka dalam mendukung kepresidenan. Ia berharap diskusi yang dihasilkan dari seminar ini akan memicu pemikiran dan tindakan lebih lanjut mengenai pembangunan yang ambisius ini.
Mengacu pada pengalaman Belanda dalam membangun dinding laut mereka selama 40 tahun, Prabowo menggambarkan kebutuhan serupa untuk Indonesia yang mungkin akan memerlukan waktu yang sama. Ia menekankan pentingnya kesediaan pemimpin politik untuk berfokus pada proyek ini dalam kurun waktu yang panjang.
Prabowo juga membahas tentang alokasi awal dana yang signifikan, sekitar 164 triliun Rupiah, yang mungkin akan meningkat menjadi 50 hingga 60 miliar Dolar AS. Ia menambahkan, para peneliti dari universitas pertahanan telah diutus untuk merancang proyek ini yang tak hanya memerlukan waktu tapi juga keahlian khusus, mengingat kenaikan permukaan laut yang diperkirakan mencapai 500 cm dalam dua dekade mendatang.
Lebih jauh, Menteri Pertahanan mengungkapkan keberadaan prototip rumah terapung ekonomis yang dirancang dengan teknologi modern seperti panel surya dan sistem sanitasi canggih, yang memungkinkan penghuninya hidup mandiri dan berkelanjutan. Prabowo menegaskan, dengan meningkatkan anggaran menjadi 150 juta Rupiah per unit, mereka dapat menghindari korupsi dan markup yang tidak perlu, sehingga menghasilkan solusi perumahan yang dapat bertahan hingga 15 tahun.
Melalui inisiatif ini, Prabowo berharap untuk membantu komunitas nelayan dan mereka yang bergantung pada laut, memberikan mereka kehidupan yang lebih bersih dan sehat sambil mendorong kebijakan yang berorientasi masa depan.
Apa Itu Tembok Raksasa Laut atau Giant Sea Wall Jakarta
Tembok Laut Raksasa Jakarta merupakan inisiatif infrastruktur yang dimaksudkan untuk melindungi wilayah pesisir Jakarta yang rentan terhadap banjir. Proyek ini mencakup konstruksi dinding pertahanan di sepanjang pantai, fasilitas penampungan air, dan proses reklamasi lahan. Dimulai pada 9 Oktober 2014, pembangunan ini dijadwalkan selesai pada tahun 2025.
Sejarah: Pemicu Kebutuhan Tembok Laut
Jakarta, yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut, menghadapi ancaman banjir yang signifikan, khususnya selama musim hujan. Pada tahun 2007, kota ini dilanda banjir besar yang merenggut nyawa 76 orang dan mempengaruhi setengah juta lebih penduduk. Disamping itu, penurunan muka tanah yang signifikan, yang dipercepat oleh ekstraksi air tanah dan tekanan dari pembangunan gedung tinggi, membuat Jakarta tenggelam sekitar 5 hingga 10 sentimeter per tahun. Proyeksi menunjukkan bahwa tanpa intervensi, Jakarta berpotensi tenggelam seluruhnya pada tahun 2050.
Nilai Proyek dan Implementasinya
Masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dirancang oleh firma arsitektur Kuiper Compagnons dari Rotterdam, dengan dukungan dari konsorsium perusahaan Belanda. Masterplan ini merangkum pembangunan Tembok Laut sepanjang 32 kilometer di Teluk Jakarta yang dirancang untuk mengatasi masalah banjir, serta pembangunan laguna besar yang akan berfungsi sebagai penampung aliran dari 13 sungai di Jakarta. Proyek ini, yang juga melibatkan pembangunan 17 pulau buatan, diestimasi menelan biaya sekitar US$40 miliar dan membutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun untuk penyelesaiannya.
Kontroversi: Dampak Lingkungan dan Sosial
Meski memiliki tujuan yang mulia, proyek Tembok Laut Raksasa tidak terlepas dari kontroversi. Sejumlah studi mengungkapkan bahwa pembangunan ini berpotensi mengikis pulau-pulau di bagian barat Teluk Jakarta, merusak terumbu karang, dan mencemari air. Hal ini mendapat penolakan dari berbagai pihak, termasuk kelompok lingkungan hidup dan komunitas nelayan. Pada 2016, proyek ini sempat dilarang oleh pemerintah pusat, namun larangan tersebut dicabut pada Oktober 2017 meskipun masih menuai kekhawatiran dari berbagai pihak.